PBNU : Tangkal ideologi ISIS, Negara harus gandeng ormas Islam
Merdeka.com - Sedemikian brutalnya aksi ISIS yang merebak melalui video eksekusi para tawanannya, ternyata masih menuai simpati dan diterima oleh sebagian kalangan di tanah air.
Terkait hal itu, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As'ad Said Ali berpendapat, dalam hal ini negara perlu melibatkan sejumlah ormas Islam, seperti Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, dalam melawan pengaruh dan menangani kelompok-kelompok radikal yang bersimpati kepada gerakan ISIS tersebut.
As'ad mengatakan, hal semacam itu diperlukan untuk memoderasi pandangan-pandangan ekstrem yang terlanjur merasuki sebagian pemahaman masyarakat Indonesia, sekaligus membentengi lingkungan internal masing-masing dari perembesan paham radikalisme.
"Pemerintah perlu mengajak ormas-ormas tersebut untuk memikirkan konsep toleransi yang dapat memelihara iklim toleransi. Adapun bentuk dan substansi diserahkan kepada masing-masing ormas," kata As'ad sebagaimana dikutip dari Antara, Jumat (20/3).
Wakil Ketua Umum PBNU itu juga mengingatkan, pengaruh paham Al Qaeda dan ISIS saat ini sudah menjalar ke sekelompok masyarakat dan butuh segera diantisipasi. Beberapa paham yang dikembangkan juga perlu diluruskan, terutama tentang paham khilafah Islamiyah, jihad, dan pengkafiran.
Selain itu, lanjut As'ad, ISIS yang kini tengah menjadi isu global merupakan kelanjutan dari organisasi garis keras Al Qaeda.
"Aksi mereka pada dasarnya adalah bentuk perlawanan global kelompok radikal Islam terhadap ketidakadilan dunia," Ujarnya.
Menurutnya, isu yang diangkat kelompok ini mampu menarik perhatian anak-anak muda secara cepat dan mendunia, karena mudah dicerna terkait dengan ketidakadilan di Palestina, kesenjangan sosial ekonomi di negara-negara Muslim, dan ekspansi budaya Barat yang dianggap merusak nilai-nilai Islam seperti hedonisme dan materialisme.
"Sementara, di sisi lain, para pemimpin dunia Islam dianggap tidak berdaya dan tunduk pada kemauan Barat," kata As'ad.
"Isu yang dikembangkan tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui jaringan maya, bukan saja di negara-negara Islam, tetapi juga di negara-negara Barat sebagai akibat kebijakan banyak negara, yang memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok perlawanan yang lari dari negara masing-masing, pungkasnya.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaPengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024
Baca SelengkapnyaMasyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gus Ipul menyebut Pilpres 2024 satu putaran bisa mendukung kekhusyukan umat Islam dalam menjalankan ibadah pada Ramadan 1445 Hijriah.
Baca SelengkapnyaIslamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
Baca SelengkapnyaSumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.
Baca SelengkapnyaGuru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaMental ideologi adalah sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar negara Indonesia, seperti Pancasila.
Baca Selengkapnya