Panas dingin RJ Lino tersandera korupsi Pelindo II
Merdeka.com - Direktur Utama PT Pelindo Richard Joost Lino kemarin pagi kembali menjalani pemeriksaan oleh penyidik Badan Reserse Kriminal Polri sebagai saksi terkait kasus dugaan korupsi pengadaan alat bongkar-muat atau crane di PT Pelindo II. Kemarin itu merupakan kehadiran ketiga Lino setelah pemeriksaan pertama pada Senin (9/11) dan Rabu (11/11) lalu.
Lino diperiksa sekitar lima jam oleh penyidik Bareskrim Polri. Seperti pemeriksaan dua kali sebelumnya, Lino menegaskan tidak ada tindak pidana korupsi terkait pengadaan sepuluh mobile crane di Pelindo II. Menurut Lino, pengadaan mobile crane yang menghabiskan Rp 46 miliar itu proyek kecil dan tidak perlu melakukan koordinasi dengan Kementerian BUMN.
"Itu barang kecil jumlahnya cuma berapa, saya ngerjain triliunan project. Ini kerjaannya cuma Rp 46 miliar kok, itu proyek biasa. Tidak perlu koordinasi dengan BUMN," kata Lino usai melakukan pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (30/11).
Lino menegaskan jika kementerian yang dipimpin oleh Menteri Rini Soemarno tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan pengadaan sepuluh mobile crane di Pelindo II. Lino bahkan mempertanyakan maksud dari merugikan keuangan negara itu.
"Yang mengatakan kerugian negara itu siapa, kan masih proses. Kita ikuti saja semua proses yang berlaku," kata Lino. Lino pun mengancam bakal menuntut karyawan PT JICT yang mengatakan hal tidak benar di hadapan Pansus Pelindo terkait pengadaan sepuluh mobile crane di perusahaan yang dipimpinnya.
"Saya tidak mengerti bagaimana, tapi yang penting ada statemen mereka yang saya tidak terima. Jadi apa yang mereka kasih tahu ke saya, itu berbeda dengan apa yang dikatakan ke pansus. Makanya saya somasi mereka, mereka harus jawab ke publik kenapa itu berbeda," ujar dia.
Dalam kasus ini penyidik Bareskrim telah memeriksa 45 saksi dalam kasus ini. Satu di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia adalah Direktur Teknik Pelindo Ferialdy Noerlan.
Dugaan kasus ini mencuat setelah penyidik Bareskrim menggeledah ruang kerja milik RJ Lino pada Agustus 2015. Penyidik menemukan pengadaan crane yang dinilai terlalu mahal dan tidak sesuai perencanaan. Padahal setelah ditelusuri pengadaan sepuluh crane itu tidak dibutuhkan perusahaan berplat merah itu. Akibatnya, negara ditaksir mengalami kerugian Rp 45 miliar.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rugikan Negara Rp1,3 Triliun, 6 Tersangka Korupsi Pembangunan Jalur KA Besitang-Langsa Ditahan
Kejaksaan Agung menetapkan enam tersangka korupsi proyek pembangunan jalur kereta api Besitang-Langsa pada Balai Teknik Perkeretaapian Medan tahun 2017-2023.
Baca SelengkapnyaBulog Gandeng Pelindo Tingkatkan Pelayanan Bongkar Muat Komoditas Pangan
Perum Bulog menjalin kerjasama kemitraan strategis bersama Pelindo.
Baca SelengkapnyaJual Rokok Ketengan Bakal Dilarang, Apindo: Timbulkan Kegelisahan di Industri Tembakau
Sejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bupati Sidoarjo Sempat Lolos OTT, KPK Buka Suara
OTT terkait kasus dugaan korupsi pemotongan insentif ASN Sidoarjo yang mencapai Rp2,7 Miliar.
Baca SelengkapnyaIni yang Digali Kejagung saat Periksa Robert Bonosusatya Dalam Kasus Korupsi Timah
Pemeriksaan Robert dianggap berkaitan dengan erat dengan hubungannya dengan kasus timah yang telah membuat rugi negara sebesar Rp271 triliun.
Baca SelengkapnyaAda 431 Kasus Korupsi Diusut Polisi di Tahun 2023, Kerugian Negara Capai Rp3,6 Triliun
Polri juga menetapkan 887 tersangka tersangka kasus Tindak Pidana Korupsi (Tipidkor) sepanjang tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Agung Tetapkan Satu Tersangka Korupsi Importasi Gula
Kejaksaan Agung Tetapkan Satu Tersangka Korupsi Importasi Gula
Baca SelengkapnyaRugikan Negara Rp 18 M Akibat Korupsi Bansos, Sekda Keerom Ditahan Polda Papua
Sekda Keerom terduga korupsi hingga negara mengalami kerugian sebesar Rp18.201.250.000
Baca Selengkapnya6 Debitur LPEI Terindikasi Korupsi Rp3 Triliun, Jaksa Agung Beri Peringatan Begini
Enam debitur LPEI tersebut merupakan perusahaan ekspor yang dilaporkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Baca Selengkapnya