Napi Bebas Berkat Asimilasi Tetap Harus Diawasi dan Dibina
Merdeka.com - Lebih dari 36.000 narapidana dibebaskan Kemenkum HAM melalui program asimilasi dan integrasi di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Dari ribuan napi tersebut, puluhan di antaranya kembali berulah. Ada yang menjadi kurir narkoba, melakukan penjambretan hingga mencuri.
Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Erasmus Napitupulu mengatakan data yang dikantonginya, hanya 13 narapidana yang berulah. Melihat data itu, program asimilasi dan integrasi narapidana tak bisa dianggap gagal.
"Jumlah pengulangan tindak pidana selama 3 tahun terakhir 10,18 persen. Pengulangan dan residivisme itu ada peluang terjadi. Ini soal narasi baca data aja menurut saya, tapi diglorifikasi seakan-akan kita dalam kondisi begitu fatalistik," kata Erasmus kepada merdeka.com, Rabu (15/4).
Diakuinya, program asimilasi dan integrasi memerlukan perbaikan dari sisi pengawasan dan pembinaan. Namun, upaya itu memang harus dilakukan sejak lama. Bukan karena pembebasan narapidana ini bersamaan dengan momentum wabah Covid-19.
"Itu umum, enggak melekat ke soal pengeluaran napi karena pandemi ini. Posisi ICJR tetap, kami mendukung langkah Kumham untuk pelepasan dan pembebasan napi," tegasnya.
Ia melanjutkan, ICJR juga mendukung rencana pemerintah menjalankan program asimilasi dan integrasi gelombang kedua bagi narapidana kejahatan narkotika serta kelompok rentan seperti orang tua dan anak-anak yang sakit. Adapun mekanisme pengawasan bagi para narapidana yang dibebaskan nanti bisa melibatkan keluarga.
"Misalnya harus dicek alamat tetap dari Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang bersangkutan, biar bisa dikontrol," ujarnya.
Kepada masyarakat, Erasmus berpesan tiga hal terkait pembebasan narapidana. Pertama, mengedukasi diri agar tidak termakan narasi ketakutan soal narapidana. Kedua, pembebasan narapidana bertujuan menekan penyebaran Covid-19.
"Jadi memang kesannya tiba-tiba, tapi apa yang dilakukan ini untuk kebaikan masyarakat juga. Kalau Covid masuk ke lapas, maka bisa bahaya juga untuk masyarakat," jelasnya.
Terakhir, soal stigma negatif terhadap narapidana. Erasmus berharap masyarakat tak menganggap semua orang yang dijebloskan ke jeruji besi jahat.
"tidak semua orang yang masuk lapas itu jahat, mereka perlu masyarakat untuk bisa berubah. Banyak pula di antara mereka yang mau berubah, jadi kita bantu," ucapnya.
Napi yang Berulah Dikembalikan ke Lapas
Terpisah, Kriminolog Leopold Sudaryono mengatakan pada dasarnya program asimilasi dan integrasi baik karena bertujuan membantu narapidana secara berangsur kembali ke masyarakat. Namun, memang diakui ada puluhan narapidana yang kembali melakukan kejatahan seperti penggunaan narkona dan pencurian.
Bagi mereka yang mengulangi kejahatan ini maka harus ditindak sesuai aturan yang berlaku. Yakni membatalkan asimilasi atau mengembalikan ke lapas kemudian pemidanaan untuk tindak pidana baru ditambah pemberatan (1/3 hukuman).
"Di satu sisi Pemerintah harus lebih aktif mengkomunikasikan programnya. Di lain sisi, pemerintah juga harus tetap memperkuat pengawasan dan pembimbingan napi/klien yang jadi bagian program asimilias/PB. Ini tidak mudah karena kondisi Covid dan pembatasan mobilitas," ucapnya.
Di tengah pembebasan narapidana, Leopold melihat narasi-narasi negatif berisi ancaman tentang pembunuhan, perkosaan dan kejahatan serius lain yang tidak berdasarkan data beredar luas. Ia menduga ada dua pihak yang melakukan hal ini.
"Pertama, yang membutuhkan legitimasi untuk menggunakan kekuatan coercive dalam kondisi Covid. Kedua, yang justru ingin mendelegitimasi kekuasaan saat ini," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker
Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menuju Indonesia Adil Makmur, Anies Janjikan Akses Kesehatan Berkualitas
Peran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca SelengkapnyaJokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaTerima Kasih Petani Jatim Sambut Tambahan Pupuk Subsidi Rp28 Triliun
Selain pupuk pemerintah juga menyiapkan benih gratis bagi petani yang mau mempercepat tanam.
Baca SelengkapnyaIndustri Penerbangan RI Mulai Pulih Usai Terseok-seok Saat Pandemi Covid-19
Setelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca SelengkapnyaASEAN Cooperative Organization Tertarik Kembangkan Model Pemberdayaan Perempuan Mekaar Di Malaysia
23 Perwakilan delegasi dari Malaysia tersebut tertarik dengan program PNM.
Baca SelengkapnyaPasca Pandemi Covid-19, Penempatan Pekerja Migran Terus Meningkat
Pemerintah akui penempatan pekerja migran masih memiliki berbagai tantangan.
Baca Selengkapnya