Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ikhtiar Cak Oyong Mengolah Sampah Minyak Jelantah

Ikhtiar Cak Oyong Mengolah Sampah Minyak Jelantah Nurul Hidayah alias Cak Oyong. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebagai pecinta lingkungan, Nurul Hidayah alias Cak Oyong tidak hanya aktif mengkampanyekan pengurangan sampah. Belakangan, dia juga mulai membiasakan diri dengan gaya hidup alami. Salah satunya dengan memproduksi sendiri tempe yang ia konsumsi bersama keluarganya.

"Konsep zero waste itu tidak sekadar mengurusi sampah, tetapi lengkap. Termasuk juga penghijauan. Karena sampah organik ini kita olah jadi pupuk kompos. Kalau tidak ada tanaman kan percuma, ini juga terkait dengan ketahanan pangan," papar Cak Oyong, inisiator komunitas Sobung Sarka di Jember. Sobung Sarka berasal dari bahasa Madura yang artinya sampah habis. Senin kemarin.

Tempe yang dihasilkan Cak Oyong bukan sembarang tempe, karena menggunakan kedelai lokal Indonesia. Terdapat ciri fisik yang mencolok, antara kedelai lokal dengan kedelai impor yang selama ini menjadi bahan baku pembuatan tempe. Kedelai impor dari sisi tampilan terlihat lebih bersih dan ukurannya lebih besar ketimbang kedelai lokal. Selain itu dari segi harga, kedelai impor jauh lebih murah ketimbang kedelai lokal.

"Kalau kedelai lokal kira-kira per kilogram harganya Rp 15 ribu. Sedangkan kedelai impor, per kilogram hanya Rp 7 ribu," tutur Cak Oyong.

Kedelai impor lebih murah dan tampilan fisiknya lebih menarik karena menggunakan benih kedelai hasil rekayasa genetik atau lebih dikenal dengan kedelai Genetically Modified Organisme (GMO). Sedangkan kedelai lokal Indonesia masih menggunakan benih alami.

"Ya memang di kalangan ahli masih terjadi perbedaan pendapat mengenai tingkat keamanan kedelai GMO ini. Tetapi di pasaran internasional, justru permintaan kedelai lokal Indonesia itu sangat tinggi," tutur alumnus Akademi Perikanan Sidoarjo ini.

Tingginya peluang pasar kedelai lokal Indonesia di pasar internasional ini, seiring dengan meningkatnya tren gaya hidup alam (back to nature) terutama di negara-negara maju. "Jadi memang terbalik. Meski masih minim yang menanam, kedelai lokal Indonesia sebenarnya sangat potensial untuk komoditas ekspor. Di Jember sendiri, baru ada dua kecamatan yang terdapat komunitas petani kedelai lokal," papar Cak Oyong.

Karena tidak memiliki latar belakang sebagai pengerajin tempe, bukan hal yang mudah bagi Cak Oyong untuk memproduksi makanan khas tradisional Indonesia itu. "Saya beberapa kali uji coba. Dari enam kali uji coba, baru empat kali yang berhasil," tutur Oyong dengan senyum.

Tak ingin terbuang sia-sia, Cak Oyong juga mengolah tempe sisa menjadi terasi. "Terasi dengan bahan baku tempe ini, tidak kalah gurih. Tetapi bau amisnya tidak setajam terasi yang berbahan baku ikan laut," tutur suami dari Inayatul Hasanah ini.

Olah Limbah Minyak Goreng Jadi Sabun Cuci Piring

Tidak sekedar bahan makanan, Cak Oyong juga mengembangkan kebiasaan mengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci piring. Minyak jelantah atau minyak goreng sisa yang sudah tidak layak digunakan menggoreng, selama ini kerap dibuang begitu saja oleh masyarakat ke parit atau saluran air. Padahal, limbah minyak jelantah ini bisa mengalir jauh hingga ke sungai dan berpotensi mencemari lautan. Pembuangan minyak jelantah secara massif, berdasarkan penelitian para ahli, telah berkontribusi pada rusaknya habitat di sungai dan menyebabkan kepunahan beberapa mikroorganisme. Sebab, lemak minyak goreng yang mengambang di permukaan air, akan menutupi cahaya matahari dan sirkulasi oksigen di sungai.

