Merdeka.com - Sebagian masyarakat di Kota Makassar memanfaatkan waktu setelah sahur untuk mengunjungi Pantai Losari. Sebelum menuju pantai, biasanya mereka terlebih dahulu melaksanakan ibadah shalat Subuh di Masjid Amirul Mukminin yang dikenal masjid terapung

Selain memanfaatkan waktu setelah sahur, biasanya kehadiran mereka juga untuk menyaksikan panorama matahari terbit (sunrise), hingga sekadar berjalan-jalan mengitari anjungan.

Antara lain yang bisa disaksikan di anjungan yakni patung becak tradisional, patung pahlawan dan tokoh asal Sulawesi Selatan, patung penari parraga dan penari pepe pepeka ri makka khas Makassar, serta patung lainnya.

Di tempat itu juga terdapat replika kapal pinisi, tugu adipura dan beberapa ornamen lainnya yang menunjukkan empat etnis asal warga Sulawesi Selatan yakni suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.

Salah seorang pengunjung Fitri (21) menuturkan, sejak pukul 04.00 WITA sengaja mengunjungi Pantai Losari untuk menyaksikan matahari terbit. "Jam 4 subuh tadi, orang sudah banyak di Losari termasuk di masjid terapung sudah banyak jamaah," katanya, Minggu (12/6).

"Tiba di sini jam 7 pagi. Matahari sedikit sudah meninggi tapi masih agak teduh sedikit untuk menjelajahi Losari," tambah Bia pengunjung lainnya.

Menurut Bia, situasi di Pantai Losari ini sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Kini lebih aman, tertib, indah dan bersih. Bisa bebas menjelajah tanpa harus mewaspadai preman.

"Tiap kali saya datang di sini, rasanya terhibur. Ini saya keringatan habis keliling sambil berfoto sama Rika putri saya. Habis dari masjid terapung, mau belanja," katanya.

Khusus di hari minggu memang, Pemerintah Kota Makassar sendiri menerapkan program car free day di sepanjang Jalan Penghibur. Kendaraan dilarang melintas hingga pukul 10.00 WITA, sehingga warga dengan leluasa rekreasi di kawasan ini.