Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo, siapa lebih berpeluang di Pilpres 2019?
Merdeka.com - Ketum Gerindra, Prabowo Subianto hingga kini belum mendeklarasikan diri maju Pilpres 2019. Sejauh ini, Prabowo menyatakan hanya menerima mandat dari Gerindra dan diminta untuk mencari rekan koalisi.
Sementara gerakan #2019GantiPresiden sudah gencar dilakukan kubu oposisi yakni Gerindra dan PKS. Sayang, gerakan yang cukup mendapat sorotan kubu Joko Widodo (Jokowi) ini belum memiliki capres yang pasti.
Menguatnya popularitas #2019GantiPresiden menunjukkan masyarakat ingin pilihan alternatif dari dua kubu Jokowi dan Prabowo. Dengan kata lain, hastag tersebut tidak bisa lagi diklaim milik pendukung Prabowo, karena sebagian besar aktivis di belakang #2019GantiPresiden justru figur alternatif.
Analisa itu dikatakan oleh Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Dosen FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, Zaenal A Budiyono. Menurut dia, ada dua nama kuat sebagai calon alternatif di kubu #2019GantiPresiden. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo.
"Setidaknya ada dua nama (selain Prabowo) yang bisa dikatakan dekat secara politik dengan gerakan ini, yaitu Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan. Gatot memiliki modal sebagai mantan Panglima TNI, sementara Anies cukup banyak yang bisa dijual selama menjabat Gubernur DKI Jakarta," kata Zaenal dalam pesan singkat, Selasa (12/6).
Zaenal menjelaskan, sejak Pilpres 2004, Indonesia masuk ke dalam era demokrasi media. Ini bukan term akademik, melainkan fenomena empirik yang terjadi di Indonesia. SBY dan Jokowi, dua presiden hasil pilpres langsung memiliki banyak perbedaan. Namun persamaannya, keduanya mampu memanfaatkan media secara baik, yang pada akhirnya menghasilkan dampak elektoral.
SBY, kata dia, dikenal sebagai sosok yang cakap saat berbicara di media. Sementara Jokowi membawa media terus memburunya karena aksi-aksinya di lapangan yang berbeda dari banyak politisi lainnya.
Debat kandidat, menurut dia, juga akan mempengaruhi elektabilitas calon. Hal tersebut, lanjut dia, sudah terlihat saat Pilgub DKI 2017 yang membuat nama Anies Baswedan meroket mengalahkan calon kuat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Di Pilpres 2019, debat masih akan memberi pengaruh signifikan terhadap elektabilitas kandidat. Dalam kasus Gatot vs Anies, tanpa mengecilkan kemampuan debat Gatot, tampaknya Anies sedikit lebih unggul. Rekam jejak Anies di dunia aktivis, akademisi hingga politisi dan birokrat sangat dekat dengan tradisi debat. Sementara Gatot dengan latar belakang militer justru lebih dekat dengan tradisi komando. Kesimpulannya, sebagai aktivis Anies sedikit diuntungkan dengan sistem pemilihan langsung," jelas Zaenal lagi.
Tidak hanya dalam konteks demokrasi media, Zaenal melanjutkan, kinerja Anies selama memimpin Jakarta juga tak bisa dipandang sebelah mata. Ia bahkan sudah menyamai keberanian Ahok dalam menantang pemain-pemain lama di Ibukota.
Mulai dari menutup Alexis, menginvestigasi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, hingga menghentikan proyek ratusan triliun, reklamasi teluk Jakarta. Semuanya adalah kasus-kasus raksasa yang tak mudah dilakukan oleh pemimpin kelas medioker. Meskipun, kata dia, Gatot bukan tidak punya prestasi selama menjadi Panglima TNI, namun sejauh ini tidak ada yang benar-benar monumental dan membekas di benak publik.
"Saya sebenarnya sangat tertarik dengan strategi pertahanan ala Pak Gatot yang berbasis perang memperebutkan sumber pangan dan proxy war. Ini merupakan pemikiran beyond military yang luar biasa. Namun konsep besar tersebut sepertinya belum tuntas dijalankan saat Gatot di pucuk pimpinan TNI," katanya.
"Akhirnya dengan berbagai variabel di atas, peluang Anies sedikit lebih besar untuk menang di era demokrasi media seperti sekarang ini," tutup Zaenal.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Baswedan: Kalau Pelanggaran Pemilu Dibiarkan akan Menular
Anies menghormati seluruh pilihan rakyat Indonesia pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Baca SelengkapnyaBerkali-kali Prabowo Sindir Anies Gara-Gara Kinerjanya Dinilai 11
Anies Baswedan beri nilai 11 atas kinerja Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dalam sesi debat capres
Baca SelengkapnyaAnies Soroti Prabowo Usai 'Mangkir' Tak Salaminya, 'Saya Mencari Tapi Sudah Tidak Ada'
Momen Prabowo Subianto tak salami Anies Baswedan seusai debat ketiga Pilpres 2024 banjir sorotan publik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Depan Prabowo, Jokowi Puji Inisiasi Kemenhan Bangun RS Pertahanan Negara Panglima Besar Soedirman
Jokowi juga memuji sejumlah peralatan media yang diklaim tercanggih yang terpasang di dalamnya.
Baca SelengkapnyaAnies Heran Jokowi Komentari Debat Capres, Istana: Presiden Beri Masukan
Istana mempertanyakan di mana salah seorang Presiden berkomentar soal debat Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi Bertemu Ketum Partai, Anies Baswedan: Presiden Harus Jaga Etika
Seperti diketahui, Presiden Jokowi makan malam bersama Prabowo Subianto saat akhir pekan jelang Debat Capres
Baca SelengkapnyaKritisi Lahan Prabowo, Anies Mengaku Pakai Data Milik Jokowi
Anies mengakui data lahan Prabowo bersumber dari Jokowi saat debat Pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA: Tingkat Kepuasan ke Presiden Jokowi Capai 80,8 Persen, Prabowo-Gibran Kecipratan Suara
Survei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaReaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan
Pemberian pangkat jenderal kehormatan itu menuai pro dan kontra.
Baca Selengkapnya