Pemburu Harimau Sumatera Semakin Leluasa Bergerak Saat Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Aktivis konservasi harimau sumatera, Forum HarimauKita menyatakan pandemi Covid-19 membuat pemburuan ilegal terhadap satwa dilindungi semakin leluasa bergerak. Hal itu karena memanfaatkan situasi saat ini ketika orang mengurangi aktivitas di luar.
"Ini justru kesempatan mereka karena pengawasannya turun, mereka lebih leluasa ke dalam," kata Ketua Forum HarimauKita, Ahmad Faisal ketika dihubungi di Pekanbaru, seperti dilansir Antara, Kamis (21/5).
Ahmad Faisal menyatakan hal ini terkait kasus harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang ditemukan mati terjerat di konsesi hutan tanaman industri PT Arara Abadi, anak perusahaan APP Sinar Mas, di Kabupaten Siak, Riau, pada 18 Mei 2020. Ketika sebagian besar instansi dan aparat fokus pada penanggulangan pandemi, para pemburu makin mendapat celah untuk mencari satwa dilindungi dan memasang jerat di wilayah jelajah satwa.
Para pemburu biasanya mencari stok satwa seperti harimau dengan memasang banyak jerat. "Kalau pemburu apalagi yang mencari nafkahnya atau sumber makanannya dari hutan langsung, mereka enggak berlaku work from home. Mereka masih melakukan kegiatan seperti biasa," katanya.
"Jerat ini tidak dipasang satu, dua atau tiga, tetapi sampai berpuluh-puluh bahkan ratusan jerat agar kesempatan dapatkan barang (tangkapan satwa) makin tinggi," lanjut Ahmad Faisal.
Mengenai kasus harimau dijerat di konsesi APP Sinar Mas, ia menilai sebenarnya perusahaan industri kehutanan itu selama ini cukup progresif dalam upaya perlindungan lingkungan dan satwa bernilai konservasi tinggi. Forum HarimauKita bersama APP Sinar Mas melakukan kegiatan bersama di Jambi dan Sumatera Selatan untuk mengedukasi warga terkait konflik manusia dengan harimau, dan juga melakukan patroli sapu jerat.
"Mereka monitoring rutin dengan pemasangan camera traping untuk satwa harimau dan identifikasi satwa lainnya. Ini menunjukkan mereka sebenarnya melek dan tahu di wilayah mereka ada satwa bernilai konservasi tinggi dan satwa dilindungi. Untuk proses manajemennya sendiri untuk melakukan pengelolaan satwa, mereka minta bantuan ke kita untuk pendampingan," katanya.
Meski begitu, dengan upaya yang sudah dilakukan dan ditambah dengan kondisi wabah Covid-19 saat ini, perusahaan tersebut masih juga ada celah yang dimanfaatkan oleh pemburu satwa untuk masuk dan memasang jerat di dalam konsesi di Riau.
"Tanggung jawab mereka untuk patroli pengamanan terutama di areal konservasi mereka yang memiliki High Conservation Value atau HCV, itu yang penjagaannya lebih ketat. Selain itu area-area lain juga perlu pengamanan dan pencegahan juga karena satwa pergerakannya tidak di area konservasi saja, mereka tahunya itu wilayah jelajah," katanya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaUsaha tidak akan mengkhianati hasil. Itulah yang dibuktikan oleh seorang pengusaha ulung dari Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rombongan polisi dan istri mengunjungi permukiman suku Talang Mamak untuk menyosialisasikan pemilu damai.
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaHujan deras mengguyur sejak siang. Intensitasnya meningkat pada sore hari hingga menjelang petang.
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat 12 petugas Pemilu Sumbar meninggal dunia dan 50 orang jatuh sakit pada pelaksanaan Pemilu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca Selengkapnya