Kemenkes Sebut Gelombang Ketiga Covid-19 Keniscayaan, Ini 4 Penyebabnya
Merdeka.com - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan gelombang ketiga Covid-19 merupakan sebuah keniscayaan. Prediksi sejumlah epidemiologi, gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia akan terjadi sejak Desember 2020 hingga Januari 2021.
Menurut Nadia, ada empat hal yang bisa memicu gelombang ketiga Covid-19. Pertama, pola penyebaran Covid-19 yang bersifat fluktuatif tergantung pergerakan masyarakat.
"Salah satu publikasi ilmiah mengatakan pola penyakit Covid-19 ini akan menimbulkan beberapa gelombang. Jadi dia tidak akan cukup dengan satu puncak gelombang, kemudian turun," kata Nadia dalam dialog vaksin untuk semua umur disiarkan melalui YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (21/10).
Hal kedua yang bisa menimbulkan gelombang ketiga Covid-19 adalah vaksinasi. Menurut Nadia, sejumlah negara di dunia dengan cakupan vaksinasi tinggi saja masih menghadapi gelombang ketiga Covid-19, seperti Inggris, Amerika, hingga Israel.
Sementara Indonesia, data hari ini pukul 18.00 WIB, vaksinasi dosis satu mencapai 53,26 persen dan dosis kedua atau lengkap baru 31,50 persen.
Penyebab ketiga ialah varian Delta yang masih mendominasi di Indonesia. Data Badan Litbangkes Kementerian Kesehaan 16 Oktober 2021, total kasus Delta di Indonesia mencapai 4.025, kasus Alpha 68, dan kasus Beta 22.
"Kita tahu varian Delta ini adalah varian yang merupakan sangat ganas dan sifatnya sangat infeksius. Jadi dia akan cepat menyebar dan menunggu kapan kita lengah sehingga dia menimbulkan penyebaran yang luas di masyarakat yang berakibat pada peningkatan kasus," ujar dia.
Pemicu keempat adalah mobilitas penduduk menjelang akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021. Nadia mencatat, ada banyak perayaan keagamaan menjelang akhir tahun 2020 yang bisa meningkatkan mobilitas masyarakat, ditambah perayaan tahun baru 2021.
"Nah potensi empat hal ini yang menyebabkan keniscayaan akan gelombang ketiga itu pasti terjadi," kata dia.
Pemerintah, lanjut Nadia, terus mengingatkan masyarakat bahwa pandemi Covid-19 belum selesai. Penurunan kasus yang terjadi saat ini bukan berarti Indonesia sudah memenangkan peperangan melawan Covid-19.
"Kita harus tetap waspada sambil menunggu vaksinasi pada seluruh sasaran 208 juta itu juga mendapatkan vaksinasi lengkap dosis 1, dosis 2. Pada kondisi itulah baru kita akan betul-betul full relaksasi, tetapi tetap waspada," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaPenyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca SelengkapnyaViral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.
Baca Selengkapnya