Merdeka.com - Almarhum Kapten Gatot Purwoko yang menjadi korban jatuhnya Pesawat Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak, Bogor, di mata teman-temannya sesama pilot dikenal sebagai seorang pemberani. Gatot pernah menjadi aktivis semasa kerja di Garuda Indonesia tahun 1979 untuk menuntut kenaikan gaji para pilot.

"Dari ratusan pilot, Pak Gatot yang paling berani menentang perusahaan untuk kenaikan gaji," kata Direktur Air Fast E Surya Darma di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu (23/5).

Surya Darma menceritakan pada tahun 1979 almarhum bersama enam rekannya meminta pihak perusahaan Garuda Indonesia menaikkan gaji para pilot. Namun, tuntutan itu tidak digubris pihak Garuda Indonesia. Akhirnya mendiang Gatot berhadapan langsung dengan Pangkomkabtip Alm Letjen Sudomo.

"Tapi yang paling berani mengatakan di depan Pak Sudomo adalah Pak Gatot," katanya.

Karena merasa tidak satu visi dengan perusahaan, akhirnya Gatot Purwoko bersama enam orang temannya memutuskan mengundurkan diri dari Garuda Indonesia. Gatot beserta ke empat temannya kemudian bergabung dengan perusahaan maskapai penerbangan Air Fast di Singapura.

"Beliau bersama Ari Singgih, Sri Subekti, Hariyanto, Hernawan bergabung dengan Air Fast di Singapura," katanya.

Selain dikenal pemberani, almarhum juga dikenal sebagai pecinta kuliner dan ahli mendirikan usaha. Hal itu terbukti dengan kepemilikan lima rumah makan di wilayah Jakarta yang dimilikinya.

"Pak gatot ahli kuliner dia punya lima restoran salah satunya Winehouse De Counter," kata dia.