Menengok deretan saung eksklusif dalam Lapas Sukamiskin

Merdeka.com - Kepala Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung Dedi Handoko mengajak, sejumlah awak media menyaksikan langsung saung yang disebut eksklusif. Saung yang berada di sayap kanan Sukamiskin itu disebutkan dalam sebuah pemberitaan investigasi majalah Tempo, memiliki fasilitas wah. Saung itu kabarnya didirikan untuk para narapidana koruptor berkantong tebal.

Sebelum bisa masuk melihat langsung kondisi saung bambu tersebut, tarik ulur izin antara pihak lapas dan beberapa awak media sempat terjadi. Awalnya dalam sebuah sesi wawancara di halaman Sukamiskin, Rabu (8/2) pagi, Dedi mengizinkan awak media masuk ke dalam melihat kondisi tersebut.

Namun, justru Kepala Pengamanan Lapas Sukamiskin (KPLS) Bandung bernama Davi ini mempersulitnya. Saat tiba di dalam ruang transit, Davi ini kembali 'menahan' sejumlah awak media sekitar satu jam lamanya. Davi bahkan sempat menanyakan kembali kepentingan kehadiran beberapa media cetak, elektronik dan online untuk masuk ke dalam.

Setiba di ruangan transit, Davi ini kembali menyaring beberapa wartawan untuk tidak masuk ke dalam jumlah banyak. Alasannya kondisi di dalam sedang panas. Entah apa yang dimaksud panas itu. "Perwakilan saja. TV yang masuk ya karena kondisi sedang panas," kata Davi yang selalu mendampingi Dedi dalam sesi wawancara.

Setelah sekitar tiga jam tarik ulur untuk bisa masuk ke dalam, akhirnya beberapa awak media diperkenankan dengan standar kunjungan ke dalam lapas.

Merdeka.com mendapatkan kesempatan tersebut. Setelah memasuki lokasi yang dimaksud, terlihat keberadaan saung itu. Lokasinya ada di sayap kanan. Saung beratapkan ijuk dibangun dengan berjejer rapi. Saat melihat siang ini, tidak terlihat beberapa fasilitas wah seperti yang beredar dalam pemberitaan.

Deretan saung itu diklaim pihak Lapas Sukamiskin sebagai tempat pertemuan antara napi dan keluarganya. Tidak lebih.

"Katanya dibilang orang elit, dan eksklusif. Padahal biasa saja. Itu persepsi masing-masing. Saung istimewa ya enggak seperti itu. Kalau di sana ada kantin ada kulkas dan lainnya itu baru wajar ya," ujar Dedi.

Dia mengatakan, keberadaan saung itu sudah ada sejak sebelum dirinya menjabat sebagai Kalapas Sukamiskin pada Oktober 2016 lalu. Dia menyebut, ada 36 saung yang dibangun atas inisiatif warga binaan langsung.

"Itu dibangun inisiatif warga binaan sudah 36 totalnya. Dan itu sudah ada sebelum saya. Yang jelas saya enggak bikin saung," imbuhnya. Dia berdalih, Sukamiskin sendiri tidak memiliki sarana kunjungan yang memadai.

"Lahan sarana kunjungan belum ada. Jadi biar LP-nya enggak terkesan gimana gitukan."

Sejak munculnya berita adanya warga binaan Sukamiskin keluyuran, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jabar Molyanto mengatakan sudah meminta keterangan sejumlah pejabat Lapas Sukamiskin. Salah satunya KPLS bernama Davi.

"Kami periksa semua yang terkait. Ada dari narapidana maupun pegawainya," katanya di tempat sama.

"Pejabatnya dua kabid, dan tiga dari struktural, empat orang lainnya pengawal. Ada kepala pengamanan lapas, kasi perawatan, kepala administrasi keamanan dan ketertiban (yang diperiksa)," terangnya menambahkan.

Pemeriksaan itu, lanjutnya, ditanya mengenai kewenangan masing-masing pegawai yang sampai bisa terjadi. Sejauh ini hasilnya menunjukkan adanya indikasi pelanggaran.