Karikaya buah pencuci tangan Suku Tengger yang berubah jadi manisan
Merdeka.com - Carika atau Suku Tengger menyebutnya Karikaya, buah menyerupai pepaya dengan ukuran sebesar kepal tangan manusia. Semula buah kekuningan ketika masak di pohon itu hanya dimanfaatkan sebagai pencuci tangan dan kaki usai beraktivitas di sawah.
Kandungan cairan yang bercampur biji di dalam buahnya mampu membersihkan kotoran yang melekat di tangan. Serupa dengan Markisa, biji Karikaya terselimuti cairan berbentuk lendir yang lembut.
Kerak kotoran yang membandel melekat di tangan akan luntur oleh cairan lendir tersebut bersama bilasan air. Petani Suku Tengger usai berladang sudah biasa mencari Karikaya yang tumbuh liar di kawasan Gunung Bromo.
"Sudah turun temurun, bahkan hingga saat ini," kata Ibu Karyadi, Warga Suku Tengger yang tinggal di Desa Wonomerto, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Kamis (19/7).
Manisan Karikaya ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Tidak hanya itu, mencuci tangan dengan cairan dan biji Karikaya sudah layaknya menggunakan cairan pencuci tangan atau sabun tangan. Karena aroma harum yang khas nan tajam akan menempel di tangan seharum pewangi.
Kini sebagian Suku Tengger sudah mulai memanfaatkan Karikaya menjadi manisan. Bahkan beberapa sudah dikemas instans seperti gelas minuman air mineral.
Ibu Karyadi dan perempuan Suku Tengger secara berkelompok memproduksi manisan berbahan Karikaya. Prosesnya pun terbilang cukup mudah seperti membuat manisan kebanyakan.
"Pertama Karikaya dikupas dan dibersihkan dari getahnya yang menempel, sebelum kemudian dipisahkan isi dan lendirnya," kata Ibu Karyadi sambil memulai mengupas Karikaya.
Manisan Karikaya ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Bagian tengah atau dagingnya, katanya, menjadi bahan utama untuk direbus hingga mendidih. Karikaya yang tidak terlalu masak dianggap lebih bagus, karena teksturnya agak keras.
Sementara isi dan cairannya, diperas dengan menggunakan saringan untuk diambil sarinya. Karena bagian isi dan lendirnya itu akan menjadi perasa, sehingga aroma dan rasa Karikaya lebih tajam.
Secara berurutan cairan Karikaya dimasukkan saat mendidik, disusul dengan cairan gula. Manisan Karikaya nan harum pun bisa dinikmati dengan hangat maupun dicampurkan es.
Manisan Karikaya ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Karikaya sendiri merupakan tanaman endemis yang bisa ditemukan di Pegunungan Dieng dan Bromo. Konon tanaman yang di Gunung Dieng, dibawa oleh leluhurnya dari Gunung Bromo.
Ibu Karyadi berharap produknya dikenal luas dan bisa menjadi sumber pendapatan keluarganya. Ibu dua anak ini ingin menjual produksinya dengan pasar lebih luas, tetapi memang masih masih persoalan, di antaranya urusan modal.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca SelengkapnyaKapak persegi dibuat dari batu yang dikikis hingga membentuk persegi dengan bagian tepi yang lebih tipis. Umumnya kapak ini dibuat untuk berburu.
Baca SelengkapnyaKapak perimbas digunakan untuk memotong kayu, membuat persembahan, dan bahkan sebagai senjata untuk berburu atau melindungi diri dari serangan binatang buas.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kehidupan orangtua Lesti tak berubah. Mereka tetap sederhana dan apa adanya.
Baca SelengkapnyaDaging buah yang matang sering kali dimakan dalam keadaan segar hingga dicampur dalam es.
Baca SelengkapnyaSeorang pria berbaju merah tampak hendak diseruduk kambing putih berkali-kali.
Baca SelengkapnyaIni merupakan jejak kaki manusia tertua dan paling awet yang pernah ditemukan.
Baca SelengkapnyaGorengan adalah makanan yang jadi favorit banyak orang termasuk untuk berbuka puasa. Sayangnya makanan ini sebaiknya dhindari.
Baca SelengkapnyaJenis kerang yang aman dikonsumsi ini meliputi kerang hijau, kerang bambu, kerang simping, kerang tiram, kerang kepah, hingga kerang kijing.
Baca Selengkapnya