Keluarga korban tragedi Mei 1998 tabur bunga di Mal Klender
Merdeka.com - Memperingati 15 tahun tragedi Mei 1998, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) bersama empat organisasi lain, serta keluarga korban kerusuhan Mei, melakukan doa bersama dan tabur bunga di Mal Citra Yogya Klender, Jakarta Timur.
Mall Klender ini merupakan salah satu saksi bisu tragedi 1998 pada saat itu.
Para keluarga korban berdoa bersama sambil menabur bunga dari pelataran hingga luar pagar Mal klender.
Sedikit mengingat, ratusan orang yang tinggal maupun yang tengah lewat di sekitar mal tersebut dikonsentrasikan untuk masuk ke dalam Mal. Tak lama berselang, Mall dikunci dari luar oleh orang tak dikenal, lalu bangunan tersebut dibakar bersama ratusan orang yang terjebak di dalam.
Salah satu keluarga korban hilang adalah Ibu Muji, yang merupakan Tante dari korban pembakaran, Agung (14). Dia mengatakan, pada saat kejadian Agung tengah bermain disekitar Mal, namun ditunggu hingga sore keponakannya tersebut tak kunjung pulang.
"Ponakan saya lagi main di sekitar sini, ditungguin sampe sore nggak pulang-pulang. Sore-sore sudah lewat jam 5 baru denger kalau ponakan saya kebakar," kata Muji, di Mal Klender, Jakarta Timur, Senin (13/5).
Pengusutan tragedi ini sudah ada rekomendasi dari lembaga negara yang belum direalisasikan. Pertama, rekomendasi dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Ke dua, penyelidik Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) yang berat dalam tragedi 98.
Hasil penyelidikan Komnas HAM sudah diserahkan kepada Kejaksaan Agung pada 2003. Namun Jaksa Agung hingga kini masih belum menindaklanjuti hasil penyelidikan Komnas Ham tersebut.
Oleh sebab itu, paguyuban korban dan keluarga tragedi Mei, Forum Komunikasi Keluarga Korban Mei, Kontras, Lembaga Studi dan Advokasi HAM (ELSAM, Ikatan keluarga orang Hilang Indonesia (IKOHI) mendesak empat hal kepada pemerintah.
Pertama, Presiden RI agar mengeluarkan keppres untuk pembentukan pengadilan HAM ad hoc dan memberikan instruksi kepada Jaksa agung untuk melakukan penyidikan atas tragedi Mei. Ke dua, jaksa agung harus segera melakukan penyidikan atas tragedi Mei.
Ke tiga, Komisi III DPR harus mengawal dan memastikan berjalannya proses penyidikan oleh jaksa agung. Ke empat, pemerintah untuk membangun monumen di kuburan masal pondok rangon sebagai sebagai sebagai situs sejarah dan sebagai bentuk pengakuan negara atas kesalahan negara yang terjadi di masa lalu.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BRI Sukseskan Misi Sekeluarga di Muntilan Memasyarakatkan Anggrek, Mudah Ditanam di Rumah
Sekeluarga di Muntilan ini kompak memasyarakatkan bunga anggrek dan menyembuhkan trauma para peminatnya.
Baca SelengkapnyaDetik-Detik Penyelamatan Dramatis Pemuda Terperosok ke Sumur 19 Meter
Pihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaBapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas
M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%
"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca SelengkapnyaMeninggal Dunia, Balita Dipatuk Kobra Saat Masukkan Tangan ke Lubang
Peristiwa memilukan itu terjadi minggu petang sekitar pukul 18.30 WIB.
Baca SelengkapnyaDukun Bunuh dan Mutilasi Pelanggan Gara-Gara Komplain Tak Manjur
Korban sendiri sempat dilaporkan hilang oleh keluarganya, sebelum akhirnya ditemukan jasadnya.
Baca SelengkapnyaFakta Tragis Sekeluarga Tewas Dalam Mobil Terjebak Lumpur, Warga Lokal Saja 'Ngeri' Lewat Lokasi
Keluarga yang beranggotakan 4 orang itu menghembuskan napas terakhir pada hari Jumat (12/4) saat hendak melakukan silaturahmi ke rumah saudara
Baca SelengkapnyaMabuk Berat Usai Pesta Miras Malam Tahun Baru, Pemuda Tertidur di Rel Berujung Tewas Ditabrak Kereta
Saat akan melintas di lokasi kejadian dan melihat beberapa orang berada di rel kereta api, masinis segera membunyikan suling lokomotif berulang-ulang agar orang
Baca Selengkapnya“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca Selengkapnya