Hikayat Gandalia, Alunan Musik Petani di Banyumas Untuk Menjaga Lahan
Merdeka.com - Empat lelaki baya di Kasepuhan Adat Kalitanjung, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, berjalan pelan menenteng angklung. Mereka menaiki panggung, lalu duduk bersila memangku alat musik dari bambu itu. Kendang ditabuh. Seorang sinden mulai menyanyikan tembang Kidung Rumeksa Ing Wengi.
Angklung yang dimainkan oleh para sesepuh tersebut disebut warga setempat sebagai Gandalia. Alat ini terdiri dari empat buah bilah berlaras slendro dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) dan 6 (nem). Bahannya dari bambu berdiameter sekitar 5-7 sentimeter.
Sejarah gandalia di Kasepuhan Adat Kalitanjung sangat erat dengan aktivitas petani hutan. Dahulu para petani memainkannya sembari menunggu bibit tanaman yang masih kecil. Alat ini ditenteng masuk ke dalam hutan untuk menghibur diri serta mengusir babi hutan yang hendak menyerang.
Gandalia merujuk pada kata berbahasa Jawa 'gondhol' yang memiliki makna dibawa pergi. "Gandalia adalah warisan leluhur dari di Grumbul Kalitanjung," kata Ketua Paguyuban Kasepuhan Adat Kalitanjung, Muharto.
Warisan Turun Temurun
Muharto bercerita, saat ini di Kalitanjung hanya tertinggal empat warga yang bisa memainkan angklung gandalia. Mereka yakni, Turmidi (75), Sanwiyata (80), Kusmareja (65), Kusmeja (80). Keempatnya masih memiliki pertalian saudara dan mewarisi keahlian memainkan gandalia dari orang tua masing-masing.
Turmidi misalnya, mulai belajar memainkan gandalia sejak berusia 10 tahun. Ia belajar dari ayahnya baik saat berada di lahan garapan maupun di rumah.
Dari cerita tutur lisan, para pemain gandalia merupakan keturunan Ki Bangsa Setra yang mendiami desa tersebut sekitar tahun 1900-an. Konon, Ki Bangsa Setra adalah seorang penayagan atau penabuh gamelan wayang yang mahir membuat tembang macapat.
Tradisi unik terkait musik gandalia, sinden mesti seorang laki-laki. Jika sinden Gandalia seorang perempuan dipercaya akan terjadi bencana. Pasalnya, leluhur kasepuhan adat Kalitanjung seorang perempuan. Sinden perempuan dianggap dapat menyaingi sosok leluhur mereka.
Di desa ini, Rusdi adalah satu-satu sinden laki-laki. Lagu yang kerap dinyanyikan oleh Rusdi diantaranya Gandalia, Cucu Benik, Kulu-kulu, Ler-ileng Kangkung, Gatotkaca Edan dan Jo lio. Khusus lagu berjudul Gandalia diciptakan Rusdi untuk menggambarkan sejarah alat musik tersebut.
"Dahulu Gandalia dimainkan dengan nada rengeng-rengeng. Tembang kemudian dimasukkan agar musik asli Kalitanjung ini lebih bisa menghibur lagi jika dipentaskan dalam sebuah pertunjukkan," kata Rusdi.
Penggemar gandalia, Agis Raditya bercerita bahwa di masa kanaknya kerap mendengar sejumlah petani memainkan angklung gandalia saat lahan diserang hama tikus dan celeng. Kenangan itu membuat ia takjub. Sedang saat ini, ia sangat menggemari gandalia saat memainkan tembang cucuk benik.
"Tembang ini mengingatkan masa kecil saya. Karena tembangnya menceritakan permainan anak-anak," kata Agis.
Gandalia tak bisa dipungkiri merupakan bagian dari ekspresi kesenian rakyat di Kabupaten Banyumas. Gandalia sekaligus menunjukkan karakteristik masyarakat pendukungnya, petani kreatif yang menjaga alam sebagai sumber kehidupannya dengan mengedepankan pendekatan-pendekatan kesenian.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaBerada di ujung Tasikmalaya, daerah tersebut nampak dikelilingi hutan belantara.
Baca SelengkapnyaTradisi khitanan ini unik, karena diiringi warga dengan keliling kampung sembari menabuh angklung.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kematian N bermula ketika anaknya tak kunjung kembali ke rumah setelah berpamitan ke rumah majikan tempatnya bekerja.
Baca SelengkapnyaTradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaBanyak orangtua menginginkan anaknya istimewa dan bisa melakukan berbagai macam hal. Salah satunya adanya banyak orangtua ingin buah hati bisa bermain musik.
Baca SelengkapnyaSelain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaSalah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca SelengkapnyaBukan hanya gunungnya saja yang menyimpan misteri dan legenda, namun masyarakatnya juga memiliki ritual yang begitu unik.
Baca Selengkapnya