4 Politikus PDIP ini tak sepakat Jokowi nyapres
Merdeka.com - Nama Joko Widodo di sejumlah survei selalu nangkring dalam urutan pertama sebagai calon presiden 2014. Jokowi mengalahkan nama-nama yang sebelumnya muncul dan telah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai capres.
"Pada dasarnya (hasil) ini bukan soal 'fenomena Jokowi' semata, melainkan bahwa masyarakat Indonesia benar-benar mengharapkan calon pemimpin alternatif, yaitu Jokowi atau calon alternatif lain," kata peneliti CSIS Philip Jurius Vermonte di Jakarta, Minggu.
Sejumlah nama tokoh capres 2014 yang disebutkan oleh 1.635 responden antara lain Jokowi (28,6 persen), Prabowo Subianto (15,6 persen), Aburizal Bakrie (7 persen), Megawati (5,4 persen) dan Jusuf Kalla (3,7 persen).
Akan tetapi, Jokowi yang berasal dari dusun ini dinilai kurang tepat jika dirinya maju atau dicalonkan sebagai capres 2014. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah petinggi PDIP tidak setuju jika Jokowi melenggang menjadi capres 2014.
Berikut 4 Politisi PDIP yang tidak sepakat Jokowi nyapres:
Puan Maharani
Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta belum genap satu tahun. Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR, Puan Maharani menegaskan, Jokowi harus fokus dengan tugasnya sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Menurutnya, seusai Rakernas PDI Perjuangan, pencalonan presiden akan diputuskan oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri."Sesuai dengan hasil rakernas lalu di Bandung, kita sudah menyerahkan kepada ibu ketum untuk pilpres gimana ibu ketum sajalah," kata Puan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (28/5).Menurut Puan, urusan nama yang diusung partai untuk maju sebagai capres 2014 bakal ditentukan oleh Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai. Puan berpendapat, untuk saat ini, Jokowi lebih tepat untuk fokus mengurusi persoalan Jakarta dibandingkan berandai-andai sebagai capres 2014."Kita jangan berandai-andai pada tahun 2014, tapi kita tunjukan eksistensi pada kinerja kita pada hari ini, ada dinamika baru, ada penugasan partai, itu yang akan kita lakukan pada hari ini," tandasnya.
Taufiq Kiemas
Politisi senior PDIP Taufiq Kiemas enggan menanggapi terus mencuatnya nama Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden 2014. Menurut Taufiq, tidak selamanya survei yang ada dijamin kebenarannya."Ya biasa itu, itukan baru survei," kata Taufiq beberapa waktu lalu di Gedung MPR, Jakarta.TK menilai Jokowi belum layak memimpin Indonesia. Dia menyarankan, di usia Jokowi yang masih terbilang muda, ada baiknya fokus memimpin Jakarta."Dijadikan gubernur bagus dulu lah, masih muda juga," sebutnya.
Maruarar Sirait
Di banyak lembaga survei, nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) selalu nangkring dan bertengger di posisi atas calon presiden alternatif. Namun demikian, PDIP belum belum terfikir menentukan capres saat ini, apalagi resmi mengusung Jokowi."Dia memang sederhana, merakyat, bersih, tapi kerja di pemerintahan Jakarta ini yang harus jadi ajang pembuktian. Terlalu prematur untuk menentukan capres saat ini, atau dalam waktu dekat. Kita melihat perkembangannya saja," kata Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, Jakarta, Rabu (29/5).Maruarar berpendapat, terlalu prematur jika PDIP mengusung Jokowi menjadi capres 2014 mendatang. Pasalnya, Jokowi yang berasal dari dusun ini baru saja terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta."Kemenangan di Jakarta harus jadi pembuktian di daerah lain. Saat ini adalah fase pembuktian bagi Jokowi," lanjutnya.Maruarar menegaskan kepopuleran Jokowi sebagai capres bisa hilang dan berbalik dalam sekejap."Momentum itu bisa berubah, pilpres masih setahun lebih. Jokowi harus mengerjakan PR dia tadi. Outputnya hanya dua, kekecewaan kalau gagal, kedua apresiasi kalau berhasil," tandasnya.
Tjahjo Kumolo
Petinggi partai yang duduk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Tjahjo Kumolo menegaskan jika partainya belum berpikir untuk mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres 2014. Menurutnya, PDIP lebih fokus terhadap pemilu legislatif daripada menanggapi eforia publik atau sejumlah survei yang menempatkan Jokowi di posisi puncak sebagai capres alternatif."PDI Perjuangan pada posisi saat ini belum membicarakan dulu masalah capres. Sekarang konsentrasi memenangkan Pemilu Legislatif dulu," jelas Tjahjo kepada merdeka.com, Senin (6/5).Jokowi yang merupakan politisi dari dusun ini, namanya terus menguat dari sejumlah survei yang ada. Namun demikian, Tjahyo menegaskan, survei bukanlah satu-satunya alat untuk mengukur dan tidak menjadi satu-satunya rujukan di dalam mengambil keputusan politik untuk pemilu mendatang."Bagi saya, survei bukan satu-satunya rujukan utama, hanya pembanding dalam pengambilan keputusan politik partai," tandasnya.Diketahui, sedikitnya empat lembaga survei mengunggulkan Joko Widodo sebagai capres yang paling diidolakan masyarakat. Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Lembaga survei Pusat Data Bersatu (PDB), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dan survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) nangkring di posisi teratas.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perludem menyayangkan pernyataan Presiden Joko Widodo soal presiden boleh berpihak di Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaWalaupun belum keluar dari PDIP, Jokowi dinilai sudah sangat erat dengan PSI.
Baca Selengkapnya"Tidak masalah, tidak berdosa memberikan dukungan politik," kata Sekjen PSI
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nama Jokowi berulang kali disebut dalam sidang perdana sengketa hasil Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kritiyanto mengaku sudah sejak lama memprediksi jika Presiden Jokowi akan kampanye dan memihak satu Capres.
Baca SelengkapnyaPresiden akhirnya buka suara terkait polemik pemberian bansos beras kemasan 10 kg di tahun politik.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta KPU dan para penyelenggara Pemilu memastikan tata kelola pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan dengan baik.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menilai Pilpres 2024 lebih adem dibanding tahun 2014 dan 2019.
Baca SelengkapnyaNamun, kemajuan tersebut berdampak pada tingginya utang negara.
Baca Selengkapnya