Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mbah Ponimin, orang sakti dari lereng Merapi

Mbah Ponimin, orang sakti dari lereng Merapi merapi. shutterstock

Merdeka.com - Erupsi Gunung Merapi pada 2010 menyisakan banyak kisah. Kisah duka, pilu dan mistik bercampur dalam peristiwa yang membuat 200 lebih warga meninggal dunia di akhir bulan Oktober itu.

Salah satu kisah fenomenal dari erupsi Merapi tersebut adalah keluarga mbah Ponimin yang bisa selamat dari kepungan awan panas atau yang biasa disebut wedus gembel. Ponimin bersama 7 anggota keluarganya selamat dari serangan wedhus gembel Merapi karena berlindung di bawah mukena istrinya, Yati, sambil memegang Alquran.

"Mukena yang buat tudungan itu dan hanya buat salat itu, bisa untuk nutup kita bertujuh. Semuanya anak dan istri saya di tangan kanan kiri semuanya megang Alquran," kata Ponimin, akhir Oktober 2010 lalu.

Tak hanya selamat dari awan panas, Mbah Ponimin yang dikenal sebagai pawang hujan tersebut juga selamat dari lahar dingin. Saat keluarganya keluar rumah untuk menyelematkan diri, sekeliling rumahnya telah dipenuhi pasir panas yang membuat ban roda empat langsung meleleh.

Saat itu Ponimin dan keluarga hanya keluar rumah sambil menenteng beberapa bantal dan sajadah. Bantal dan sajadah itu kemudian digunakan sebagai alas dengan cara berestafet.

Jarak dari rumah dia ke tempat aman sekitar 2 km. Bantal dan sajadah dipakai alas dengan bergantian, yang paling belakang memberikan sajadah atau bantal ke yang terdepan untuk digunakan, demikian seterusnya.

"Akhirnya setelah dua jam kami bertemu tim SAR," papar Ponimin.

Ponimin mengalami luka di kaki. Telapak kakinya melepuh karena panas, terlihat seperti bisul mengandung nanah. "Tapi alhamdulillah kami selamat," tutur Ponimin yang dikenal sebagai 'orang pintar' nomor dua setelah Mbah Maridjan di lereng Merapi ini.

Sebelum erupsi Merapi terjadi, Ponimin mengaku ditemui 'penguasa' Merapi atau makhluk gaib penunggu Gunung Merapi. Sosok lelaki tua berbaju lurik dan berblangkon khas Jawa itu meminta Ponimin membuat bubur merah dan putih.

"Sabtu 23 Oktober pagi, saya didatangi si Mbah. Dia bilang mau menghancurkan lereng Merapi dari empat penjuru, menggunakan kekuatan api, air, tanah, dan angin," cerita Ponimin.

Namun si 'Mbah' berjanji tidak akan menghancurkan tanah di sekitar Merapi asalkan Ponimin mau membuat bubur merah dan putih. Namun bubur itu bukanlah bubur biasa. Air pembuat bubur harus diambil dari 7 mata air yang berbeda.

"Kata si Mbah kalau mau selamat mesti membuat sesajen bubur merah dan putih yang airnya harus dari 7 mata air. Kemudian bubur harus didoakan doa nurbuat dan selamat," kata pria 50 tahun ini.

Ponimin mengaku, ini bukan kali pertamanya si Mbah menemuinya. Sosok gaib itu sudah mulai 'dikenalnya' sejak 1994.

Dalam 'kunjungannya' kali ini, si Mbah juga berpesan, bubur merah dan putih tersebut harus dimakan Ponimin dan keluarga. Selain itu, Ponimin juga diminta membuat ketupat kuning dan digantung di depan rumah.

Setelah kabar dirinya dan keluarganya selamat dari kepungan wedhus gembel karena bertudung mukena, Ponimin pun langsung terkenal. Bahkan beberapa warga negara asing mendatanginya dengan maksud membeli mukena tersebut.

Seorang warga Prancis menawar mukena ajaib istri Ponimin seharga Rp 100 juta. Ponimin menolak kalau mukena yang menyelamatkan keluarganya dari awan panas itu, dikultuskan. Menurutnya, yang menyelamatkan seseorang adalah salatnya, bukan mukenanya.

"Iya, kemarin memang ada orang Perancis yang datang kesini. Dia mau membeli mukena istri saja, katanya Rp 100 juta," ujar Ponimin.

Namun Ponimin dan istrinya tidak tergiur dengan uang. Ia menolak tawaran itu. Ponimin bercerita, bukan hanya warga Perancis saja yang menawarnya. Sebelumnya, seorang dari Jakarta pun berminat memiliki mukena itu, dan hendak menebusnya dengan harga Rp 40 juta.

