Senjakala ngudud mbako
Merdeka.com - Foto hitam putih ber-tone sepia, mengabadikan tilas jalanan yang sibuk di depan gedung berpapan nama PT GMIT. Di foto yang sudutnya telah rusak itu, terekam kerumunan orang. Banyak di antara mereka berjalan kaki, sebagian mengayuh sepeda.
Di tengah jalan, dua becak melintas. Sedang di seberang bangunan, seorang perempuan berambut sebahu berdiri di belakang seorang pengendara motor yang hanya nampak punggungnya. Foto itu, tanpa keterangan tahun pengambilan hanya dibubuhi informasi singkat, "Karyawan PT GMIT Bubar".
Terpajang di laman Purbalingga.info dalam gallery foto-foto Purbalingga tempo dulu, foto itu merekam kenyataan masa silam yang tak mungkin lagi bisa dijangkau. PT GMIT singkatan dari Gading Mas Indonesia Tobacco, adalah pabrik pengekspor lembaran daun kering tembakau. Tujuan pengiriman mereka ke Jerman dan Belanda untuk produk cerutu.
Sekilas riwayat PT GMIT, Koran Suara Merdeka dalam salah satu laporannya bertanggal 12 Desember 2005, mengutip uraian Bupati Purbalingga kala itu, Triyono Budi Sasongko. Ia mengatakan "masa kejayaan tembakau di Purbalingga tahun 1950-an… masa kejayaan itu berakhir tahun 1980-an karena masalah internal perusahaan dan permodalan petani".
Suasana kerumunan buruh-buruh pabrik pengekspor tembakau itu, juga jadi ingatan tak terlupakan bagi Gunawan (70), pemilik Toko Tembakau Kumpul di Jalan Jenderal A Yani Purbalingga. Ia bercerita, masih terbayang kenangan 46 tahun silam. Saban pagi, rombongan buruh PT GMIT melangkahkan kaki seiring jalan dengan para pedagang dan warga yang menuju Pasar Kota Purbalingga.
Kebetulan, Toko Kumpul berhadapan persis dengan pasar Kota Purbalingga yang memiliki sejarah panjang dari era kolonial. Pasar tradisional itu sempat terbakar, identik dengan kekumuhan pedagang-pedagang tiban di pinggiran jalan. Kini, keriuhan pasar telah digantikan oleh taman kota Usman Janatin Park yang sepi.
Bagi Gunawan sendiri, keramaian situasi puluhan tahun silam telah membawa berkah. Dahulu, kenangnya, pedagang-pedagang pasar dan warga terbiasa mampir lalu berkumpul di tokonya. Empat sampai lima orang, duduk mengitari meja di dalam toko. Mereka saling bercerita sembari memilih tembakau lantas melinting bersama.
"Udud mbako istilahnya," kenang Gunawan sembari melinting daun kawung (enau atau aren) yang telah ditaburi tembakau jenis Garangan kesukaannya saat ditemui merdeka.com di kediamannya, Kamis (30/4) dan Jumat (31/4).
Namun, situasi saling tukar informasi di Toko Kumpul, yang bisa dikatakan menciptakan komunitas atau ikatan antarwarga dari kesukaan bersama yakni melinting tembakau, tinggal cerita. Seiring waktu, saat-saat ketika melinting tembakau menjadi bagian keriuhan publik pun telah berakhir.
"Sudah enggak ada lagi pembeli yang berkumpul seperti dulu sembari melinting. Beberapa pembeli memang datang, membungkus setengah ons sampai satu ons tembakau. Situasinya memang sudah tak seperti dulu," imbuh Gunawan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menjelajahi Toko Tembakau di Sepanjang Jalan Kaliurang Jogja, Surganya Para Penikmat Tingwe
Sejak awal 2020 banyak bermunculan toko tembakau di Jogja. Salah satu tempat yang paling banyak dijumpai adalah di sepanjang Jalan Kaliurang
Baca SelengkapnyaPendukungnya di Sampang Ditembak Orang Tak Dikenal, Begini Reaksi Prabowo
Prabowo Subianto prihatin relawannya ditembak oleh orang tidak dikenal.
Baca SelengkapnyaPaman di Tanjung Priok Tega Bunuh Keponakannya, Begini Kronologinya
Sejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kejagung Tunjuk 15 Jaksa untuk Meneliti Berkas TPPU Panji Gumilang
Penunjukan 15 jaksa itu setelah berkas perkara diserahkan Bareskrim
Baca SelengkapnyaLebong Tandai, Desa Kecil di Bengkulu Penyumbang Emas Tugu Monas dan Dikuras Habis oleh Penjajah
Salah satu desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih ini dikenal sebagai kawasan pertambangan sejak zaman kolonial hingga menjadi rebutan beberapa negara.
Baca SelengkapnyaTengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Tengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Baca SelengkapnyaSerunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaEmak-Emak Terobos Naik Panggung Dekati Prabowo, Bahlil Tegang Sambil Nunjuk-Nunjuk
Begini detik-detik emak-emak terobos panggung waktu pidato Prabowo. Respons Prabowo hingga Bahlil jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaTukang Bakso Penuh Tato Dapat Rezeki Nomplok Dagangannya Diborong Mayjen TNI Kunto 'Rezeki Anak Salih'
Sang jenderal diketahui memborong hingga memberi segepok uang ke sang penjual bakso.
Baca Selengkapnya