Wapres ungkap ketimpangan menghambat pengentasan kemiskinan
Merdeka.com - Wakil Presiden Boediono mengungkap ada sejumlah ketimpangan di Indonesia yang menghambat proses pengentasan kemiskinan. Apalagi, sumber ketimpangan tersebut hampir sebanding dengan negara-negara berkembang lainnya.
"Berbeda dengan negara-negara maju yang institusi dasarnya sudah mantap, negara-negara berkembang di Indonesia sumber-sumber ketimpangan itu beragam," kata Boediono pada 'Konferensi Penanggulangan Kemiskinan' World Bank di Pusat Perfilman Haji Usman Ismail, Kuningan, Jakarta, Selasa (23/9).
Dalam pantauannya, masih ada segmen masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia yang belum tunduk pada rule of law. Kondisi ini mengingatkan kembali pada era wild west, di mana hukum berdasarkan representasi individu. Langkah antisipasinya adalah melalui penegakan hukum.
Selanjutnya, meski penegakan hukum sudah berjalan dan sudah ada beberapa yang tunduk, tapi belum berjalan dengan baik. Ada banyak celah yang dilakukan sehingga terjadi masalah-masalah yang tidak terlihat kasat mata.
"Ini mirip dengan zaman trouble balance, obatnya adalah reformasi hukum," ucapnya.
Tak hanya itu, Boediono memandang ketimpangan dapat timbul dari aturan hukum yang buruk. Meski diterapkan sebaik mungkin namun tidak mencapai hasil yang ditujukan.
"Pada analisa akhir, aturan hukum sebenarnya produk proses politik, obatnya adalah perbaikan proses politik, reformasi politik," tandasnya.
Meski begitu, Boediono menyadari jika ketiga sumber ketimpangan tersebut berhasil diatasi namun tetap terjadi ketimpangan, maka peran atau intervensi negara harus dilakukan. Salah satunya dengan melakukan pendekatan fiskal guna menciptakan kesempatan bagi warga negara.
"Ketidaksetaraan memperoleh akses, terutama layanan pendidikan harus dihapus," tegasnya.
"Apabila sudah dilakukan, tapi ketimpangan masih ada, barangkali realita harus kita terima. Mungkin disebabkan manage ability masing-masing orang justru dapat jadi sumber kemajuan."
Dari semua itu, bagi negara pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan bisa dilakukan melalui pembangunan, baik institusi maupun manusia itu sendiri. Di antaranya membangun sistem pendidikan yang mencakup berbagai kalangan.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jelang Debat Cawapres, Cak Imin: Banyak Istirahat Supaya Tidak Ngantuk
Debat ini pada intinya dapat memaparkan visi dan misi perubahan yang digagasnya.
Baca SelengkapnyaPenyebab Tangan Kanan Kebas yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
Kondisi ini menyebabkan sensasi tidak nyaman atau hilangnya perasaan pada tangan.
Baca SelengkapnyaBagaimana Cara Mengatasi dan Melawan Kesepian di Musim Liburan
Pada musim liburan seperti sekarang banyak orang yang merasakan kesepian. Berikut cara untuk mengatasi dan melawan perasaan tersebut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan
Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaSering Uring-uringan Akibat Hal Kecil di Sekitar Kita, Begini Cara Mengatasinya
Rasa kesal dan uring-uringan terhadap berbagai hal di sekitar kita merupakan sesuatu yang kadang tidak bisa dikendalikan.
Baca SelengkapnyaWapres ke-6 Try Sutrisno Buka Suara soal Pemilu 2024: Jangan Sampai Diterjang oleh Saingan
Try Sutrisno belum lama ini buka suara memberikan pesan terkait pemilu yang terselenggara di tahun 2024 ini.
Baca SelengkapnyaKomplikasi adalah Perubahan Kondisi Penyakit dalam Tubuh, Begini Penjelasan Penyebab dan Jenisnya
Dalam dunia medis, komplikasi merujuk pada kondisi di mana sebuah penyakit memicu penyakit lainnya yang akhirnya memunculkan efek perubahan itu sendiri.
Baca SelengkapnyaSempat-sempatnya 2 Prajurit TNI Lakukan ini di Sela Latihan Menembak, Aksinya Benar-benar Tak Pernah Disangka
Aksinya pun banjir sorotan hingga gelak tawa dari warganet.
Baca SelengkapnyaUlama Barisan Lauhil Mahfud se-Priangan Timur Bertekad Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud
Indonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.
Baca Selengkapnya