Merdeka.com - Aksi kejahatan seksual yang berujung pembunuhan sadis kerap terjadi di Indonesia. Teranyar adalah pembunuh PNF alias Neng (9), dengan tersangka, Agus. Tersangka Agus menyetubuhi korban dan membunuhnya untuk kemudian dibungkus ke dalam kardus.

Agus yang memang seorang paedofil saat melakukan aksi sadis tersebut berada di bawah pengaruh narkoba.

Lantas apa yang menjadikan kejahatan seperti itu terjadi?

"Orang jadi sadis, tidak bermoral, tidak sopan. Itu merupakan proses. Bukan instan. Jadi terjemahannya adalah pendidikan, pendidikan dan pendidikan," kata Anggota Komisi X DPR RI, Popong Otje Djundjunan di Gedung Sate, Bandung, Senin (12/10).

Dia berani mengatakan demikian karena sistem pendidikan di Indonesia sekarang memang salah. Efek hilangnya Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah menjadikan banyak orang lupa mana yang harus ditanamkan dalam diri dan tidak.

"Kenapa saya bilang gitu 15 tahun lalu saat reformasi, PMP dihilangkan, gebleg henteu?," ucap perempuan yang akrab disapa Ceu Popong dengan kesal.

"Kedua BP7, PPPP, pelajaran budi pekerti itu hilang. Akibatnya setelah 15 tahun tidak ada, ya hasilnya seperti ini," terangnya menambahkan.

Dia meminta pemerintah bisa mengkaji kembali sistem pendidikan yang mana setiap individu bisa menjadi pribadi yang berbudi pekerti. Oleh karena itu Undang-Undang sistem pendidikan dikaji kembali.

"Kalau sekarang ada orang geng motor, enggak hapal Pancasila, enggak hapal pahlawan nasional. Jangan salahkan mereka. Yang salah adalah sistem pendidikan," terangnya.

Mata pelajaran dianggap memiliki andil dalam memberikan pengetahuan dan pembelajaran terhadap toleransi antar sesama. Karena setiap individu menanamkan sila-sila dalam pancasila.

"Jadi memang harus mulai dari nol lagi. Dari pendidikan anak usia dini. Itu jawaban saya. Karena kalau bicara sistem pendidikan enggak bisa sekarang bicara, dan besok benar," tandasnya.