Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah inspiratif Yuniati, si buruh cuci yang kuliahkan anak S3

Kisah inspiratif Yuniati, si buruh cuci yang kuliahkan anak S3 Yuniati. ©2015 merdeka.com/kresna

Merdeka.com - Anak merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Seluruh jiwa raga, orangtua curahkan untuk kebahagiaan sang anak. Seperti yang terjadi dengan Yuniati warga Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Demi anak, dia rela pontang panting bekerja atau pun mengutang kepada orang lain demi memenuhi semua kebutuhan. Meskipun hanya buruh cuci tapi dia semangat untuk menjadikan anaknya orang yang sukses dan berpendidikan.

Kerja keras wanita 49 tahun itu tak sia-sia, dia mampu mengantarkan anak pertamanya hingga kuliah S3. Sedangkan anak keduanya menjadi perawat di Rumah Sakit setelah lulus dari Akademi Perawat Bethesda.

Walau tidak dipungkiri, sebagian biaya anak-anaknya tersebut dari hasil utang ke sana sini. Akan tetapi, dia merasa bangga karena bisa memberikan pendidikan terbaik buat anaknya.

Berikut kisah Yuniati si buruh cuci yang berhasil kuliahkan anak hingga S3:

Perjuangan buruh cuci kuliahkan anak sampai S3 di Jepang

Pendidikan adalah cara terbaik untuk mengubah nasib. Kata-kata itulah yang menjadi pegangan teguh bagi Yuniati (49), seorang buruh cuci warga Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul, dalam mendidik dua anaknya.Keyakinan itu tidak hanya sebatas keyakinan, tapi keyakinan itu dilakukan Yuniati hingga akhirnya bisa membuat anak pertama, Satya Chandra Wibawa Sakti (29) kuliah S3 di Universitas Hokaido, Jepang.Meski dia harus banting tulang tiada henti, mulai dari buruh cuci hingga pekerjaan serabutan lainnya, dia ikhlas menjalani demi anak-anaknya."Saya itu mau ngapain saja saya kerjakan, yang penting anak saya bisa sekolah tinggi, hidup tidak seperti saya," katanya baru-baru ini.Sakti, anak pertamanya merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa Dikti untuk kuliah di jurusan Kimia di Universitas Hokaido, Jepang tahun 2012.Sebelumnya Sakti kuliah S1 di jurusan Kimia UNY tahun 2004, lalu melanjutkan S2 di jurusan Kimia UGM pada tahun 2008.Sementara anak keduanya, Oktaviana Ratna Cahyani (27) kini menjadi perawat di Rumah Sakit Harjo Lukito setelah lulus dari Akademi Perawat Bethesda."Biayanya itu ya pakai utang juga, tapi anak saya enggak perlu tahu. Biar mereka enggak minder di pergaulan. Alhamdulillah anak saya dua-duanya itu enggak macam-macam, enggak malu punya ibu buruh cuci," ungkapnya.Saat anak pertamanya masuk S1, dia pun pontang-panting mencari utang. Beruntung setengah biaya masuk kuliah dibantu pemerintah kabupaten Bantul. Begitu masuk semester kedua, dia tidak khawatir karena anaknya mendapatkan beasiswa."Untungnya dapat beasiswa sampai lulus. Jadi saya cuma kasih uang jajan, biar cuma Rp 5.000 sehari," tambahnya.Penghasilannya jadi buruh cuci yang hanya Rp 10.000 sekali cuci, sebenarnya kurang jika harus untuk biaya kuliah. Namun dia memilih uang tersebut digunakan untuk pendidikan kedua anaknya."Saya yang penting ada uang buat beli beras. Lauknya ambil daun pepaya buat dimasak. Kalau sudah beli beras, sisa uangnya buat ditabung bayar utang," tambahnya.Sampai saat ini, Yuniati pun mengaku masih memiliki banyak utang. Namun itu tidak dijadikannya beban. Baginya yang terpenting anak-anak punya masa depan yang cerah."Kalau dipikir saya malah stres. Jadi saya jalani saja. Anak perempuan saya sudah kerja, menikah. Sakti sudah selesai ujian S3, dan tahun ini sudah balik ke Indonesia," terangnya.

