Kemensos Jamin Kebutuhan Lansia, Ibu dan Anak Pengungsi Gempa Sulbar
Merdeka.com - Kementerian Sosial (Kemensos) memastikan akan memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan bagi kelompok rentan pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M. Safii Nasution, menjelaskan, kelompok rentan penyintas gempa yang terdiri dari lansia, ibu hamil dan anak-anak itu akan ditempatkan di tenda-tenda yang telah disiapkan.
"Mereka kita tempatkan di tenda khusus yang punya sekat dan sirkulasi udara memadai. Ini kita berikan supaya mereka merasa nyaman. Nah, mereka yang mengungsi di tenda-tenda kurang layak dan menyebar di sejumlah titik, kita pindahkan ke tenda Covid-19," jelas Safii dikutip dalam keterangan pers, Rabu (20/1).
Safii menjelaskan, pihaknya juga sudah menyediakan makanan dan kebutuhan logistik lainnya, seperti susu bayi, makanan siap saji, hingga pampers. Kemudian mereka juga memberikan pelayanan psikologis bagi korban gempa.
"Tidak hanya berhenti di situ saja. Kami juga melakukan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi penyintas untuk memulihkan trauma akibat gempa. Mereka harus diperhatikan kondisi mentalnya," ungkap Safii.
Safii menjelaskan, tim LDP Kemensos berasal dari unsur tagana, tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan SDM Program Keluarga Harapan (PKH) dengan berbagai latar belakang keahlian. Kemudian dia menjelaskan Petugas yang dikerahkan berasal dari tim LDP pusat 10 orang, Tagana setempat 12 orang dan TKSK 6 orang. Sedangkan untuk SDM PKH setempat sebanyak 17 orang.
"Mekanisme layanan yang diberikan di masa pandemi ini nantinya akan dibagi dalam kelompok kecil di dalam tenda Covid-19 ini sesuai kategori kelompok rentan masing-masing maksimal 10 orang per kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tenda pengungsi," beber Safii.
Safii menjelaskan, layanan yang diberikan antara lain berupa konseling, permainan bagi anak-anak, pemberian kuis dan permainan sejenisnya agar mereka dapat melupakan trauma terhadap kejadian gempa ini dan kembali hidup normal. Safii memperkirakan saat ini ada sekitar 1.500 hingga 2.000 pengungsi yang telah berada di luar stadion sejak terjadi gempa.
Sementara itu, korban gempa, Rahayu (29), yang tengah hamil 6 bulan, merasakan perbedaan tinggal di tenda Covid-19 milik Kementerian Sosial. Dia mengklaim lebih aman dan nyaman.
"Lebih nyaman karena tendanya ada dinding, ada jendela. Jadinya lebih segar karena udara bisa berganti," tuturnya.
Tidak hanya itu, lokasi pengungsian pun sangat aman. Serta dilengkapi dengan fasilitas kesehatan.
"Di sini ada fasilitas kesehatan, dapur umum, WC dan kamar mandi," kata Rahayu.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemprov Jatim juga melakukan penambahan pasukan untuk proses pembersihan dan pemulihan di pulau yang paling terdampak gempa tersebut.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa masih menghantui warga Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, sekitar 10 ribu jiwa memilih tinggal di pengungsian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kejadian besar yang dialami oleh anak dapat memunculkan rasa trauma yang berdampak panjang di kehidupan mereka.
Baca SelengkapnyaMasih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
Baca SelengkapnyaRentetan gempa yang terjadi di Sumedang masih membuat warga trauma hingga memilih tidur di luar rumah.
Baca SelengkapnyaWarga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
Baca SelengkapnyaMelantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca SelengkapnyaCerita haru datang dari sosok casis disabilitas yang berhasil lolos dalam seleksi SIPSS tahun 2024. Sosoknya adalah Damara Prisma Suganda.
Baca Selengkapnya