Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mencari jejak masuknya Hindu dan Budha di Jawa bagian tengah

Mencari jejak masuknya Hindu dan Budha di Jawa bagian tengah Benda-benda arkeologi di Brebes. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Benda-benda arkeologi yang tersebar di Kabupaten Brebes wilayah selatan menarik minat peneliti dari Arkeologi Nasional (Arkenas) dan EFEO Prancis. Pada Minggu (15/4) sampai Senin (16/4), dua peneliti yakni Agus Sianto Indra Jaya dan Veronique blood melakukan kajian ke sejumlah lokasi.

Di antaranya batu belah di Dukuh Pungkuran dan Dukuh Karangjati Desa Kalierang, Batu Jara di Desa Laren, Batu Wali di Desa Jatisawit Kecamatan Bumiayu dan Batu Lingga di Candi Pangkuan Dukuh Karanggandul Desa Cilibur Kecamatan Paguyangan

Sebelumnya, dua peneliti tersebut sempat berkunjung ke Museum Purbakala Situs Bumiayu Tonjong (Buton) di Komplek Bumi Sari Ayu Bumiayu. Selanjutnya bersama pengelola Museum Buton, H Rafli Rizal mereka melanjutkan penelitian ke beberapa lokasi.

Peneliti Arkenas, Agus Sianto mengatakan penelitian dilakukan untuk mengetahui awal masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia, terutama di pulau Jawa bagian tengah. Selama ini kajian persebaran Hindu Budha di masa lampau terfokus di pedalaman Pulau Jawa seperti di Yogyakarta dan sekitarnya.

"Selama ini Hindu dan Budha muncul di pedalaman Jawa, tetapi lupa bahwa itu berawal dari pantai utara," ujarnya.

Sebelum melakukan penelitian di Bumiayu dan sekitarnya, Arkenas dan EFEO Lembaga Prancis yang meneliti kebudayaan Asia telah mengkaji referensi berupa laporan Belanda dan Balai Arkeologi. Beberapa lokasi di Bumiayu yang dilakukan penelitan ada di dalam referensi tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan di Bumiayu beberapa penemuan masih bersifat fragmentasi. Tetapi ada yang sangat istimewa dengan adanya batu Lingga yang berukuran cukup besar dengan berat sekitar 40 kilogram.

"Batu Lingga itu cukup istimewa karena ukurannya besar dan perlu penelitian lebih lanjut,"katanya.

Menurut Agus, Batu Lingga merupakan perwujudan yang menggambarkan Tri Murti yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahmana. Batu Lingga bagian atas berbentuk bundar tanpa sudut perwujudan dari Siwa, kemudian di tengah memiliki delapan sudut menggambarkan Wisnu dan bagian bawah empat sudut.

"Batu Lingga itu ada pada abad ke-7 atau sebelumnya dan merupakan tempat upacara atau semacam peribadatan. Biasanya Lingga diletakkan di tengah dan di sekitarnya merupakan candi atau tempat pemujaan," terang Agus.

Dia menambahkan, dari penelitian di beberapa lokasi tersebut tidak menutup kemungkinan akan dapat diperoleh informasi yang lebih banyak lagi dan dapat dilakukan eskavasi atau penggalian.

Koordinator Tim Buton, Rafly Rizal yang mendampingi kedua peneliti tersebut mengatakan, kedatangan dua peneliti nasional dan internasional tersebut semakin membuktikan bahwa Bumiayu memiliki banyak potensi arkeologi. Selain benda-benda purbakala seperti fosil berusia jutaan tahun juga banyak peninggalan arkeologi kebudayaan kuno.

"Ternyata Bumiayu itu sudah dikenal oleh banyak peneliti dan laporan arkeologi cukup banyak sejak zaman Belanda," katanya.

Dia berharap, dengan adanya penelitian tersebut, semakin mengungkap kekayaan arkeologi di Bumiayu. Selain itu kebudayaan dan sejarah Bumiayu juga semakin jelas dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Desa Ini Lokasinya di Pinggir Jurang Tapi Padat Penduduk, Pemandangannya Ternyata Indah Banget
Desa Ini Lokasinya di Pinggir Jurang Tapi Padat Penduduk, Pemandangannya Ternyata Indah Banget

Meski berada di tepi jurang, namun perkampungan tersebut padat penduduk.

Baca Selengkapnya
Menilik Sejarah Jembatan Cikacepit Pangandaran, Jembatan Kereta Api Terpanjang di Indonesia yang Kini Kondisinya Memprihatinkan
Menilik Sejarah Jembatan Cikacepit Pangandaran, Jembatan Kereta Api Terpanjang di Indonesia yang Kini Kondisinya Memprihatinkan

Jembatan kereta api ini menjadi yang terpanjang di Indonesia yang menghubungkan jalur Banjar-Cijulang.

Baca Selengkapnya
Sisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek
Sisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek

Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Sosok Mbah Wo, Bintang 1 TNI AU yang Kini Jualan Bakmi Jawa
Mengenal Sosok Mbah Wo, Bintang 1 TNI AU yang Kini Jualan Bakmi Jawa

Usai purna tugasnya di tubuh militer tanah air, Mbah Wo memilih tak berdiam diri.

Baca Selengkapnya
Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam

Bubur ini bukan sekadar makanan untuk dimakan secara biasa, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks tradisi Jawa.

Baca Selengkapnya
Aneh, Tubuh Katak Ini Tumbuh Tunas Jamur Sampai Ilmuwan Dibuat Bingung
Aneh, Tubuh Katak Ini Tumbuh Tunas Jamur Sampai Ilmuwan Dibuat Bingung

Para peneliti di India baru-baru ini menemukan seekor katak hidup dengan jamur kecil tumbuh di sisi tubuhnya. Yuk, simak penjelasannya!

Baca Selengkapnya
Jawa Timur Provinsi Paling Aman di Pulau Jawa, Ini Fakta di Baliknya
Jawa Timur Provinsi Paling Aman di Pulau Jawa, Ini Fakta di Baliknya

Korban kejahatan di Jawa Timur paling sedikit dibanding provinsi lain di Jawa.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sederet Keistimewaan Sunan Gunung Jati, dari Dakwah Pakai Gamelan sampai Bisa Operasi Tanpa Bedah
Mengenal Sederet Keistimewaan Sunan Gunung Jati, dari Dakwah Pakai Gamelan sampai Bisa Operasi Tanpa Bedah

Ulama dari tanah Jawa Barat ini dulunya merupakan salah satu wali yang mensyiarkan Agama Islam di pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.

Baca Selengkapnya