Resah, duel ala gladiator kian mewabah di lingkungan anak sekolah
Merdeka.com - Ragam kampanye menolak kekerasan di lingkungan sekolah terus digaungkan lembaga pendidikan hingga tenaga pengajar. Namun yang terjadi, berulang kali anak didik menjadi korban kekerasan, seolah tak terhindarkan.
Padahal, pada beberapa kasus sebelumnya sudah ada jatuh korban jiwa. Namun tak membuat kekerasan di lingkungan pendidikan mereda. Seperti duel ala gladiator yang kini marak.
Terbaru, seorang pelajar di Tulungagung menjadi korban aksi gladiator teman-teman sekolahnya. BS (13) dikeroyok tiga orang anak pada Sabtu (13/12) kemarin.
Kapolsek Boyolangu AKP Puji Widodo, Selnin mengatakan, kasus tersebut sempat menjadi atensi penanganan perkara di jajarannya namun kemudian dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Tulungagung karena pelaku dan korban masih di bawah umur.
"Kami membantu saja, untuk penanganan perkara saat ini sudah ditangani Unit PPA," kata Puji Widodo.
Akibat pengeroyokan itu, BS, siswa kelas VII SMPN 1 Boyolangu, mengalami luka parah di bagian dahi hingga rahang. Keluarga menuntut pelaku diproses hukum.
"Keponakan saya harus menjalani operasi besar karena tulang dahinya sampai pangkal hidung retak," ujar paman korban, Hindro Wiyono.
Kejadian bermula saat BS dikeroyok tiga temannya saat jam pelajaran kosong, menunggu pembagian raport. BS dikeroyok dalam posisi disaksikan puluhan siswa lain yang menonton aksi pengeroyokan ala gladiator.
"Ada banyak siswa yang melihat tapi tidak berbuat apa-apa. Bahkan ada yang mengadu dengan memasang taruhan," kata salah seorang saksi tak mau disebut namanya.
Sedangkan pengakuan BS, dia awalnya berkelahi dengan salah seorang pelaku berinisial Ctr (14) karena sering melakukan perundungan kepadanya.
Perkelahian itu berlangsung singkat dan keduanya segera dipisah oleh teman-temannya. Namun Ctr datang kembali mengajark rekannya Ek (14) dan Vt (14).
Tiga siswa ini kemudian mengeroyok BS hingga terjatuh. Saat jatuh itu kepala BS membentur pinggiran lantai, hingga kepalanya terluka parah.
"Semua memukuli saya. Setelah saya jatuh, mereka kabur," ucap BS.
Sebelum di Tulungagung, kasus gladiator terjadi Bogor, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi sampai dua kali dengan rentang waktu yang tak terlalu jauh.
Pada 20 November lalu, ARS (16), siswa SMP Asy-Syuhada Rumpin, tewas dalam duel ala Gladiator dengan pelajar dari sekolah lain di Kampung Leuwihalang, Desa Gonang, Rumpin, Jumat kemarin.
Kepala Polsek Rumpin Komisaris Polisi Sudin Simangunsong mengatakan, korban tewas setelah terkena sabetan celurit di beberapa bagian tubuh. Sudin menuturkan, sebelumnya antara korban dan lawan sudah janjian untuk berkelahi.
"Jadi mereka memang sudah janjian mau berantem antar sekolah SMP. Bukan tawuran," kata Sudin saat dikonfirmasi, Sabtu (25/11).
Sudin menambahkan, saat berkelahi, korban tidak sendiri. Ada dua teman lainnya yang ikut berkelahi. Masing-masing dari mereka juga sudah punya lawannya sendiri.
Saat pertarungan tersebut, korban mengalami luka robek sabetan celurit di bagian pinggang belakang, pinggul, lengan dan pergelangan tangan kanan. Mengetahui hal tersebut, teman korban langsung membawanya ke Puskesmas Rumpin.
"Nyawa korban tidak tertolong dan meninggal di puskesmas karena kehabisan darah," katanya.
Kejadian yang sama juga pernah dialami siswa di Bogor. Pelajar berinisial HCER (15) tewas dalam duel maut ala gladiator.
Saat penyelidikan kasus tersebut berjalan, salah satu tersangka AB mengaku tiga kali memukul pipi serta satu tendangan ke perut hingga menyebabkan korban terkapar dan sekarat.
Melihat korban sudah tak berdaya, AB disuruh oleh salah satu seniornya yang juga telah menjadi tersangka untuk menghajar korban sampai KO.
"Di belakang saya ada yang bilang belum KO itu, hajar terus. Pas udah gitu datang wasit," kata AB, Senin (25/9).
Korban masih bernapas setelah dihajar habis-habisan, meski sudah dalam keadaan sekarat. Tersangka bersama siswa lainnya yang berada di lokasi kejadian, membawa korban ke gazebo yang terletak tidak jauh dari Taman Palupuh, Bogor.
Korban mengembuskan napas saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Ketiga terdakwa AB, MS dan HK divonis penjara berbeda oleh PN Kota Bogor. Selain itu, para terdakwa juga wajib mengikuti pelatihan selama tiga bulan di Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
HK dan AB dijatuhi vonis dua tahun penjara, Sementara MS divonis penjara selama 1,6 tahun. Sedangkan untuk tersangka lain masih dalam proses hukum.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca SelengkapnyaMeski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.
Baca SelengkapnyaPada musim liburan, banyak orangtua mengajak anak mereka untuk berlibur. Dalam perjalanan, tak jarang anak mengalami rewel. Begini cara menenangkannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaHujan yang membawa angin kencang tersebut turut membuat kilatan petir di langit Makkah.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaSebelum mulai bersekolah ada hal yang harus dipersiapkan orangtua agar bisa dilakukan anak.
Baca SelengkapnyaKenali penyebab sakit kepala yang dialami agar bisa melakukan penanganan yang tepat.
Baca Selengkapnya