Kampoeng Ilmu, lokasi berburu buku murah dan langka di Kota Pahlawan
Merdeka.com - Di atas lahan seluas 2.500 meter persegi di Jalan Semarang No 55, Surabaya, Jawa Timur, kompleks kios buku asongan berdiri. Lokasi yang didirikan oleh Pemkot Surabaya dan para pedagang kaki lima (PKL) pada 16 Maret 2008 ini, dinamakan Wisata Pendidikan Kampoeng Ilmu.
Ada 84 kios atau pedagang buku asongan di tempat ini. Buku-buku yang dijual, macam-macam. Mulai dari komik, buku bekas, majalah bekas hingga buku-buku terbaru dengan harga murah. Bisa jadi, harga buku di Kampoeng Ilmu, separuh dari harga yang dijual di toko buku resmi.
Jika beruntung dan rajin berburu buku-buku bacaan di tempat ini, bisa ditemukan buku langka yang sudah tidak diterbitkan oleh penerbitnya atau tidak dijual lagi di toko-toko buku mewah.
Seperti misalnya, buku Pemikiran Marxis. Bahkan buku kuno dan langka seperti Di Bawah Bendera Revolusi-nya Soekarno, tidak mustahil ditemukan di tempat ini, jika beruntung.
Maklum, namanya saja toko buku asongan penjual buku-buku bekas yang didapat dari barter antara pedagang di beberapa kota seperti Jogja, Solo dan daerah lainnya yang segaris (sama berjualan buku bekas).
Kemudian dari orang-orang yang mengkilokan (jual barang jumlah banyak dengan sistem timbang) koleksi bukunya di rumah, maupun kerjasama dengan penerbit yang ingin menjual bukunya dengan sistem langsung bayar di tempat.
Tak hanya menjadi tempat bursa buku-buku bekas maupun koleksi terbaru, di Kampoeng Ilmu yang tak jauh dari Stasiun Kereta Api Pasar Turi ini, juga terdapat joglo untuk diskusi, belajar menari dan berkesenian, serta bimbingan belajar (bimbel) gratis bagi anak SD. Setiap sore, tempat ini juga digunakan mengaji bagi anak-anak pedagang.
Kemudian juga disediakan gedung serba guna di lantai dua, perpustakaan, dan kolam ikan. Tentunya juga tempat nongkrong bagi anak-anak muda. Karena di Kampoeng Ilmu juga menyediakan warung kopi dan makanan, lengkap dengan fasilitas Wi-Fi.
Menurut Ketua Paguyuban PKL Kampoeng Ilmu, Budi Santoso, Kampoeng Ilmu didirikan tidak hanya melihat aspek ekonomi saja, melainkan juga sosial, budaya dan pendidikan.
"Nama Kampoeng Ilmu sendiri, sebenarnya berasal dari pemikiran pada aspek sosial, budaya dan pendidikan, yang kemudian menjadi tempat wisata baca bagi masyarakat Surabaya khususnya," terang pria yang juga pemilik Toko Angger Bacae itu pada merdeka.com, Jumat kemarin (10/4).
Secara sosial-ekonomi, lanjut Budi, Kampoeng Ilmu ini sebagai tempat para pedagang mencari nafkah. Kemudian, dari aspek budaya, tempat ini menjadi pijakan masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin mencari buku-buku murah.
"Sedangkan unsur pendidikannya, tentunya di sini terjadi interaksi antara penjual dan pembeli atau pun orang yang ingin menjual koleksi bukunya. Termasuk diskusi-diskusi yang tak jarang digelar di tempat ini. Bahkan mantan aktivis 98 juga kerap datang dan berdiskusi di Kampoeng Ilmu," paparnya.
Tidak hanya sekadar aspek jual beli buku saja, tapi juga berkegiatan. Sehingga Kampoeng IImu bisa terus bergairah dan sarat dengan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif.
Budi juga menegaskan, di Kampoeng Ilmu, bukan aspek ekonomi saja yang diburu. Lebih dari itu, ada cita-cita dan harapan yang ingin dicapai yaitu Kampoeng Ilmu harus bisa menjadi salah satu ikon Kota Surabaya. Sebagai salah satu wahana dan sarana pendidikan murah.
"Yang tidak kalah penting adalah untuk menciptakan generasi-generasi intelektual masa depan dari kalangan menengah ke bawah," tandasnya.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
'Toko Buku' ini menghadirkan koleksi buku-buku berkualitas dari berbagai genre dengan harga terjangkau serta diskon menarik.
Baca SelengkapnyaSosok penjual bakmi jawa di Yogyakarta bukan orang sembarangan, punya murid jenderal bintang empat.
Baca SelengkapnyaBerikut momen perwira polisi cium tangan bocah penjual kue seusai memborong dagangannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pansel juga berencana menemui aparat penegak hukum dan lembaga tinggi negara
Baca SelengkapnyaTak hanya sekedar hiasan belaka, mahkota penari Gandrung Banyuwangi ini penuh filosofi.
Baca SelengkapnyaPelaku ND sebelumnya ditangkap polisi usai mengeroyok pelajar berinisial FY (20) hingga tewas di kawasan Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya"Kami satu-satunya kelurahan di Kota Bandung yang sudah semua RW Kawasan Bebas Sampah (KBS)."
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda berinisial NS (21) tewas setelah dibacok sekelompok orang tak dikenal di warung kopi Jalan Mangkrik, Bekasi.
Baca SelengkapnyaJika biasanya tukang bakso cukup berkaos dan celana panjang, namun hal tersebut berbeda dengan penjual yang satu ini.
Baca Selengkapnya