Luhut berharap pada hujan, teknologi kimia tak mampu padamkan api
Merdeka.com - Pemerintah mengklaim telah melakukan pelbagai upaya untuk memadamkan api yang melahap lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan. Baik pemadaman melalui udara maupun menggunakan teknologi bahan kimia.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Pandjaitan menuturkan, pemerintah mengedepankan penggunaan teknologi kimia untuk pemadaman api di lahan gambut.
Namun disadarinya, proses ini tidak serta merta berhasil memadamkan api. Hanya bisa mengurangi dampaknya. Sebab, kata Luhut, api sudah membakar hingga ke dalam tanah lantaran sifat lahan gambut kering dan kondisi musim kemarau yang jauh lebih parah dibanding periode 1997-1998.
Hanya hujan yang diyakini bisa memadamkan api di lahan gambut. "Itu yang bisa kita lakukan sampai musim hujan. Tadi baru kami laporkan ke bapak wapres dari BMKG hujan itu baru bisa kita harapkan makin besar peluangnya minggu ke-3/ke-4 bulan ini," papar Luhut di kantor wapres, Jakarta, Senin (26/10).
Disinggung soal pembangunan kanal bloking di wilayah Sumatera dan Kalimantan, Luhut menyebut cukup efektif meminimalisir meluasnya kebakaran lahan gambut. Dia menegaskan, yang dibangun pemerintah bukan kanalisasi melainkan kanal bloking yang akan memelihara air di lahan gambut sehingga tidak lagi terjadi kebakaran di kemudian hari.
"Tapi yang jadi itu kan belum semua. Luas lahan gambut yang kena sekarang hampir 2 juta hektar, kanal bloking itu belum sampai seluas itu, jauh masih di bawah itu. Kanal bloking sudah jadi, sekarang di Kalimantan sudah jalan, kerja sama TNI-Polri, unsur-unsur yang ada di sana. Dan akan diperluas lagi. Begitu juga di Sumatera, di daerah itu juga sedang dijalankan TNI juga," jelas Luhut.
Selain itu, pemerintah juga masih membuka ruang bantuan dari negara lain untuk memadamkan api. Terutama bantuan yang berkaitan dengan teknologi. "Kita juga sebenarnya tidak terlalu di belakang. Tapi arahan wapres biar internasional tahu juga, kita serius menangani ini," ucap Luhut.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Luhut mengaku tak bisa membayangkan ajang balap FI air tersebut bisa digelar di kampung halamannya di tanah Batak, Danau Toba.
Baca Selengkapnya"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca SelengkapnyaSebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk menjadi negara maju tak cuma mengedepankan kecerdasan sumber daya manusianya saja.
Baca SelengkapnyaAda faktor yang belum terselesaikan hingga WNI sering berobat ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaDalam kunjungannya Jokowi menemui 3.000 ibu-ibu nasabah Mekaar di GOR Dua Saudara, Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, banjir di Demak terjadi akibat curah hujan yang sangat ekstrem.
Baca SelengkapnyaKulit kering kerap dialami oleh sebagian orang dan terkadang membuat estetika semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah mulai memasuki musim penghujan sehingga kebutuhan air tercukupi untuk memanen.
Baca Selengkapnya