Demi sekolahkan anak, Yuniati rela utang ke rentenir

Demi menyekolahkan anak-anaknya, Yuniati, seorang buruh cuci di Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul rela menanggung utang hingga puluhan juta. Dia membeberkan, sampai saat ini dia masih berutang di banyak tempat dan totalnya lebih dari Rp 30 juta.Tutup lobang, gali lobang sudah biasa dilakukannya selama bertahun-tahun. Namun dia tidak merasa khawatir meski kadang berhadapan dengan debt collector."Utang itu banyak, dulu saya sempat merasakan tiap hari harus bayar utang, dari Senin sampai Jumat, tiap hari bayar dari tempat yang berbeda," ungkapnya pada merdeka.com, Kamis (10/9).Tidak hanya itu, dia pun sempat terlilit utang dengan lintah darat. Utang Rp 5 juta, namun dia harus membayar hingga Rp 19 juta."Saya pernah, setahun lebih itu, utang cuma Rp 5 juta, tapi bayar tiap bulannya Rp 1 juta lebih. Dari itu mencicilnya lebih dari setahun," terangnya.Meski demikian dia tidak pernah memikirkan utang-utangnya itu. Dia tidak mau ambil pusing. Sedapatnya uang hasil mencuci, digunakannya untuk membeli beras, sisanya untuk membayar utang."Kalau saya pikir itu ya, mungkin saya sudah minum baygon. Jadi saya jalani saja. Dapat uang berapa pun yang penting bisa beli beras, sisanya untuk bayar hutang," ujarnya.Berkat kegigihannya, kedua anaknya sukses mengenyam pendidikan hingga tinggi. Bahkan anak pertamanya, Satya Chandra Wibawa Sakti (29) bisa kuliah hingga S3 di Universitas Hokaido, Jepang."Baru selesai ujian S3, tapi kemarin sudah telepon, izin mau lanjut pendidikan satu tahun di Jerman untuk gelar Doktor. Saya cuma bisa mendoakan," tandasnya.

Yuniati rela tidur di tenda darurat demi biaya kuliah anak

Gempa Bantul tahun 2006 meluluhlantakan hampir sebagian besar rumah di Bantul. Termasuk juga rumah Yuniati, buruh cuci di Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul. Pemerintah pun langsung cepat tanggap memberikan bantuan pada warga yang rumahnya hancur.Saat pemerintah akan memberikan bantuan untuk membangun kembali rumahnya yang rata dengan tanah, dia justru meminta dalam bentuk uang saja."Saya minta uang, soal pas itu mau masuk kuliah anak saya yang nomor dua, sisanya buat bayar utang. Anak-anak saya ungsikan ke tempat saudara, saya tidur di tenda karena rumah sudah roboh," katanya pada mereka.com, Kamis (10/9).Untuk mendapat uang lebih banyak untuk pendidikan anaknya, dia mengumpulkan batu-bata bekas sisa bangunan runtuh lalu dijual. Dia tidak sendiri, suaminya dan kedua anaknya pun turut membantu mengumpulkan batu bata."Waktu itu dari jualan batu bata dapat Rp 3 jutaan. Itu untuk biaya pendidikan juga dan untuk kebutuhan sehari-hari," tambahnya.Salah seorang turis Belanda yang melihat mereka bekerja mengumpulkan batu bata untuk biaya pendidikan pun terkesan dengan kisah mereka. Turis yang bernama Michel Hol tersebut kemudian memberikan bantuan pendidikan untuk kedua anaknya sebesar Rp 600ribu setiap bulan."Bulenya itu guru di Belanda. Dia motret kami waktu ngumpulin batu bata, terus penasaran. Lalu cerita-cerita dan memberikan bantuan itu. Jujur saja uang itu kami pakai untuk bayar hutang," urainya.Yuniati dan keluarganya baru bisa kembali tinggal di rumah setelah beberapa bulan gempa. Mereka mendapatkan bantuan dari Gereja yang tak jauh dari rumah mereka untuk membangun kembali rumah mereka."Kami dapat bantuan lagi, terus kami minta dibangunkan kembali rumah. Jadi akhirnya biaya kuliah ada, rumah juga bisa dibangun lagi," tandasnya.

