Tifatul akui data penerima BLSM tidak akurat
Merdeka.com - Karut marut Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM terus bergulir. Publik menilai data penerima BLSM tidak tepat sasaran, karena tak sedikit warga miskin yang terdaftar.
Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring mengakui masih ada kekurangan atas data penerima BLSM. Sebab, pemerintah masih menggunakan daftar Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikumpulkan pada 2011 lalu.
"Itu kan data tahun 2011, jadi ada deviasi dua tahun ini sekitar 6-7 persen. Itu juga diakui oleh tim dari BPS. Mungkin itu tinggal di update saja. Wajar lah, tinggal di update saja, ada yang meninggal, ada yang pindah rumah, ada yang kaya sekarang, dulu juga orang ada yang naik motor ambil BLT itu. Ini kan sekarang udah lebih terukur pendapatan mereka berapa" kata Tifatul di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/6).
Menurutnya, sulit memastikan data yang dikumpulkan BPS terhadap warga Indonesia yang jumlahnya mencapai 250 juta jiwa. Namun, dirinya masih mengklaim angka itu masih lebih baik sebagai landasan pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) untuk menerima Rp 300 ribu per keluarga.
"Mungkin saja 2011 orang penerima BLSM susah keadaannya, tapi 2013 orang sudah berubah kan," kilahnya.
Seperti diketahui, banyak warga miskin tak terdaftar sebagai penerima BLSM. Salah satu contoh, Warkem (65 tahun), nenek tua yang sangat miskin ini tidak kebagian jatah BLSM. Satu lagi bukti karut marut pembagian BLSM.
Warkem yang hidup sebatang kara, tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. Dia tinggal di rumah berukuran 4x5 meter di RT 03/ RW 01 Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Banyumas Jawa Tengah. Tak ada ruang tamu di rumahnya. Hanya kamar tidur yang menyatu dengan dapur. Sedangkan untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK), Warkem bergantung pada sungai yang mengalir tak jauh dari tempat tinggalnya.
\r\n (mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaLonjakan ini terjadi seiring lonjakan permintaan dua jenis BBM saat lebaran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaASN yang ditugaskan ke IKN akan mulai pindah secara bertahap
Baca SelengkapnyaKetua THN AMIN Ari Yusuf Amir menyatakan, saat ini pihaknya menemukan banyak fakta kecurangan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaRencana ini dibahas karena BBM oktan tinggi seperti Pertamax meyumbang polusi yang sedikit.
Baca SelengkapnyaIstana mempersilakan masyarakat melapor ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) apabila memang ada kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sejak tahun 2021.
Baca Selengkapnya