Tragedi Mei 98, penjarahan dan pembakaran di perkulakan Goro
Merdeka.com - Marali Setiawan (37), sekuriti pusat perkulakan Goro di Pekayon, Bekasi Selatan, pernah menjadi saksi bagaimana mencekamnya kondisi Indonesia terutama Jakarta dan sekitarnya saat rezim Presiden Soeharto ditumbangkan. Kala itu, di tempatnya bekerja, tak luput dari sasaran penjarahan dan pembakaran.
Saat ditemui merdeka.com, Marali coba mengingat peristiwa yang terjadi 15 tahun silam. Ribuan massa merangsek masuk ke perkulakan terbesar di Bekasi saat itu.
Menurut Maruli, tepat di tanggal yang sama dengan hari ini 12 Mei 1998, suasana keamanan di tempatnya bekerja sudah terasa tak kondusif sejak pagi hari. Pemberitaan yang disampaikan di media mengenai kondisi politik di Tanah Air rupanya membuat situasi makin tak terkendali. Semua petugas keamanan yang berjaga di pusat perkulakan Goro diperintahkan untuk siaga hingga dini hari.
"Kita dari pagi, total semua sekuriti hampir 20 orang sudah pada siaga semua di Goro," ujar Marali memulai perbincangannya dengan merdeka.com, Bekasi, Minggu (12/5).
Saat itu, pusat perbelanjaan memang menjadi sasaran amuk massa untuk melakukan penjarahan. Di wilayah Bekasi sendiri, selain Perkulakan Goro, Metropolitan Mall Bekasi dan Bekasi Trade Center (BTC) dikabarkan juga akan diserang. Untung hal itu tak terjadi lantaran penjagaan ketat dari kepolisian.
"Massa datang dari arah Kalimalang, jadi MM (Metropolitan Mall) sama BTC dulu namanya sebelum sekarang, sudah dipecahin kaca-kacanya, engga berhasil masuk, itu massa karena ada tank yang jagain," imbuh pria yang akrab disapa Bagol itu.
Akibat tak berhasil merusak dua pusat perbelanjaan itu, ribuan massa itu mulai bergerak ke arah Pekayon, Bekasi Selatan. Di Bekasi Selatan, mereka menyasar pusat perkulakan Goro yang menyediakan alat-alat rumah tangga dan barang-barang elektronik. Ribuan orang itu mulai membakar dan menjarah barang-barang.
Saat itu pihak Goro sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan TNI. Tapi puluhan orang yang berjaga di lokasi tak berdaya menghadapi ribuan massa itu. Mereka terpaksa mundur untuk menghindari perlawanan yang beringas.
"Semua sekuriti memakai pakaian bebas, hanya memakai name tag saja, TNI di depan kita bawa senjata lengkap. Tapi karena massa bawa bom molotov, batu dan lain-lainnya, massa berhasil masuk," ungkapnya.
Sempat terjadi negosiasi antara pihak Goro dengan massa. Awalnya ribuan massa yang beringas mencoba membakar gedung. Namun berhasil digagalkan karena pihak Goro mempersilakan massa mengambil barang-barang yang ada asalkan tidak membakar gedung.
"Kita diperintah manajer jaga peralatan kantor aja, massa kita kasih tahu boleh diambil tapi jangan dibakar," bebernya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaPolres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca SelengkapnyaSaat akan melintas di lokasi kejadian dan melihat beberapa orang berada di rel kereta api, masinis segera membunyikan suling lokomotif berulang-ulang agar orang
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Potret Panglima TNI dan Kasad ajak anggota dan warga untuk melakukan kegiatan mencintai alam.
Baca SelengkapnyaDi musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaPelaku sebanyak tiga orang berinisial AL (20), MS (25) dan JS (20).
Baca SelengkapnyaMata merah terjadi saat pembuluh di mata membengkak atau teriritasi.
Baca SelengkapnyaSetelah puas melakukan aksi bejatnya itu, tersangka kemudian mengembalikan kunci sepeda motor dan handphone milik korban.
Baca SelengkapnyaSekeluarga di Muntilan ini kompak memasyarakatkan bunga anggrek dan menyembuhkan trauma para peminatnya.
Baca Selengkapnya