Menara Saidah, kisah kejayaan yang singkat
Merdeka.com - Lebih dari 5 tahun setelah tidak difungsikan, gedung perkantoran Menara Saidah kondisinya tidak lagi terawat. Beberapa lampu taman pecah, kaca gedung pudar tidak lagi berkilap, cat dinding sudah banyak yang mengelupas, bahkan ketika malam hari, tidak terlihat satupun lampu yang berpijar dari dalam gedung.
Padahal, gedung tertinggi di kawasan Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan itu, dulunya pusat perkantoran yang bergengsi dan banyak diminati oleh para pebisnis.
Tercatat beberapa perusahaan besar pernah berkantor disitu. Bahkan Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia atau sekarang berubah nama Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal juga pernah berkantor di lantai 18 Menara Saidah.
Tidak hanya itu, bintang film terkemuka waktu itu, Inneke Koesherawati juga melangsungkan pernikahannya dengan salah satu keluarga Saidah, Fahmi Darmawansyah di gedung tersebut.
"Sekarang sudah kosong mas, gak tau kenapa, gak ada lagi yang nyewa gedung itu," kata seorang penjaga yang enggan disebut namanya kepada merdeka.com, Kamis (24/5).
Dia menuturkan, awalnya, menara bergaya romawi itu bernama Gedung Grancindo. Didirikan jauh sebelum krisis moneter 1998 terjadi. Kemudian pemilik gedung mengalami kebangkrutan sehingga menjual gedung kepada Saidah Abu Bakar Ibrahim.
Kemudian, Saidah melakukan renovasi besar-besaran, termasuk menambah jumlah lantai dari 15 menjadi 28 lantai. Terakhir mengganti nama gedung sesuai dengan namanya, Menara Saidah.
Hingga dalam perkembangannya, Menara Saidah dikelola oleh beberapa perusahaan berbeda namun masih di dalam Merial Group. Diantaranya PT Merial Esa, PT Merial Medika, dan Dewa.com.
Namun, kejayaan Menara Saidah tidak berjalan cukup lama. Masa keemasan bisnis penyewaan gedung perkantoran ini hanya bertahan enam tahun. Satu per satu penyewa kemudian meninggalkan Menara Saidah.
Dari sini, spekulasi bangkrutnya Menara Saidah mulai bermunculan. Mulai dari pondasi bangunan miring, permasalahan lift lambat, hingga tidak sinerginya antar pengelola gedung.
"Awalnya pemakai gedung sudah komplain kepada manajemen tentang lift yang lambat, namun tidak pernah ditanggapi, akhirnya pada keluar," ujar penjaga gedung yang lain.
Selain itu, banyaknya pihak yang ikut mengelola gedung, juga menambah sebab kebangkrutan Menara Saidah. "Kakak adiknya juga ikut mengelola, jadinya harga sewanya pasang tarif setinggi mungkin," terangnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah seharusnya menghentikan renovasi gedung, dan mengalihkan anggaran untuk kesehatan.
Baca SelengkapnyaWalau sering direnovasi, namun bentuknya masih dibiarkan sesuai aslinya
Baca SelengkapnyaKini kondisi bangunan bekas Stasiun Cikajang benar-benar memprihatinkan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang perdana perselisihan hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024 mulai Rabu (27/3).
Baca SelengkapnyaTampak beberapa gedung inti pemerintahan yang kian menunjukkan bentuknya.
Baca SelengkapnyaPotret isi dari puncak gedung menara 165 yang sangat ikonik di Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan peninggalan DSM yang sampai sekarang masih berdiri kokoh adalah Stasiun Medan
Baca SelengkapnyaKonon dulu pesawat bisa bersembunyi di Terbang Gorda, walau tak memiliki bangunan permanen. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca Selengkapnya