Polisi buru otak pembunuhan Salim Kancil lewat ponsel tersangka
Merdeka.com - Kasus pembunuhan Salim Kancil, aktivis yang tewas akibat menentang pertambangan di Lumajang, Jawa Timur, terus diselidiki kepolisian. Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) menduga masih ada otak pembunuhan selain Kepala Desa Awar-awar, Hariono.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengaku, pihaknya masih menyelidiki pesan singkat di ponsel para tersangka untuk mengungkap tersangka lainnya. Penangkapan Hariono diyakini bakal membongkar kasus ini lebih dalam.
"Tapi enggak menutup kemungkinan (ada tersangka baru), ini kan masih proses, kita cek dari SMS (pesan singkat) di HP (ponsel) masing-masing (tersangka)," kata Badrodin di Jakarta, Jumat (2/10).
Pendalaman terhadap Hariono terus dilakukan. Menurut Badrodin, pihaknya menduga ada orang lain yang membiayai aksi kejam tersebut.
"Sedang kita kembangkan, apakah di balik kepala desa ada yang membiayai ada yang mensponsori," ungkapnya.
Selain warga sipil, Badrodin menegaskan tidak pandang bulu bila didapati anak buahnya terlibat. Sesuai peraturan maka anggota kepolisian itu pasti dipecat.
Seperti diketahui, pada Sabtu (26/9) pekan lalu menjadi hari terakhir bagi keluarga melihat sosok Salim Kancil. Dia meregang nyawa lantaran dianiaya hingga tewas oleh sekelompok orang.
Jauh-jauh hari pertikaian ini coba dihindari. Salim dan kawannya, Tosan, memang giat menolak penambangan pasir liar di tepi pantai dekat tempat tinggal mereka, di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Keduanya bergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa. Mereka merasa penambangan pasir itu tidak membawa berkah apapun. Justru sebaliknya. Jalanan di desa mereka rusak akibat truk-truk pengangkut pasir hilir mudik. Abrasi pun mengancam pantai jika pasir itu terus dikeruk. Meski demikian, keduanya mungkin sudah bersiap perjuangan mereka bakal membahayakan nyawa.
Penambangan pasir liar itu konon melibatkan sang kepala desa. Raja kecil itu terusik dengan aspirasi disuarakan Salim, Tosan, serta kawan-kawan mereka yang lain. Guna membungkam para pegiat, dia diduga mengerahkan para preman.
Gelagat bakal adanya tindakan kekerasan sudah terlihat beberapa waktu sebelumnya. Saat itu, Salim dan Tosan serta beberapa tetangga mereka sedang kerja bakti membersihkan lingkungan didatangi sekelompok orang. Mereka diancam menggunakan senjata tajam supaya tidak melakukan kegiatan menolak penambangan pasir liar. Adu mulut sempat terjadi.
Puncaknya pada Sabtu pekan lalu. Sekelompok orang menganiaya Tosan hingga kritis. Sementara Salim disiksa hingga tewas.
Dari penyelidikan dilakukan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, saat itu Salim dan Tosan dikeroyok 40 orang. Salah satu anggota tim investigasi KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir mengatakan, penganiayaan itu lebih dulu dilakukan kepada Tosan. Dia didatangi rombongan orang yang sudah gelap mata di rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB.
"Tosan dijemput paksa di rumahnya. Tanpa banyak bicara, puluhan orang yang membawa pentungan kayu, celurit dan batu itu mengeroyok Tosan," kata Fatkhul di Surabaya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi memastikan ZH kini telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pemerkosaan itu.
Baca SelengkapnyaBukan menangkap penjahat, polisi dalam video ini justru menangkap seekor sapi yang lepas di jalanan
Baca SelengkapnyaPeristiwa memilukan itu viral di media sosial setelah di-up oleh sang ibunda
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saipul Jamil kini berstatus sebagai saksi dimintai keterangan dan dipastikan negatif narkoba.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki penyebab pelaku tega membunuh ibu kandungnya.
Baca SelengkapnyaIstrinya tengah menjalani rawat jalan sejak mengidap ODGJ enam bulan lalu.
Baca SelengkapnyaTeka teki penangkapan artis sekaligus pedangdut Saipul Jamil sudah terkuak.
Baca SelengkapnyaKasus ini mencuat setelah viral pengakuan ibu korban putrinya dilecehkan ayah kandung.
Baca SelengkapnyaPetugas Damkar Jaktim Pelaku Pencabulan Anak Kandung Ditahan, Polisi: Khawatir Melarikan Diri
Baca Selengkapnya