Rupiah merosot, SBY tak terima 'dikambinghitamkan'
Merdeka.com - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) panas mendengar berbagai tudingan yang menyebut merosotnya nilai tukar rupiah akibat salah kebijakan yang dilakukan selama kepemimpinannya. Meski begitu, SBY menyatakan akan memikul sendirian beban tersebut.
"Memang yang paling mudah adalah mencari 'kambing hitam', atau harus ada pihak yang disalahkan, terutama terkait jatuhnya rupiah kita. Selain alasan-alasan lainnya, seorang pejabat pemerintah juga menuding bahwa semua ini akibat kebijakan pemerintahan SBY yang salah," keluh SBY lewat akun Twitter @SBYudhoyono, Rabu (18/12).
Meski dituding bertanggungjawab, SBY meminta kepada seluruh mantan anak buah yang bekerja di bawah kepemimpinannya selama 10 tahun tidak bereaksi. Dia pun enggan menyalahkan pemerintahan Jokowi yang masih seumur jagung.
"Menyalahkan orang lain tak akan menyelesaikan persoalan. Itulah pelajaran yang saya petik selama dulu memimpin negeri ini," lanjut SBY.
SBY menjelaskan, ketika itu dia bersama menteri, gubernur, ekonom, dan pebisnis bekerja keras menyelamatkan ekonomi tanah air dari gejolak minyak dunia pada 2005-2008 serta krisis global 2008-2009. Dia pun memutuskan mengeluarkan kebijakan penyelamatan, tanpa menyalahkan pendahulunya.
"Atas keputusan, kebijakan dan tindakan yang kita lakukan -tanpa menyalahkan orang lain-, alhamdulillah kita bisa selamatkan ekonomi kita. Jika ada yang salah dengan kebijakan pemerintahan SBY, semua itu tanggung jawab saya. Saya tak akan pernah menyalahkan yang lain," lanjut SBY.
"Prinsip kepemimpinan yang saya anut, pantang menyalahkan baik pendahulu maupun pengganti saya. Tabiat menyalahkan tak baik dan tak arif. Saya juga tak suka menyalahkan pendahulu. Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur dan Ibu Megawati, semua ingin berbuat yang terbaik," tutupnya.
Sebelumnya, santer diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil melemahnya nilai tukar rupiah akibat pemerintah di masa lalu. Kondisi itu yang menyebabkan nilai rupiah tertekan di angka Rp 12.500 per USD 1.
"Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu (Pemerintahan sebelumnya)," ungkap Sofyan di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (15/12).
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca Selengkapnya5 Perampok Bercadar Sekap Karyawan SPBU di Kediri, Gasak Uang Rp35 Juta
Kedua tangannya diikat dengan sabuk dan mulutnya disumpal kain.
Baca SelengkapnyaKumpulan Komentar Sri Mulyani soal Program Makan Siang Gratis Diusung Prabowo-Gibran
Usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani menyampaikan pemerintah telah menargetkan defisit APBN 2025 maksimal di angka 2,8 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gara-Gara Rokok dan Uang Rp20 Ribu, Tukang Potong Rambut Meninggal Dikeroyok
Aksi penganiayaan itu dipicu lantaran para pelaku mengungkit permasalahan korban.
Baca SelengkapnyaKaryawan Bobol Gudang Sembako Milik Bosnya, Mentega Senilai Rp200 Juta Raib Dicuri
Ada ratusan dus mentega yang berhasil digasak dengan nilai kerugian mencapai Rp 200 juta
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaRUPS BNI Rombak Besar-Besaran Direksi dan Komisaris, Ini Daftar Lengkapnya
Pada RUPS tahunan menyepakati perombakan susunan direksi dan komisaris BNI.
Baca SelengkapnyaIbu Jubaedah Mekaarkan Senyum Di Desa Miskin
Ibu Jubaedah bercerita bahan dasar yang digunakan kerupuk ini adalah kencur.
Baca SelengkapnyaPemerintah Berencana Naikkan Dana Peremajaan Sawit Jadi Rp60 Juta Per Hektare
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat di Istana Negara untuk membahas sejumlah isu penting terkait kebijakan sawit di Indonesia.
Baca Selengkapnya