Kasus Covid-19 Melandai, Garut Dibayangi TBC dan DBD
Merdeka.com - Kasus Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini diketahui melandai. Sampai Senin (1/11) siang, dari 24.730 kasus, 23.456 orang dinyatakan sembuh, 1.171 meninggal, 11 orang melakukan isolasi mandiri, dan 2 orang dirawat dan diisolasi di rumah sakit.
Namun setelah melandainya kasus Covid-19 di Kabupaten Garut, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani menyebut, kini pihaknya mewaspadai penyakit paru-paru akibat kuman mycobacterium tuberculosis (TBC) dan demam berdarah dengue (DBD).
“Karena masuk hujan harus antisipasi DBD dan TBC juga. Yang TBC lumayan banyak, ada penambahan tapi kan baru awal musim hujannya, masih belum terlalu ini. Ya lebih meningkat dibanding musim kemarau,” sebut Leli, Senin (1/11).
Leli menjelaskan, kasus TBC bukan karena musim hujan saja, tapi juga termasuk penularan dari yang menderita. “Tidak diobati maksimal, tidak optimal, tidak sesuai standar, jadinya menularkan ke orang terdekatnya,” jelasnya.
Saat ini, diakui Leli, pihaknya saat ini tengah menggencarkan penemuan kasus TBC di Kabupaten Garut.
“Karena kita giatkan temuan dan pelaporannya, jadi mungkin saja dulu banyak cuma tidak terlaporkan. Sekarang kita mengaktifkan kader-kader untuk mengenali gejala TBC. Kalau menemukan ada yang bergejala seperti itu dibawa ke Puskesmas dicek dahaknya. Mungkin saja kasusnya segitu-gitu saja, cuma kemarin-kemarin enggak dilaporkan karena fokus ke Covid-19 sekarang dilaporkan, sekarang sedang menggiatkan laporan,” ungkapnya.
Untuk kasus TBC, menurutnya, paling banyak ditemukan saat ini di wilayah perkotaan yang padat penduduk. Tidak hanya penduduknya yang padat, persoalan lainnya juga adalah kondisi rumahnya yang berdesak-desakan, hingga ventilasinya yang kurang.
“Jadinya penyakit (TBC) semakin cepat berkembang biak,” katanya.
Tidak hanya TBC, kasus DBD pun saat ini menurutnya sedang mengalami peningkatan karena sudah memasuki musim penghujan. Namun ia memastikan bahwa jumlahnya tidak signifikan.
Leli meminta agar masyarakat mengetatkan pola hidup bersih dan sehat dan juga menerapkan protokol Kesehatan dengan ketat. Langkah tersebut menurutnya harus dilakukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi penyakit yang bisa muncul di musim hujan dan pandemi Covid-19.
“Masyarakat sudah tahu apa yang sudah dilakukan, tapi kita akan kembali sosialisasikan tentang tata cara menghindari DBD. Kita juga sudah melakukan persiapan, mulai fogging dan lainnya,” tutup Leli.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca Selengkapnya