Namun pengakuan Ponimin yang bisa lolos dari wedhus gemble Merapi dinilai hanya mengada-ada. Kepala Pusat Mitigasi Bencana dan Vulkanologi Kementerian ESDM Dr Surono yang mengungkapkan faktor selamatannya keluarga Ponimin secara ilmiah. Menurut Surono, rumah tempat berlindung Ponimin relatif aman dari wedhus gembel.

"Rumah dia itu ada di daerah yang lebih tinggi. Jadi dia hanya kena angin (awan panas)-nya saja, kalau kena awan panas langsung bisa seperti yang lain (meninggal)," ujar Surono.

Surono mengibaratkan jalur kereta, rumah milik Ponimin itu tidak berada di tengah rel, melainkan di pinggirnya saja. Jadi ketika awan panas datang, karena rumahnya berada di pinggir jalur wedhus gembel, jadi hanya kena anginnya saja.

"Jadi tidak ada klenik, dan dia diselamatkan tim SAR," kata Surono.

Surono menjelaskan, ketika awan panas datang pada 26 Oktober petang, Ponimin dan keluarganya menelepon sopirnya untuk minta pertolongan. Kebetulan sopirnya dengan Ponimin memang kenal. Sopir Surono lalu mengontak tim SAR yang langsung bergerak ke lokasi.

"Tim SAR sempat tanya ke saya, apakah aman pergi ke rumah Ponimin. Ya karena daerahnya hanya kena angin, saya minta Tim SAR agar berhati-hati," terangnya.

Tim SAR lalu bergerak ke rumah Ponimin. Di sana satu keluarga dievakuasi. "Tim SAR berjibaku menyelamatkan dia, sampai ada seorang yang luka kakinya," jelasnya.

Surono memberi contoh, rumah di sekitar Ponimin juga tidak mengalami kerusakan parah, karena memang kawasan tempat tinggal dia hanya kena angin wedhus gembel saja. Tidak seperti Desa Kinahrejo yang dihuni Mbah Maridjan yang luluh lantak.

"Dia beruntung, dan dia juga segera diselamatkan tim SAR. Kasihan itu tim SAR berjibaku menyelamatkan dia," komentar Surono.

Hingga kini benar tidaknya Ponimin sakti masih simpang siur. Namun sebagian warga lereng Merapi mengakui bahwa Mbah Ponimin dan istrinya memang punya kelebihan.

"Saya sih percaya karena erupsi tahun 2004, mbah Ponimin dan keluarganya juga selamat. Kita juga sering minta Mbah Ponimin jadi pawang hujan kalau ada acara hajatan," ujar warga Kinahrejo, Agus.

*diolah dari berbagai sumber

(mdk/hhw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Gugur di Papua, Jenazah Kopda Hendrianto Tiba di Padang dan Dimakamkan di Jambi

Gugur di Papua, Jenazah Kopda Hendrianto Tiba di Padang dan Dimakamkan di Jambi

Jenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.

Baca Selengkapnya
4 Sekeluarga Tewas Diduga Dirampok di Musi Banyuasin, Rumah Korban Jauh dari Permukiman

4 Sekeluarga Tewas Diduga Dirampok di Musi Banyuasin, Rumah Korban Jauh dari Permukiman

Korban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi

Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi

Di luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.

Baca Selengkapnya
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang

Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang

Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.

Baca Selengkapnya
Pria Mabuk yang Tenggelam Akhirnya Ditemukan 9 Km dari Lokasi Hilang, Kondisinya Mengenaskan

Pria Mabuk yang Tenggelam Akhirnya Ditemukan 9 Km dari Lokasi Hilang, Kondisinya Mengenaskan

Korban diduga dalam kondisi mabuk saat berada di pinggir sungai

Baca Selengkapnya
Mengenal Awaloedin Djamin, Mantan Kapolri Asal Sumbar yang Lahir dari Keluarga Bangsawan

Mengenal Awaloedin Djamin, Mantan Kapolri Asal Sumbar yang Lahir dari Keluarga Bangsawan

Selama menjadi Kapolri, Awaloedin mempelopori lahirnya satpam. Tak heran hingga saat ini ia dijuluki Bapak Satpam Indonesia.

Baca Selengkapnya
Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Penyelamatan Dramatis Pemuda Terperosok ke Sumur 19 Meter

Detik-Detik Penyelamatan Dramatis Pemuda Terperosok ke Sumur 19 Meter

Pihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.

Baca Selengkapnya