Pencemaran di sungai Bengawan Solo sudah semakin parah
Merdeka.com - Warga dari tujuh wilayah kabupaten/kota eks Karesidenan Surakarta melakukan ikrar bersama untuk mengembalikan aliran Sungai Bengawan Solo sebagai sumber kehidupan. Ikrar yang dikumandangkan penduduk dari Kabupaten Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sragen, Boyolali, dan Kota Solo tersebut sebagai bentuk komitmen untuk menjaga dan menyelamatkan Bengawan Solo.
Ikrar tersebut mereka lakukan saat mengikuti Upacara Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia Tingkat Jawa Tengah di lapangan Losari, Semanggi, Pasarkliwon, Solo, Selasa (18/6).
Ikrar yang dilakukan tak jauh dari Sungai Bengawan Solo tersebut juga disaksikan oleh Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, Barlin Abdurahman; Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH)Jawa Tengah, Agus Sriyanto; dan Wakil Wali Kota Surakarta, Achmad Purnomo.
Kepala BLH Jateng, Agus Sriyanto mengatakan, sungai terpanjang di Jawa sepanjang 548 kilometer tersebut saat ini dalam kondisi tidak sehat. Lantaran kualitas air dan daya dukung lingkungannya terus menurun.
"Secara kualitatif pencemaran air sungai Bengawan Solo sudah dalam kategori parah. Kandungan beberapa logam berat di sana diketahui sudah melebihi ambang batas," paparnya.
Menurut Agus, cara paling gampang untuk membuktikan sakitnya air Bengawan Solo, adalah dengan mengamati biota yang hidup di sana. Menurutnya, yang bisa bertahan hanya biota yang tahan terhadap pencemaran saja.
"Secara kuantitatif bisa dilihat dari fluktuasi volume air selama musim kemarau dan musim penghujan. Pada sungai yang sehat perbedaan fluktuasi volume di kedua musim itu tidak terlalu jauh. Lihat sekarang, kalau kemarau kering tapi kalau hujan banjir. Itu mengindikasikan daya dukung lingkungannya yang sudah sangat rendah," jelasnya.
Terpisah, Direktur Lembaga Masyarakat Indonesia Hijau (LMIH), Wasisto Daru Darmawan mengaku berbagai upaya untuk menyehatkan Sungai Bengawan Solo kini mulai gencar dilakukan. Salah satunya dengan membentuk detektif sungai yang beranggotakan siswa dan guru.
"Catatan kami sudah ada 50 orang dari tujuh sekolah di eks Karesidenan Surakarta yang menjadi anggotanya. Untuk menjalankan tugas pengamatannya para detektif itu dibekali kemampuan untuk menganalisa biota dan habitat sungai secara sederhana," katanya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaFakta di Balik Tercemarnya Sungai Bengawan Solo, Bencana Rutin Tiap Tahun.
Baca SelengkapnyaSaat pembangunan waduk terjadi sebuah insiden jebolnya tanggul pembantu yang memakan korban hingga 127 orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.
Baca SelengkapnyaWisata Tawangmangu telah kesohor sejak zaman Belanda ketika berkunjung ke wilayah Solo Raya.
Baca SelengkapnyaWali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka kerap cuti untuk kampanye sebagai Cawapres nomor urut 2. Bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja Pemkot Solo?
Baca SelengkapnyaWarga Bawean Digegerkan Kemunculan Sumber Mata Air Panas usai Gempa di Tuban, Begini Penampakannya
Baca SelengkapnyaBanyak bangunan rumah unik dengan pemandangan indah. Sayangnya, perkampungan tersebut kini terbengkalai.
Baca SelengkapnyaAwalnya jadi sumber pengairan sawah, lalu berubah jadi lokasi mencari pasir.
Baca Selengkapnya