Kemarau di Sumsel, Anggaran Pembasahan Gambut Dipotong Akibat Covid-19
Merdeka.com - Anggaran pembasahan gambut di Sumatera Selatan dipotong dari Rp12 miliar menjadi Rp9 miliar. Padahal, pembahasan perlu dilakukan karena musim kemarau tahun ini cukup ekstrem dan kering.
Kepala Tim Restorasi Gambut Daerah (TGRD) Sumsel Dharna Dahlan mengungkapkan, pengurangan anggaran pembasahan gambut akibat realokasi dan refokusing dampak Covid-19. Hal itu menyebabkan pembasahan gambut hanya sebatas pembuatan sekat kanal di Musi Rawas Utara dan Musi Banyuasin serta perbaikan sumur bor.
"Tahun ini anggaran pembasahan gambut menurun dari tahun sebelumnya, yang diterima hanya Rp9 miliar," ungkap Dharna, Kamis (11/3).
Dikatakan, lahan gambut di provinsi itu seluas 1,27 juta hektare dengan rincian di Ogan Komering Ilir seluas 638.379 hektare, Banyuasin (303.350 hektare), Musi Banyuasin (254.050 hektare), Musi Rawas Utara (28.000 hektare), Muara Enim (21.860 hektare), Penukal Abab Lematang Ilir (19.771 hektare), dan Musi Rawas (4.977 hektare).
"Kami efektifkan pemilihan daerah yang rawan untuk sekat kanal karena keterbatasan anggaran," kata dia.
Menurut dia, sekat kanal sangat penting dalam upaya pembasahan gambut. Dengan demikian, kebakaran hutan dan laham bisa diminimalisir meski air sungai sudah menyusut.
"Biasanya lahan yang ada sekat kanal tidak sekering dibanding lahan tidak ada sekat kanal," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengajak semua elemen untuk memelihara gambut dengan pemanfaatan lahan, terutama bagi korporasi. Semisal program kemitraan APP Sinar Mas dengan masyarakat melalui Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang telah berjalan di 67 desa dan 3.300 kepala keluarga.
"Tugas ini bukan hanya pemerintah, tetapi tanggung jawab semua pihak. Masyarakat harus dilibatkan perusahaan dalam pengolahan lahan gambut untuk mencegah karhutla," kata Deru.
Selain sekat kanal, kata dia, sumur bor dan embung juga dapat disiapkan selama musim kemarau. Bisa juga dengan teknologi modern seperti teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang telah diajukan ke pemerintah pusat.
"Lahan gambut kita luar biasa luas, bahkan ada kedalaman sampai 28 meter. Jangan sampai permukaan air gambut kering karena mengakibatkan kebakaran yang meluas," pungkasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang camat di Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, inisial B, ditangkap polisi saat mengonsumsi sabu di ruang kerjanya.
Baca SelengkapnyaPembatasan operasional angkutan barang selama mudik lebaran itu berdasarkan keputusan bersama antara kepolisian dengan sejumlah pemangku kebijakan.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Kabupaten Gresik menetapkan status tanggap darurat bencana selama 21 hari terkait gempa di perairan Tuban atau lebih dekat dengan Kepulauan Bawean.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Perhubungan Sumsel Arinarsa JS memperkirakan arus mudik dimulai 5 April 2024 dan arus balik mulai 14 April 2024.
Baca SelengkapnyaAir bah tersebut merupakan kiriman dari Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Baca SelengkapnyaTiga kali Kabupaten Sumedang diguncang gempa bumi.
Baca SelengkapnyaUsaha pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) dari sumur ilegal tak habis-habisnya di Sumatera Selatan. Teranyar, satu lokasi diungkap dan ditutup di Ogan Ilir.
Baca SelengkapnyaMenteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membeberkan titik krusial kemacetan pada arus balik lebaran 2024.
Baca Selengkapnya