Pesona Katedral yang tak pernah luntur

Merdeka.com - Dalam setiap perayaan hari besar, gereja Katedral ibarat magnet bagi umat Katolik di Jakarta. Dalam rangkaian perayaan Paskah, Jumat (6/4) misalnya, gereja berarsitektur Eropa itu dipenuhi oleh umat Katolik yang ingin beribadah.

Lepas dari fungsi rohaninya, pesona fisik bangunan gereja yang diresmikan 21 April 1901 itu seolah tak ada habisnya. Jika ditatap dari depan, tampak tiga puncak menara yang menjulang tinggi. Sebuah menara kecil di atas dan di tengah-tengah atap diberi nama Menara Angelus Dei menjulang setinggi 45 meter.

Menara ini diapit dengan dua menara yang menjulang setinggi 60 meter di sisi kiri dan kanannya. Sementara menara di sebelah utara, yang bentuknya menyerupai benteng, disebut Benteng Daud yang melambangkan Maria sebagai perlindungan terhadap kuasa-kuasa kegelapan.

Sedangkan yang di sebelah Lapangan Banteng disebut Menara Gading, gading yang putih dan murni melambangkan keperawanan Maria. Ketiga menara ini terbuat dari besi, karena bahaya gempa bumi, meskipun sebenarnya ini tidak cocok untuk bangunan gaya neo-gotik. Di antara kedua menara tinggi terdapat rozet (jendela bundar) yang melambangkan Rosa Mystica, lambang Bunda Maria.

Di Menara Benteng Daud terdapat lonceng yang berukuran sedang yang terdapat inskripsi dalam bahasa Latin yang terjemahan bebasnya adalah "Aku dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken; tanggal 2 bulan Maria; doakanlah kami; 19 Juni 1900".

Sementara di Menara Gading, terdapat lonceng yang ukurannya lebih kecil disumbangkan oleh Tuan Chasse seorang anggota Dewan India pada tahun 1831 dan diberkati pada tahun 1834. Pada lonceng tersebut terdapat tulisan: "Aku mau menyalami Maria; pesta Santo Nikolas". Sedangkan lonceng terbesar yang dinamai Wilhelmus merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit yang juga diberkati pada tahun 1834.

Jika masuk melalui pintu utama, maka akan terlihat hiasan patung Maria dan pada bagian atas pintu terdapat tulisan "Beatam Me Dicent Omnes Generationes" yang artinya "Semua keturunan menyebut aku bahagia".

Masih di pintu utama gereja, juga akan terlihat selempeng batu pualam putih menempel di tembok bertuliskan kalimat dalam bahasa Latin yang artinya: "Aku didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899 - 1901."

Memasuki ruangan dalam gereja, setiap orang pasti akan langsung terpesona oleh keindahan arsitektur bagian dalamnya. Sinar matahari yang menembus jendela kaca patri akan menambah indahnya pesona gereja.

Pilar-pilar yang kokoh berbaris menyangga atap tampak membentuk lorong. Tempat bagi paduan suara ini sekarang sebagian dimanfaatkan untuk museum.

Langit-langit gereja pun terbuat dari kayu jati bukan batu sebagaimana lazimnya bagunan besar. Langit-langit kayu setinggi 17 meter itu dibuat untuk mengantisipasi gempa bumi.

Bagian altar gereja katedral tampak megah. Altar berbentuk tiga buah setengah bundaran. Bagian tengah merupakan Altar Utama, bagian kiri adalah Altar Maria dan bagian kanan adalah Altar Santo Yosep.

Di bagian luar, kehadiran Goa Maria melengkapi pesona gereja Katedral ini. Goa ini diresmikan pada tanggal 8 Desember 1979 oleh Pastor Van Ierssel SVD yang pada saat itu menjabat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta. Dari bentuk fisiknya, Goa ini mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Pada salah satu dindingnya terdapat batu asli dari Lourdes.

Kini gereja Katedral sudah lebih dari 100 tahun berdiri. Berbagai masalah pernah dialami oleh gereja tersebut, mulai dari insiden kebakaran dan peledakan bom malam Natal 2000. Namun semua itu tidak juga bisa melunturkan pesona gereja.