Istana Mangkunegaran akan gelar upacara Mitoni dan Tedhak Siten
Merdeka.com - Istana Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah akan menggelar dua upacara adat yang hampir punah, yakni "Mitoni dan Tedhak Siten". Dua upacara adat Jawa tersebut saat ini sudah ditinggalkan, terlebih oleh generasi masa kini.
Ketua pelaksana kegiatan, KRMT Hudoko Artisto mengatakan, kegiatan pelestarian budaya tersebut akan dihelat selama dua hari di Bangsal Prangwedanan, Selasa-Rabu(10-11/6). Seluruh kegiatan tersebut dikemas dengan nama Mangkunegaran Art Festival.
Selain upacara adat itu juga dilakukan pertunjukan tari yang diperagakan penari dari Sanggar tari Soerya Soemirat pimpinan GPH Herwasto Kusumo. Ada enam tarian yang disuguhkan, dua di antaranya merupakan karya KGPAA Mangkunagoro IV dan VIII.
"Ada Tari Gambyong Retno Kusumo, Tari Prawira Tamtama, Tari Bambangan, Tari Bandabaya, Tari Kembang Sepasang Dan Tari Sigrak," ujar Hudoko, Senin (9/6).
Mitoni dan Tedhak Siten, kata Hudoko merupakan salah satu budaya Jawa peninggalan leluhur yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman kedua tradisi upacara adat ini sudah mulai ditinggalkan, bahkan masyarakat jarang melakukan upacara itu untuk kehidupan sehari-hari.
Tedhak Siten, lanjut dia, berasal dari dua kata Jawa yakni Tedhak yang bermakna menampakkan kaki. Kemudian Siten dari asal kata siti yang berarti tanah atau bumi. Sehingga Tedhak Siten ini memiliki arti ritual Jawa bagi anak yang belum pernah menampakkan kakinya di tanah.
"Upacara adat ini dilakukan dengan membimbing anak menapaki jadah 7 warna kemudian dibimbing untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu wulung dan berdiri di atas pasir."
Selanjutnya, anak dimasukkan ke kurungan (sangkar), di mana sangkar itu di dalamnya sudah terdapat bermacam-macam barang (tiruan) dari alat-alat tulis, alat musik, alat kedokteran dan lainnya. Kemudian anak mengambil salah satu barang yang telah disediakan.
"Harapannya adalah barang yang diambil anak ini sebagai wujud gambaran apa yang diminati anak di kemudian hari. dan semua itu juga tak lepas dari doa dan restu kedua orangtuanya," ucapnya.
Dalam upacara ini ada tujuh uborampe (perlengkapan) yang harus disediakan. Yakni jadah, tangga tebu wulung, menginjak tanah, jenang blowok, mandi dengan air setaman, kurungan (sangkar) beserta isinya, dan udik-udik.
"Kegiatan ini merupakan salah satu wujud pelestarian kebudayaan Jawa. Selama ini kebudayaan yang pernah dipopulerkan pada zaman nenek moyang kini keberadaannya sudah mulai luntur," pungkas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Eny Tyasni Suzana.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mitos telinga berdenging dalam primbon Jawa mencerminkan suatu kepercayaan tradisional yang melekat dalam masyarakat Jawa.
Baca SelengkapnyaPengamanan tingkat tinggi diterapkan oleh Paspampres sebelum Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-78 dilaksanakan pada Kamis (17/8) kemarin.
Baca SelengkapnyaPemerintah Provinsi Jawa Barat siap mengirimkan keikutsertaan Tari Kandangan pada 17 Agutus di Istana Merdeka
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dibalut dalam cerita-cerita yang melegenda, setiap mitos membawa pesona dan misteri yang tak terlupakan.
Baca SelengkapnyaMitos kejatuhan cicak di kepala memang cukup terkenal. Beberapa budaya mengaitkan peristiwa yang mengagetkan itu dengan sebuah pertanda akan terjadinya sesuatu.
Baca SelengkapnyaPresiden Soeharto memimpin langsung Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-24 di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus 1969.
Baca SelengkapnyaKedutan mata oleh masyarakat Indonesia acap dikaitkan dengan pertanda baik dan buruk.
Baca SelengkapnyaKejatuhan cicak mungkin membuat kita kaget dan jijik. Tapi bagi sebagian orang, kejatuhan cicak, dianggap memiliki arti tertentu.
Baca SelengkapnyaBerikut beberapa mitos tonggeret selengkapnya yang menarik untuk disimak.
Baca Selengkapnya