Langkah-langkah mengolah minyak jelantah menjadi sabun ini dimulai dari mengoksidasi minyak menggunakan arang yang dipanaskan. Lalu disaring menggunakan soda api. Kemudian, larutan tersebut dicampur dengan air kopi. "Pakai air ampas kopi saja, jangan minuman kopi. Biar tidak sayang," jelas Cak Oyong.

Penggunaan larutan kopi ini bertujuan memberikan aroma harum kopi pada sabun yang akan dihasilkan. "Sebagai alternatif, bisa juga memakai daun pandan. Karena aromanya sama-sama sedap," tutur Cak Oyong.

Larutan tersebut kemudian diberi soda api dan dibiarkan hingga mengental. Setelah satu jam, larutan olahan minyak jelantah akan memadat. "Setelah itu kita harus simpan selama satu bulan. Biar Ph-nya normal," papar Cak Oyong.

Keterampilan mengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci piring ini sudah disebarkan Cak Oyong dalam serangkaian pelatihan Ecobricks yang digelar komunitas Sobung Sarka.

"Memang mengolah minyak jelantah menjadi sabun, lebih ribet dan lebih mahal daripada kita langsung membeli sabun di toko. Tetapi ini demi ikhtiar mengurangi sampah yang dibuang, zero waste," pungkas Cak Oyong.

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jadi Kesayangan saat Buka, Ini Alasan Kenapa Teh Hangat Seharusnya Dihindari Penderita Asam Lambung

Jadi Kesayangan saat Buka, Ini Alasan Kenapa Teh Hangat Seharusnya Dihindari Penderita Asam Lambung

Teh hangat merupakan minuman kesayangan banyak orang pada saat berbuka puasa, sayangnya minuman ini tidak sehat dikonsumsi pada saat berpuasa.

Baca Selengkapnya
Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Saat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.

Baca Selengkapnya
Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar

Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar

Simak potret rumah masa kecil Fikoh LIDa sebelum terbakar!

Baca Selengkapnya
Syok Malah jadi Tersangka Usai Lawan Pencuri, Penggembala Kambing Jatuh Sakit & Tak Mau Makan

Syok Malah jadi Tersangka Usai Lawan Pencuri, Penggembala Kambing Jatuh Sakit & Tak Mau Makan

Sakit Paru-Paru yang diderita Muhyani kembali kambuh. Dia batuk tak henti-henti.

Baca Selengkapnya
Badan Gemetar karena 2 Hari Tak Masak, Nenek Ini Bertahan Hidup dengan Rebusan Daun Singkong

Badan Gemetar karena 2 Hari Tak Masak, Nenek Ini Bertahan Hidup dengan Rebusan Daun Singkong

Tinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.

Baca Selengkapnya
Lima Kuliner Khas Imlek yang Diyakini Warga Tionghoa Mendatangkan Cuan

Lima Kuliner Khas Imlek yang Diyakini Warga Tionghoa Mendatangkan Cuan

Warga Tionghoa menyakini setiap makanan membawa keberuntungan hingga membuat panjang umur bagi yang menyantapnya.

Baca Selengkapnya
Punya Anak Terkenal dan Kaya Raya, Begini Sederhananya Ayah Ibu Lesti Kejora Makan Menu Kampung tapi Nikmat

Punya Anak Terkenal dan Kaya Raya, Begini Sederhananya Ayah Ibu Lesti Kejora Makan Menu Kampung tapi Nikmat

Kehidupan orangtua Lesti tak berubah. Mereka tetap sederhana dan apa adanya.

Baca Selengkapnya
Menyantap Masakan Sunda di Rumah Makan Laksana, Hadirkan Suasana Perdesaan dengan Menu Oseng Legendaris Andalan

Menyantap Masakan Sunda di Rumah Makan Laksana, Hadirkan Suasana Perdesaan dengan Menu Oseng Legendaris Andalan

Pengunjung dijamin akan puas menyantap berbagai hidangan khas bumi Parahyangan yang otentik.

Baca Selengkapnya