Penutupan lokalisasi Sunan Kuning berkali-kali ditolak
Merdeka.com - Sunan Kuning adalah salah satu lokalisasi yang mempunyai perkembangan cukup menarik. Sejarah terbentuknya lokalisasi ini diawali dari dikumpulkannya para pekerja seks komersil (PSK) yang berkeliaran di jalan-jalan protokol Kota Semarang pada tahun 1960-an. Para PSK dijadikan satu di sebuah kampung yang bernama Karang Kembang agar Kota Lumpia itu menjadi bersih.
Seiring berjalannya waktu, Karang Kembang tidak cukup lagi menampung jumlah para PSK yang semakin banyak. Pemerintah Kota Semarang lalu memindahkan mereka ke sebuah bukit yang jauh dari pemukiman penduduk, yaitu di daerah Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat. Lokalisasi Sunan Kuning akhirnya resmi ditempati pada tanggal 29 Agustus 1966.
Nama Sunan Kuning sendiri sebenarnya adalah Soen Koen Ing, seorang tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari etnis Tionghoa. Makam Sunan Kuning berada di wilayah administratif Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat. Letaknya di puncak bukit kecil, sebelah utara Jalan Muradi Raya.
Untuk mencapai tempat itu, harus melewati pemakaman umum warga. Sebuah gapura berlanggam China terdapat di pintu masuk. Pohon-pohon tua seperti pohon jenis kecacil dan jenis jangkang yang tumbuh merimbun membuat kompleks makam Sunan Kuning menjadi teduh.
Pengunjung makam berasal dari berbagai kota di Jawa Tengah, Jawa Timur. Mereka datang dengan aneka maksud dan tujuan, mulai dari mencari jodoh, penglaris, kemuliaan hidup, dan kesembuhan. Makam Sunan Kuning ramai pada Bulan Besar atau malam Jumat Kliwon di Bulan Sura.
Karena letaknya di Jalan Sri Kuncoro, pada tahun 1970-an orang sering menyebut lokalisasi dengan empat gang itu dengan singkatan SK. Kerancuan penyebutan istilah dan nama itu pun terjadi. Mereka yang tidak tahu, mengira SK kependekan dari Sunan Kuning, yang lokasi makamnya tak jauh dari tempat itu. Celakanya, identifikasi itu dari waktu ke waktu kian terlembagakan.
Pada tahun 1985 Wali Kota Semarang sempat ingin memindahkan lokalisasi Sunan Kuning ke Dukuh Dawung Pudak Payung, tetapi ditolak karena warganya tidak setuju dengan pemindahan tersebut. Pemindahan lokalisasi itu berdampak pada pencemaran sungai sekitar Dukuh Dawung, yang airnya dimanfaatkan warga untuk minum sehari-hari. Akhirnya lokalisasi tersebut tidak dipindah dan menetap di Kalibanteng Kulon sampai sekarang.
Aksi penolakan penutupan lokalisasi Sunan Kuning pun juga sempat terjadi besar-besaran pada tahun 1997. Tidak hanya oleh warga sekitar, penolakan juga didukung oleh delapan LSM yang tergabung dalam Forum Kita Peduli Aids Semarang (Kipas). Mereka adalah Kalandra, PKBI Jateng, Yayasan Wahana Bhakti Sejahtera, Yayasan Bahana Kepedulian, Griya ASA PKBI, Yayasan Binterbusih, Graha Mitra, dan Masyarakat Peduli AIDS Semarang.
Kini rencana penertiban lokalisasi mulai diangkat kembali. Dirjen Rehabilitasi dan Kementerian Sosial di Jawa Timur mewacanakan penertiban bisnis esek-esek ini mulai dari Jawa Timur. Jika benar terealisasi, bukan tidak mungkin penertiban juga akan meluas hingga ke Sunan Kuning.
“Sebetulnya soal penutupan lokalisasi SK ini menguntungkan bagi para pekerja seksnya (PSK). Selain tidak dipungut biaya sewa kamar mereka juga tidak menyetorkan sejumlah uang kepada mami dan germonya. Namun yang menjadi persoalan adalah para pekerja seks ini nantinya akan rentan terkena Penyakit Seks Menular,” jelas Muhammad Hudallah, mantan Koordinator ASA-PKBI saat dihubungi merdeka.com, Kamis (19/4).
Huda menyatakan lokalisasi Sunan Kuning merupakan lokalisasi resmi dan berbadan hukum. Sebab, proses pendirian lokalisasi yang terbesar di Jawa Tengah itu diresmikan pada tahun 1996 dan dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Hadi Subeno tertanggal 29 agustus 1996.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaKarena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.
Baca SelengkapnyaAda sebuah penginapan ekonomis di salah satu sudut kotanya yang bisa dikunjungi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Upacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca SelengkapnyaGaya arsitektur Istana Kuning merupakan percampuran berbagai kebudayaan seperti Melayu, China dan Dayak
Baca SelengkapnyaMasjid unik ini gunakan nama bahasa Sunda bukan Arab. Ini fakta di baliknya.
Baca SelengkapnyaWali yang terkenal dengan dakwah melalui kesenian ini ternyata pernah berdakwah pakai cara kekerasan.
Baca SelengkapnyaPeringatan May Day pertama di Indonesia dan Asia dimulai dari Surabaya lewat Serikat Buruh Kung Tang Hwe Koan
Baca SelengkapnyaBerwisata ke Kuningan akan menjadi perjalanan yang dipenuhi keindahan alam, kekayaan budaya, dan petualangan menarik penuh kenangan.
Baca Selengkapnya