Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

'Munir' jadi nama jalan di Belanda, pemerintah dituding abaikan HAM

'Munir' jadi nama jalan di Belanda, pemerintah dituding abaikan HAM Jalan Munir di Belanda. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Istri dari almarhum Munir, Suciwati, mengkritik pemerintahan Jokowi-JK atas sikap acuh mereka terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM, seperti kasus yang menimpa suaminya. Pasalnya, pemerintah Belanda saat ini dianggap lebih peduli pada almarhum Munir, dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan di kota Den Haag, Belanda.

Suciwati bahkan menganggap jika hal tersebut merupakan bentuk peringatan keras, bagi pemerintahan Jokowi-JK dalam menegakkan masalah HAM di Indonesia.

"Ini warning buat negara kita karena negara kita abai pada penegakan HAM. Penegakan HAM hanya alat meraih kekuasaan, hanya lip service. Kita lihat pelanggar HAM masih eksis," kata Suciwati di Kantor Kontras, Jakarta, Sabtu (11/4).

Suciwati juga mengaku sangat kecewa dengan dibebaskannya Pollycarpus secara bersyarat dalam masa pemerintahan Jokowi-JK. Di mana hal itu jelas-jelas sangat melukai perasaannya, dan sejumlah orang yang bersimpati dengan perjuangan almarhum Munir dalam membela HAM.

"Ini ironis, negara luar yang beri penghargaan, malah negara sendiri beri ruang untuk para pelaku yang diduga membunuh Munir. Orang yang dipenjara pun malah dapat pembebasan bersyarat," ujar Suciwati.

Sejarah mencatat, pada 7 September 2004, aktivis HAM sekaligus pendiri lembaga Imparsial serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Munir Said Thalib (39), meninggal di pesawat Garuda dengan nomor GA-974. Saat itu Munir diketahui sedang menuju Amsterdam, untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjananya di bidang hukum.

Sesuai hukum nasionalnya, pemerintah Belanda melakukan otopsi atas jenazah almarhum. 12 September 2004 jenazah Munir dimakamkan di kota Batu, Malang, Jawa Timur. Lalu pada 11 November 2004 pihak keluarga mendapat informasi dari media Belanda, bahwa hasil otopsi Munir oleh Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan, Munir meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

Pada 18 Maret 2005, pilot Garuda Pollycarpus resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di rumah tahanan Mabes Polri. Setelah mencapai proses hukum yang panjang, Pollycarpus akhirnya divonis 14 tahun penjara di tingkat Peninjauan Kembali.

Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr ditangkap atas dugaan bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.

Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Namun, Pollycarpus Budihari Prijanto pun juga akhirnya menghirup udara bebas dari Lembaga Pemasyarakatan kelas I Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, terhitung sejak Jumat 28 November 2014 lalu.

(mdk/tyo)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Suciwati Bosan Dengar Janji Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir: Segera Bentuk Pengadilan HAM Ad Hoc

Suciwati Bosan Dengar Janji Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir: Segera Bentuk Pengadilan HAM Ad Hoc

Komnas HAM tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Munir.

Baca Selengkapnya
KAI Tambah 344 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen, Cek Rutenya di Sini

KAI Tambah 344 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen, Cek Rutenya di Sini

KAI Tambah 344 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen, Cek Rutenya di Sini

Baca Selengkapnya
Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas

Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas

Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dulunya Memisahkan Daratan Kudus dengan Demak, Ini Jejak Keberadaan Selat Muria yang Masih Dijumpai Kini

Dulunya Memisahkan Daratan Kudus dengan Demak, Ini Jejak Keberadaan Selat Muria yang Masih Dijumpai Kini

Telah lama hilang, namun jejak-jejak yang menjadi bukti keberadaan Selat Muria di masa lampau masih dapat dijumpai kini.

Baca Selengkapnya
Ibu Hamil yang Hendak Melahirkan Ini Terjebak di Pasar Tipar, Sampai Dievakuasi Kepolisian

Ibu Hamil yang Hendak Melahirkan Ini Terjebak di Pasar Tipar, Sampai Dievakuasi Kepolisian

Warga dan pedagang yang melihat Maya merintih kesakitan mencoba membantunya dan langsung menghubungi petugas keamanan.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak

Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak

Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.

Baca Selengkapnya
Kapolri Beberkan Biang Kerok Penyebab Macet 12 Kilometer saat Mudik di Jalur Sumatera

Kapolri Beberkan Biang Kerok Penyebab Macet 12 Kilometer saat Mudik di Jalur Sumatera

Jalan lintas Sumatera terpantau macet parah sepanjang 12 kilometer pada Jumat (5/4) sore.

Baca Selengkapnya
NU dan Muhammadiyah Berharap Pemilu Berjalan Kondusif: Apapun Hasilnya Kita Terima

NU dan Muhammadiyah Berharap Pemilu Berjalan Kondusif: Apapun Hasilnya Kita Terima

NU dan Muhammadiyah berharap rakyat bisa menerima apapun hasilnya

Baca Selengkapnya
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Tokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama

Baca Selengkapnya