Potret suram pelacuran kelas teri di Bali
Merdeka.com - Musik kendang kempul khas Banyuwangi mendentam-dentam keras memekakkan telinga. Lampu warna-warni lima watt mulai menyala kelap-kelip. Kompleks pelacuran kelas teri di Danau Tempe, Sanur, Bali, mulai hidup.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 Wita, saat merdeka.com menelusuri kawasan tersebut, Sabtu (19/6). Tapi rupanya lokalisasi Danau Tempe belum terlalu ramai. Belasan wanita setengah baya asyik memoles bibir dan wajah mereka dengan gincu dan bedak.
Pakaian mereka seronok. Rata-rata rok mini dan atasan yang setengah terbuka. Sebagian lagi bercelana super pendek.
"Biasanya sih mulai ramai jam 23.00 Wita ke atas. Kalau malam Minggu begini bisa sampai pagi," kata Rani, salah seorang wanita penjual cinta saat berbincang dengan merdeka.com.
Lokalisasi Danau Tempe berdiri di gang-gang sempit. Ada belasan pondok di sana yang menyediakan kamar-kamar untuk memadu cinta sesaat. Ada juga meja dan kursi dan perangkat karaoke. Sekadar pemanasan sebelum masuk kamar.
Namanya lokalisasi kelas teri, jangan harapkan kamar-kamar yang nyaman. Kamar di sana, hanya disekat satu sama lain. Ada kasur tipis dekil. Tak ada AC atau kipas angin, hawa dalam kamar panas sekali.
Sebuah tempat bilas yang cuma disemen dan lubang untuk buang air ada di setiap kamar.
Di dinding kamar berjejer foto-foto seronok artis mengiklankan kondom. Di kawasan ini memang pelanggan wajib menggunakan kondom. Walau faktanya masih ada saja yang bandel.
Lokalisasi Danau Tempe bukti tak semua hal di Bali serba glamor. Kerasnya perjuangan para wanita ini menjadi bukti tak mudah mencari uang di Tanah Dewata.
"Kalau di sini rata-rata tarifnya Rp 100.000. Uang itu sudah termasuk biaya kamar," kata Rani.
Walau sudah murah, banyak tamu yang masih menawar. Kadang bahkan ada yang minta harga Rp 25.000.
"Banyak yang tega, Mas. Nggak kasihan sama kita," keluhnya.
Seorang wanita lain, Susi, mengaku tak selalu dapat tamu. Kalau begini, terpaksa dia menurunkan tarif.
"Berat mas, tamu kadang nggak banyak. Di sini ada lebih dari 100 wanitanya. Kalau nggak dapat tamu gimana mau makan sama bayar kontrakan," kata wanita asal Jember ini.
Susi menjelaskan kebanyakan wanita di sana datang dari Jawa Timur. Seperti dirinya dan Rani yang sudah belasan tahun merantau ke Bali untuk menjadi PSK.
Malam makin larut, Susi dan Rani keluar dari pondokan. Berdiri sambil merayu laki-laki yang lewat.
"Ayo, mas. Mau main ya?" kata mereka genit.
Si lelaki cuek saja. Rani tak putus asa, dia kembali merayu pria lain yang melintas. Tak juga berhasil. Entah apa malam itu dia bisa dapat pelanggan, atau kalah bersaing dengan pelacur yang lebih muda.
Hidup memang keras.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemda Bali telah menggelar rapat bersama seluruh wali kota setempat untuk menyepakati besaran tarif pajak hiburan karaoke hingga spa di bawah 40 persen.
Baca SelengkapnyaSeorang pria WN Rusia, LK (51) ditangkap petugas Kantor Imigrasi Kelas II TPI Singaraja, Bali, karena kerap bikin onar dan meresahkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaTiti Kamal memiliki rumah mewah di Bali dengan pemandangan indah yang mengelilinginya. Seperti apa potretnya?
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Vidi Aldiano begitu menikmat momen liburan di Bali bersama keluarganya. Intip yuk foto-fotonya.
Baca SelengkapnyaTahu nggak sih? Penampilan Soimah di luar panggung jauh banget bedanya.
Baca SelengkapnyaAliran sungainya juga tampak berwarna gelap, seolah menunjukkan kedalaman sungai ini
Baca SelengkapnyaPotret Kamar Pensiunan Jenderal Menantu Eks Panglima ABRI, di Dalamnya Ada Lemari Unik Bikin Melongo
Baca SelengkapnyaParto Patrio mendadak menjalani operasi usai dilarikan ke rumah sakit baru-baru ini. Hanya selang sebentar dari momen
Baca SelengkapnyaSaat itu, tiga orang pelaku masuk ke vila sambil membawa senjata api kaliber 7,65.
Baca SelengkapnyaMahfud MD, Gibran Rakabuming dan Muhaimin Iskandar. Kira-kira, siapa ya yang paling tinggi menambah elektabilitas capresnya?
Baca Selengkapnya