Ini cara Yuniati didik anaknya bisa sampai sekolah tinggi

Tidak hanya berjuang mencari uang pendidikan anak-anaknya, Yuniati (49), buruh cuci warga Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul juga menyempatkan diri untuk membantu anak-anaknya belajar.Sejak kedua ananya Satya Chandra Wibawa Sakti (29) dan Oktaviana Ratna Cahyani (27) masih kecil dia sudah mengatur waktu belajar."Pulang sekolah tidur siang, sore boleh main, malam belajar. Harus belajar, kalau nggak mengerjakan PR, belajar untuk pelajaran besok," katanya pada merdeka.com, Kamis (10/9).Untuk memudahkan belajar, dia meminta anaknya melingkari bagian pelajaran yang tidak dipahami. Setelah itu anak-anaknya disuruh untuk menanyakan pada guru mereka masing-masing."Kalau saya kan juga belum tentu bisa. Jadi saya suruh dilingkari, terus menanyakan pada gurunya," ujarnya.Metode belajar itu rupanya membuahkan hasil. Sejak Sekolah Dasar kedua anaknya selalu mendapat juara kelas."Juara kelas terus, waktu SMA itu juga dapat juara kelas terus, sampai kuliah IPK anak saya yang pertama 3,9. Kalau adiknya memang kurang berprestasi, tapi lulus tepat waktu dan dapat pekerjaan yang baik," ungkapnya.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ayahnya Berpangkat Rendah di TNI, Empat Anak ini Justru Raih Jabatan Tertinggi Hingga Bintang 4 di Pundak
Ayahnya Berpangkat Rendah di TNI, Empat Anak ini Justru Raih Jabatan Tertinggi Hingga Bintang 4 di Pundak

Sang putra melesat berbintang empat, ayahnya justru hanya berpangkat rendah.

Baca Selengkapnya
Anak Yatim ini 2 Kali Gagal kini jadi Polisi Bikin Jenderal Polisi Salut, Sang Ibu 'Semoga Almarhum Bangga'
Anak Yatim ini 2 Kali Gagal kini jadi Polisi Bikin Jenderal Polisi Salut, Sang Ibu 'Semoga Almarhum Bangga'

Simak kisah inspiratif Bintara Polri anak yatim, sampai bikin kagum dua jenderal polisi.

Baca Selengkapnya
Sempat Putus Sekolah hingga Berjualan Rokok dan Koran, Mantan Panglima ABRI Ini Terkenal Jujur Bersahaja
Sempat Putus Sekolah hingga Berjualan Rokok dan Koran, Mantan Panglima ABRI Ini Terkenal Jujur Bersahaja

Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pertama Kali Memilih, Sekelompok Anak Muda dan Santri di Yogya Putuskan Dukung AMIN
Pertama Kali Memilih, Sekelompok Anak Muda dan Santri di Yogya Putuskan Dukung AMIN

Mereka baru pertama kali akan menggunakan hak pilih dan hak suaranya di Pilpres 2024

Baca Selengkapnya
10 Hal yang Harus Bisa Dilakukan Anak Sebelum Mulai Bersekolah
10 Hal yang Harus Bisa Dilakukan Anak Sebelum Mulai Bersekolah

Sebelum mulai bersekolah ada hal yang harus dipersiapkan orangtua agar bisa dilakukan anak.

Baca Selengkapnya
Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara
Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara

Kendati diguyur hujan deras, komandan hingga deretan anggota Brimob tak bergeming dan tetap berdiri tegak.

Baca Selengkapnya
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah

Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.

Baca Selengkapnya
Momen Haru Ayah Gantikan Putrinya Wisuda di UIN Raden Intan Lampung, Sang Anak Berpulang karena Sakit
Momen Haru Ayah Gantikan Putrinya Wisuda di UIN Raden Intan Lampung, Sang Anak Berpulang karena Sakit

Sejak nama putrinya, Wanda Tri Agustini dipanggil, ayahnya tampak berjalan mewakili putrinya wisuda dengan langkah yang berat.

Baca Selengkapnya
Inspiratif, Kisah Ketum PPP jadi Ayah Asuh Anak Tukang Becak, Kini Dapat Beasiswa S3 di Korea
Inspiratif, Kisah Ketum PPP jadi Ayah Asuh Anak Tukang Becak, Kini Dapat Beasiswa S3 di Korea

Mardiono mengaku bangga atas pencapaian anak asuhnya tersebut.

Baca Selengkapnya