1,6 Juta warga DKI tidak bisa nyoblos, Golkar siap beri advokasi
Merdeka.com - Dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemarin, sekitar sekitar 1.628.671 diketahui tidak menggunakan hak pilihnya. Beragam alasan masih besarnya angka golput, salah satunya tak terdaftar di TPS hingga tak bisa mencoblos meski memiliki dokumen persyaratan lengkap.
Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu I Partai Golkar Nusron Wahid menyayangkan banyaknya warga Jakarta yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Menurutnya, masalah ini karena ketidaksiapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta dalam mengakomodir masyarakat yang memiliki hak suara.
"Kita sayangkan ketidaksiapan KPU Provinsi DKI dalam hal ini. Kenapa? Karena tidak mengantisipasi kawan-kawan kita yang belum terdaftar, tetapi punya e-KTP," kata Nusron di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (17/2).
Oleh karena itu, Partai Golkar bersama koalisi pendukung Basuki T Purnama-Djarot Saiful Hidayat telah menyiapkan langkah advokasi untuk mengawal warga yang belum terdaftar meski telah memiliki e-KTP.
"Golkar bersama koalisi partai pengusung paslon nomor 2, akan mengawal teman-teman yang punya e-KTP tapi belum terdaftar DPT agar kita advokasi dan kawal untuk segera daftar," terangnya.
Nusron menuturkan, partai pengusung Ahok-Djarot akan mendaftarkan warga yang belum masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) di putaran kedua Pilgub DKI.
"Kita daftar kan dalam DPT supaya tanggal 19 April nanti pada putaran kedua. Yang bersangkutan semua mempunyai hak pilih. Ini sangat disayangkan padahal mereka datang jauh-jauh, ada yang pulang dari Singapura, dari Amerika, ada dari Eropa, ada yang pulang dari Australia hanya untuk partisipasi demokrasi di Jakarta, tapi tidak kesiapan instrumen dari KPU Jakarta," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, persoalan yang masih terjadi di Pilkada Serentak 15 Februari lalu yakni banyaknya warga yang tidak terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dia mengatakan, permasalahan itu sempat menimbulkan kericuhan di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Permasalahan tersebut ini sempat menimbulkan kericuhan, namun terkait hal ini akan kami evaluasi," kata Tjahjo kepada wartawan di Gedung Ombudsman RI, Jakarta, Kamis (16/2).
Menurutnya penyebab dari kericuhan tersebut dikarenakan jumlah surat suara tambahan hanya disisahkan sebanyak 2,5 persen dari jumlah penduduk. Sehingga membuat banyak warga yang kehilangan hak pilihnya menjadi geram.
"Surat suara tambahan hanya diberikan 2,5 persen dari 56.000 penduduk Jakarta yang punya hak pilih tapi dia belum mengikuti mekanisme tahapan-tahapan, tidak merekam data, dan sebagainya. Ini sempat menimbulkan kericuhan," ungkapnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PSI menilai Jakarta membutuhkan sosok calon gubernur dapat menciptakan harapan dan dekat dengan masyarakat seperti Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP mengingatkan Kapolri banyak suara dari rakyat yang juga berharap agar Polri tetap netral di Pemilu 2024 ini.
Baca SelengkapnyaDewas KPK memutuskan bukti dugaan etik Firli Bahuri sudah cukup untuk disidangkan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemprov DKI Jakarta mencatat 80 persen sudah kembali ke ibu kota.
Baca SelengkapnyaBareskrim Polri menangkap seorang laki-laki inisial AB (30) diduga menjadi dalang kerusuhan pemakaman Lukas Enembe.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) diusulkan memimpin koalisi besar Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaWajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaDemokrasi tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan didambakan oleh rakyat.
Baca SelengkapnyaKoalisi Perubahan sudah mulai membahas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta. Salah satu yang dibahas yakni bakal calon yang akan diusung.
Baca Selengkapnya