Pelajar SMP 147 Ciracas Diduga Bunuh Diri, Komisi VIII DPR sebut Sekolah Lalai
Merdeka.com - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang mengungkapkan keprihatinannya atas kasus bunuh diri SN, pelajar SMP 147 Ciracas. Dia menegaskan bahwa sekolah sesungguhnya bukan hanya tempat siswa mendapatkan ilmu semata. Sekolah juga adalah lembaga yang berperan dalam penanaman nilai.
"Kami berharap bahwa sekolah tentu termasuk guru dan staf tidak menjadikan anak murid ajar saja, tetapi memperlakukan sebagai generasi penerus bangsa yang harus dilindungi perkembangan dan pertumbuhannya menjadi anak anak yang punya nilai-nilai," tegas dia, saat dihubungi, Selasa (21/1).
Dia menjelaskan, keputusan bunuh diri yang dibuat seorang anak tentu bukanlah hal terjadi tiba-tiba. Keputusan tersebut didorong oleh akumulasi perasaan tidak nyaman, tertekan yang dialami korban.
Karena itu, jika benar dugaan bahwa korban bunuh diri karena di-bully, maka pihak sekolah telah lalai dalam menjalankan tugasnya. Terutama tugas untuk memberi perhatian, mengayomi, dan memberikan rasa aman kepada peserta didik.
"Rasanya dari kejadian ini ada kelalaian dan atau abai terhadap anak-anak dari pihak sekolah dari sekian lama si anak menanggung derita hinaan dari bully sama sekali gurunya tidak tahu," ungkapnya.
Tugas sekolah untuk tidak saja memberi ilmu, tapi juga nilai, kata dia, merupakan hal yang penting. Sekolah harus bisa menjalankan peran tersebut.
"Karena itu, perlu juga diselidiki apakah pihak sekolah pernah melakukan peringatan atau sejenisnya dalam peristiwa ini," tandasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perbuatan cabul dilakukan oknum polisi hingga berulang-ulang. Dari korban masih duduk di bangku sekolah dasar hingga ia menginjak kelas 9 SMP
Baca SelengkapnyaLantaran upaya diversi yang dilakukan pihak Kepolisian tidak menemui kesepakatan antara korban dengan 8 anak berhadapan hukum (ABH).
Baca SelengkapnyaBocah tak berdosa itu tewas di tangan ibu kandungnya yang berinisial SNF (26) pada Kamis (7/3) pagi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaSetelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaMomen Pangkostrad berikan selamat pada anggotanya yang baru saja mendapat kenaikan jabatan.
Baca SelengkapnyaSeorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca Selengkapnya