Membandingkan pelantikan Jenderal Tito dan Benny Moerdani
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Komisaris Jenderal (Komjen) Tito Karnavian sebagai Kepala Kepolisian RI di Istana Negara, Rabu (13/7). Jokowi langsung mengganti tanda pangkat di bahu Tito, dari bintang tiga menjadi bintang empat.
Hal ini terbilang istimewa. Biasanya pelantikan dan kenaikan pangkat menjadi jenderal penuh dilakukan terpisah. Hal ini juga terjadi untuk Kepala Staf TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Setelah pelantikan, dalam beberapa hari baru diikuti dengan Laporan Kenaikan Pangkat.
Foto Presiden Jokowi memasang pangkat ke pundak Jenderal Tito mengingatkan pada saat Presiden Soeharto melakukan hal serupa saat melantik Jenderal Benny Moerdani sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1983.
Penunjukan Benny Moerdani menjadi Panglima TNI menyisakan banyak cerita menarik. Di kalangan TNI, nama Benny tak dikenal luas. Benny bergerak di belakang layar bertahun-tahun sebagai perwira intelijen. Jangankan masyarakat, seorang marinir yang berjaga di kantornya saja tak tahu kalau Benny adalah seorang kepala intelijen. Demikian misteriusnya Benny Moerdani.
Pada awal karir, prestasi Benny di Korps Baret Merah Kopassus sangat menonjol. Tapi karena berkonflik dengan Jenderal Ahmad Yani, Benny Moerdani kemudian digeser ke Kostrad. Berakhirlah karir Benny sebagai komandan pasukan.
Benny hanya pernah memimpin satuan setingkat batalyon. Dia tak pernah memimpin Komando Daerah Militer (Kodam), menjadi Danjen Kopassus atau Panglima Kostrad. Benny juga tak pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Tapi Benny adalah orang nomor satu di bidang intelijen era Soeharto. Saat itu dia menjabat Asisten Intelijen Menteri Pertahanan dan Keamanan, Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), Kepala Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat), dan Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin).
Kenapa Soeharto memilih Benny?
Banyak analisa soal ini. Tapi awal tahun 1980, mulai banyak pihak menyerang langkah politik Soeharto yang mulai otoriter. Kalangan oposisi ini kebanyakan malah berasal dari Angkatan Darat, alumni Soeharto sendiri. Sejumlah jenderal mantan kolega Soeharto mulai gerah.
Ada nama Letjen Kemal Idris, Letjen M Jasin, Letjen HR Dharsono yang semula merupakan tangan kanan Soeharto mendirikan Orde Baru. Kini mereka berbalik menyerang Soeharto.
Soeharto harus memastikan Panglima TNI yang dipilihnya sangat loyal dan mampu melindungi dirinya. Dia melihat sosok ini ada pada Benny. Soeharto juga melihat Benny yang berasal dari kalangan minoritas tak akan mendapatkan dukungan rakyat untuk menjadi seorang Presiden.
Maka Soeharto melantik Benny Moerdani menggantikan Jenderal M Jusuf. Jusuf dikenal sebagai Panglima yang sangat dekat dengan prajurit. Dia gemar blusukan dan dielu-elukan rakyat di daerah. Konon Soeharto cemburu. Tak boleh ada matahari kembar.
Benny Moerdani menjadi Panglima TNI selama 5 tahun. Jabatannya berakhir saat dia mengkritik bisnis anak-anak Soeharto.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku sudah siap menghadapi debat kedua capres tersebut.
Baca SelengkapnyaBukan hal yang mudah, situasi genting kerap dihadapi oleh mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Jamin Prajurit Netral walaupun Presiden Jokowi Berkampanye
Baca SelengkapnyaBerikut momen tak terduga prajurit TNI bersenjata disiram air warga saat melintas.
Baca SelengkapnyaSosok Faisol biasa terlihat mendampingi Jokowi apabila berkegiatan di luar Istana Kepresidenan maupun kunjungan kerja.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo meresmikan Gedung Graha Utama Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Senin (29/1).
Baca Selengkapnya