Teroris Level KW, Belajar Autodidak dan Alami Proses Radikalisasi Personal
Merdeka.com - Bom bunuh diri mengguncang Markas Polrestabes Medan, Rabu (13/11) lalu. Pelaku Rabbial Muslim beraksi seorang diri alias lone wolf. Pengamat Gerakan Islam dari UIN Jakarta, M Zaki Mubarak mengatakan telah terjadi perubahan aksi teror di Indonesia belakangan ini yang sebagian dilakukan individual.
"Mereka belajar autodidak, dan mengalami proses radikalisasi secara personal. Misalnya beberapa pelaku yang melakukan serangan terhadap polisi yang Tangerang, kemudian di Polsek Wonokromo itu secara struktural tidak terkoneksi dengan jihadis maupun perkumpulan jihadis di tanah air," ujar Zaki dalam diskusi Perspektif Indonesia, di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (16/11).
Zaki mengungkapkan, proses radikalisasi personal itu terjadi melalui berbagai media seperti Youtube hingga media sosial seperti Facebook. Keterampilan mereka pun berbeda jauh dengan mereka yang pernah belajar ke Afghanistan dan Filipina dalam merancang bom ataupun strategi dalam melakukan aksi teror.
"Sekarang itu skalanya kecil. Bomnya dirakit ala kadarnya karena sumber daya yang dimiliki mulai merosot secara signifikan. Sebagian yang punya skill sudah pergi jihad atau sedang dipenjara, tersisa adalah yang tidak memiliki keterampilan dan kapasitas sangat lemah sekali," kata Zaki.
Alarm untuk Aparat Keamanan
Meski begitu, Zaki mengingatkan, ledakan di Polrestabes Medan menjadi warning bagi aparat keamanan karena pelaku bisa menembus jantung pertahanan kepolisian.
"Nah kalau yang level kw (palsu) saja bisa memasuki jantung pertahanan dari institusi keamanan dan menewaskan beberapa polisi maka saya kira yaitu sedang menjadi alarm bahwa mereka sendiri ternyata belajar tentang strategi-strategi itu," sambungnya.
Zaki menambahkan yang terjadi dari tahun 2014 sampai 2016 jihadis-jihadis di Indonesia yang terampil yang ideologinya kuat lebih dari 700 orang berangkat ke Suriah. Jadi yang tersisa di Indonesia kini adalah non struktural atau kelompok kecil.
"Mereka yang berangkat ke Suriah hampir semuanya mati yang tergabung dalam ISIS, yang tersisa adalah jihadis skillnya kurang, sumber daya sangat kecil. Karena yang punya keterampilan tinggi dan ideologi kuat itu kalau enggak ada di Suriah, itu ada di penjara," tutup Zaki.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaJangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca SelengkapnyaSL adalah warga Tangerang. Tetapi dua tahun terakhir tinggal di rumah meretuanya.
Baca SelengkapnyaTurut hadir pula Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Tonny Nainggolan.
Baca SelengkapnyaTotal 146 terduga teroris ditangkap Polri sepanjang tahun 2023.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Antiteror Polri menangkap DE (28) di Bekasi, Senin (14/8). Tersangka tindak pidana terorisme ini merupakan karyawan BUMN.
Baca SelengkapnyaNamanya dikenal banyak orang berkat misi mengejar sisa-sisa anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Poso, Ali Kalora cs
Baca Selengkapnya