Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Bogor Terancam Puso
Merdeka.com - Musim kemarau berkepanjangan membuat 800 hektare lahan sawah di Kabupaten Bogor terancam gagal panen. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhorbun) Kabupaten Bogor pun berharap segera turun hujan.
"Saat ini yang sudah puso (gagal panen) sudah lebih dari 30 hektare, tersebar di beberapa wilayah, seperti Jonggol dan Cariu," kata Kepala Distanhorbun Kabupaten Bogor Siti Nurianti, Senin (23/9).
Dia menjelaskan, kerugian dari 30 hektare sawah itu sekitar Rp 774 juta. "Asumsinya, satu hektare sawah menghasilkan 6 ton gabah kering dan nilai gabah kering per kilogram Rp 4.300," terangnya.
Untuk menghadapi kekeringan, mulai tahun 2020 Distanhorbun bakal membangun sejumlah embung atau penampungan air di sekitar sawah tadah hujan, agar gagal panen bisa ditekan seminimal mungkin.
"Pembangunan embung bisa pakai APBD maupun APBD. Kalau memungkinkan juga kita mau bangun sumur artesis dengan kedalaman 100 meter," katanya.
Selain itu, asuransi pertanian pun akan kembali digalakkan oleh Pemkab Bogor, agar petani tidak risau jika sawahnya gagal panen. "Karena sekarang masih sangat sedikit yang ikut asuransi," ujar Siti Nurianti.
Siti menjelaskan, sebelum gagal panen, sawah melewati beberapa fase. Mulai terancam kekeringan, kekeringan ringan, berat hingga puso.
"Makanya kita harapkan ada hujan. Seperti di Parungpanjang dan Tenjo sudah ada hujan. Supaya kekeringan tidak berujung puso," kata Nurianti.
Seperti di Desa Weninggalih, dari 444,302 hektare luas desa itu, sekitar 200 hektare di antaranya merupakan persawahan yang menjadi pegangan hidup masyarakat di sana. Namun seluruh terancam gagal panen.
"Sudah tidak bisa panen sama sekali sebagian besarnya. Masih ada yang hijau-hijau. Tapi, kalau tidak hujan juga pasti gagal panen juga," kata Penjabat Kepala Desa Weninggalih, Samsu.
Pihak desa pun tidak bisa berbuat banyak. Samsu mengaku saat ini fokus lebih dahulu mendatangkan bantuan air bersih untuk warga.
Salah satu petani, Pandi (52) hanya bisa pasrah menerima kenyataan sawahnya harus kekeringan dan gagal panen. "Ya mau gimana lagi. Mudah-mudahan nanti ada bantuan dari pemerintah supaya bisa menanam lagi nanti," katanya.
Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat masih ada 22 kecamatan mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Namun, paling parah terdapat di wilayah timur, seperti Jonggol, Cariu, Sukamakmur.
"Beberapa wilayah sudah mulai turun hujan. Tapi intensitasnya tidak tinggi. Tapi sejauh ini permintaan distribusi air bersih mulai berkurang. Diperkirakan mulai akhir Oktober lah hujan mulai serentak di Kabupaten Bogor," kata Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hassan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa kecamatan yang tercatat mengalami pergeseran suara antara lain, Ciseeng, Klapanunggal, Gunungputri, Bojonggede, Jasinga, dan Citeureup.
Baca SelengkapnyaKementan terus menggalakkan program bantuan pompanisasi, khususnya di lahan persawahan tadah hujan.
Baca SelengkapnyaIndustri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi memantau langsung Penyaluran Bantuan Beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor (15/2).
Baca SelengkapnyaMunculnya busa di Aliran Sungai Ciliwung, Kelurahan Kedung Halang, kali pertama dilihat oleh warga pada hari Sabtu (23/3).
Baca SelengkapnyaLuas hamparan panen di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa seluas 266 hektar.
Baca SelengkapnyaDari hasil rekapitulasi jumlah kendaraan pada arus mudik dari Merak ke Bakauheni yang didata Polda Banten sebanyak 259.216 kendaraan bermotor.
Baca SelengkapnyaKabupaten Garut dan Bogor terjadi ketidaksetaraan dalam kapasitas fiskal dan birokrasi.
Baca SelengkapnyaAlam Ganjar, putra semata wayang Ganjar tidak ketinggalan memberikan orasi.
Baca Selengkapnya