Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wamenag Sebut Ancaman Ekstremisme pada Kaum Milenial Sangat Mengkhawatirkan

Wamenag Sebut Ancaman Ekstremisme pada Kaum Milenial Sangat Mengkhawatirkan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi. antara

Merdeka.com - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengingatkan tren konservatisme di kalangan milenial. Dia menilai, pentingnya penguatan moderasi beragama dalam pemahaman teks-teks keagamaan dan kehidupan sosial kalangan mahasiswa.

Zainut merujuk pada hasil penelitian sejumlah lembaga. Pusat Studi Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya, pada 2018 melakukan penelitian di 18 kota atau kabupaten di Indonesia.

Hasilnya menunjukkan, ancaman ekstremisme di kalangan kaum muda berusia 15 sampai 24 sangat mengkhawatirkan.

“Tren konservatisme ini dicirikan dengan scriptural plus komunal yang juga menguat," paparnya di acara Musmpimnas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Jumat (18/11).

Selain konservatisme, Zainut juga mengingatkan PMII akan tantangan revolusi industri 4.0, society 5.0, pasar bebas internet, serta kompetisi dagang global yang semakin terbuka. Dia mengatakan, PMII sebagai wadah pergerakan mahasiswa harus cepat merespons tantangan ke depan.

Zainut berharap, PMII akan menghasilkan keputusan strategis yang dapat melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Kemudian, mampu menjawab tantangan dan peluang Indonesia dalam kancah dunia global.

Sementara, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mendorong seluruh kader termasuk pengurus PMII seluruh Indonesia turut serta memberikan kontribusi bagi masa depan bangsa.

"Melalui Muspimnas Anda semua, kita semua keluarga besar PMII akan berkontribusi untuk masa depan bangsa tujuh-sepuluh tahun yang akan datang," kata Ketua Majelis Pembina Nasional (Mabinas) PB PMII) ini.

"Anda semua harus menyiapkan diri dengan baik, karena saya yakin kepemimpinan yang unggul dan mulia hanya akan lahir dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia," sambungnya.

Ketua Umum PB PMII era 1994-1997 ini menilai, PMII sebagai organisasi yang didalamnya bukan hanya sekedar aktivis, tapi juga terdiri dari pemikir-pemikir segar dan handal yang memiliki kemampuan lebih dibanding yang lainnya.

"Karena itu gunakan kesempatan dan kemampuan yang anda miliki untuk benar-benar berpikir tentang negeri ini," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri menyampaikan, Muspimnas PMII merupakan konferensi tertinggi kedua setelah Kongres. Dia berharap, momentum ini kader-kader PMII se-Indonesia bisa memberikan gagasan terbaik untuk menghasilkan peraturan organisasi (PO) sebagai aturan turunan AD/ART.

Harapannya, PO yang disahkan selaras dengan kebutuhan organisasi, ada aturan yang ditambah, disesuaikan dan dikurangi. Hal itu demi kebutuhan aturan organisasi yang sesuai dengan tantangan perkembangan ini.

"Nanti akan kita bahas utamanya adalah kaderisasi dan penataan organisasi," kata Syukri.

Syukri menjelaskan, PMII mengalami perubahan arah gerakan di setiap dekade perjalanan bangsa ini. Dimulai tahun 1960, tahun di mana PMII dilahirkan.

Pada dekade 70 hingga 80-an ketika Orde Lama menguat. PMII turut berperan mengantarkan Indonesia ke era Orde Baru. Kemudian, pada dekade 90-an ketika Orde Baru menguat, PMII berperan besar menghantarkan bangsa ini ke pintu gerbang Reformasi.

"Kemudian, beralih pada tahun 2000-an, saat itu kita transisi demokrasi, yang biasa tertutup, tahun 2000an semuanya terbuka. Lalu kemudian, apa yang dirumuskan PMII saat ini tentu harus berbeda, respons zaman saat ini harus berbeda dengan tahun-tahun yang saya sebutkan," tuturnya.

Dia menyebut, tantangan terbesar hari ini adalah kader PMII dihadapkan dengan ancaman krisis pangan, ancaman kepada perdamaian dunia, perubahan iklim, bonus demografi, perkembangan dan percepatan teknologi. Menurutnya, tantangan tersebut merupakan situasi-situasi yang jauh berbeda dengan PMII pada 20 hingga 30 tahun lalu.

"Untuk itu, saya berharap formulasi kaderisasi dan nanti kita akan membahas paradigma PMII yang akan kita kontekstualisasi ulang karena itu sudah ditulis sekitar 20 hingga 30 tahun lalu," ucapnya.

Syukri mengatakan, kader PMII diharapkan mampu menjawab perkembangan zaman dan profesi-profesi spesifik. Sehingga bisa menjadi kader pergerakan mahasiswa Islam Indonesia yang paripurna.

"Semoga kita bisa menjawab dan membahas itu dalam Muspimnas PMII. Karena ketika kita tidak membahasnya sekarang, kita harus menunggu dua sampai tiga tahun lagi menunggu Kongres dan menunggu Muspimnas," tambahnya.

(mdk/tin)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan

Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.

Baca Selengkapnya
Ulama Barisan Lauhil Mahfud se-Priangan Timur Bertekad Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud
Ulama Barisan Lauhil Mahfud se-Priangan Timur Bertekad Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud

Indonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.

Baca Selengkapnya
Tradisi Kearifan Lokal Mampu Depankan Toleransi
Tradisi Kearifan Lokal Mampu Depankan Toleransi

Menurutnya, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sambut Ramadan, Tokoh Agama Ajak Elite Politik Perbaiki Hubungan Usai Pemilu 2024
Sambut Ramadan, Tokoh Agama Ajak Elite Politik Perbaiki Hubungan Usai Pemilu 2024

Setelah sempat merenggang karena perbedaan pilihan politik pada Pemilu 2024

Baca Selengkapnya
Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan
Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan

Musdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.

Baca Selengkapnya
Menag Yaqut Tanggapi Candaan Zulhas: Jangan Gunakan Agama sebagai Guyonan!
Menag Yaqut Tanggapi Candaan Zulhas: Jangan Gunakan Agama sebagai Guyonan!

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyayangkan banyak tokoh yang menjadikan isu agama sebagai guyonan.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diminta Perkuat Toleransi & Hindari Prasangka Buruk Terhadap Perbedaan
Masyarakat Diminta Perkuat Toleransi & Hindari Prasangka Buruk Terhadap Perbedaan

Memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diingatkan Perkuat Nilai Toleransi, Jangan Ributkan Perbedaan
Masyarakat Diingatkan Perkuat Nilai Toleransi, Jangan Ributkan Perbedaan

Perkuat juga solidaritas, empati, dan tolong-menolong antar-sesama tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.

Baca Selengkapnya
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran

Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Baca Selengkapnya