Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hasan, pengungsi tampan ingin jadi dokter dan ubah nasib Rohingya

Hasan, pengungsi tampan ingin jadi dokter dan ubah nasib Rohingya Muhammadul Hasan. ©2015 merdeka.com/afif

Merdeka.com - Wajahnya tampan, pakaian rapi, keseharian pria bernama Muhammadul Hasan (17) sibuk melayani keluhan dan keperluan ratusan pengungsi Rohingya di Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh. Bila dia sedang berada di tengah-tengah masyarakat pribumi, Hasan tidak tampak seperti pengungsi Rohingya. Dia berparas wajah mirip dengan orang Aceh dan berperawakan bersih dan rapi.

Hal yang membedakan pengungsi Rohingya dengan pribumi adalah gelang warna kuning yang melingkar di tangannya. Semua pengungsi, baik anak-anak, wanita dan pria dewasa semua menggunakan gelang untuk memudahkan membedakan tamu, pribumi dan pengungsi.

Di antara ratusan pengungsi lainnya, hanya Hasan yang terlihat necis dan rapi. Baik dari cara berpakaian, tutur kata dan selalu sibuk dengan bermacam aktivitas untuk proses pelayanan pengungsi.

Hasan adalah salah satu dari ribuan anak remaja yang memiliki potensi harus putus sekolah di negaranya. Kekacauan politik yang dipimpin oleh Junta Militer yang kerap melakukan kekerasan dan diskriminasi pada etnis Rohingya membuat dia harus menguburkan niatnya untuk melanjutkan sekolah.

Padahal, Hasan tergolong remaja yang cerdas. Kenapa tidak, di tengah-tengah kecamuk politik tak menentu di negaranya, Hasan masih sempat belajar dan bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik. Bahkan Hasan juga telah berhasil lulus sekolah setingkat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) kalau di Indonesia.

"Pernah sekolah setingkat SMA, tetapi tidak bisa melanjutkan, kerena kondisi daerah dan tidak memungkin untuk sekolah," kata Hasan dalam bahasa Inggris di camp pengungsian Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, Senin (25/5).

Hasan mengaku memiliki cita-cita yang besar untuk mengubah nasib dirinya dan seluruh etnis Rohingya lainnya yang mendapatkan perlakuan diskriminasi oleh pemerintah Junta Militer, Myanmar. Keinginan kuat ini hingga dia keluar dan mencari pekerjaan agar bisa melanjutkan sekolah.

Dia memiliki cita-cita besar yaitu ingin menjadi seorang dokter. Keinginan ini timbul setelah melihat fenomena sosial yang terjadi di negaranya. Ada banyak saudaranya jatuh sakit tanpa ada pengobatan dan tragisnya hingga nyawa merenggang.

Atas dasar itulah dia bercita-cita jadi dokter agar bisa membantu pengobatan seluruh saudaranya yang menderita sakit. Karena selama ini, etnis Rohingya yang diusir dari negaranya sendiri ada banyak penyakit yang dideritanya tanpa ada penanganan medis sama sekali.

"Saya cita-cita ingin dokter, makanya saya ingin sekolah terus untuk memperbaiki nasib orang kami," jelasnya.

Alasan inilah kemudian Hasan memberanikan diri untuk keluar dari daerah asal kelahirannya. Hasan rela berpisah dengan kedua orang tuanya untuk mengejar cita-cita. Hingga ia terdampar di perairan Aceh dan berhasil diselamatkan oleh nelayan Aceh di Langsa.

Hasan mengaku berangkat dari rumah hingga terdampar ke Aceh mulanya hendak mencari pekerjaan. Akan tetapi pemerintah Junta Militer telah membuat dia harus melarikan diri dari negara asalnya.

"Karena itu keluar dari daerah saya, saya ingin sekolah dan ingin mencari kerja," tuturnya.

Pada saat Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI), Khofifah Indar Parawansa blusukan ke camp pengungsian di Kuala Langsa, Hasan termasuk salah satu orang yang mendampingi menteri. Saat Mensos hendak berkomunikasi dengan pengungsi, Hasan yang menerjemahkannya.

Di hadapan Mensos, Hasan meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk memberikannya suaka politik agar jelas statusnya dan bisa melanjutkan sekolahnya. Sehingga cita-citanya yang sempat tertunda bisa dilanjutkan kembali untuk mengubah nasib seluruh saudaranya. "Kalau saya diterima di Indonesia, saya mau sekolah," tukasnya.

Kalau pun Indonesia tidak bisa menerimanya suaka politik, Hasan meminta pertolongan bangsa Indonesia untuk mencarikan negara lainnya yang bisa menerimanya. Keinginannya untuk mendapatkan suaka politik hanya satu, ingin melanjutkan sekolah dan bisa membantu saudaranya keluar dari kesulitan atas perlakuan semena-mena pemerintah Junta Militer.

"Atau kirim ke negara lainnya biar bisa melanjutkan sekolah," harapnya.

Hal yang membuat Hasan pilu sekarang adalah memikirkan kedua orangtuanya yang masih berada di Myanmar di bawah kepemimpinan Junta Militer. Meskipun berkat pertolongan seorang dokter memberikan sebuah HP hingga Hasan bisa berkomunikasi dengan orangtuanya.

(mdk/eko)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan

Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan

Musdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.

Baca Selengkapnya
Mengaku Dicabuli Dokter, Istri Pasien Serahkan Bukti Penting Ini ke Polisi

Mengaku Dicabuli Dokter, Istri Pasien Serahkan Bukti Penting Ini ke Polisi

TA dan suaminya langsung meninggalkan lokasi. Hanya tim kuasa hukumnya yang menemui awak media untuk menyampaikan keterangan pers.

Baca Selengkapnya
Dokter Palestina: Tentara Israel Abaikan Bayi di Rumah Sakit Sampai Meninggal dan Membusuk

Dokter Palestina: Tentara Israel Abaikan Bayi di Rumah Sakit Sampai Meninggal dan Membusuk

Dokter Palestina: Tentara Israel Abaikan Bayi di Rumah Sakit Sampai Meninggal dan Membusuk

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kisah Haru Dokter Buka Layanan Kesehatan Gratis untuk Anak-Anak di Tenda Pengungsian Jalur Gaza

FOTO: Kisah Haru Dokter Buka Layanan Kesehatan Gratis untuk Anak-Anak di Tenda Pengungsian Jalur Gaza

Bekerja sepanjang hari dengan kondisi hampir tidak ada obat, dokter Rajaa Okasha melakukan apa yang dia bisa untuk membantu anak-anak yang sakit dan terluka.

Baca Selengkapnya
Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?

Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?

Sejumlah kondisi batuk pada bayi tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua dan tidak selalu harus diobati.

Baca Selengkapnya
Lama Tak Terdengar Kabar, Begini Kondisi Terbaru RS Indonesia di Gaza Setelah Diserang & Dijadikan Markas Tentara Israel

Lama Tak Terdengar Kabar, Begini Kondisi Terbaru RS Indonesia di Gaza Setelah Diserang & Dijadikan Markas Tentara Israel

Kondisi terkini Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina.

Baca Selengkapnya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.

Baca Selengkapnya
Kasus Dugaan Pencabulan Istri Pasien Dinaikkan Penyidikan, Dokter MY Bakal Jadi Tersangka?

Kasus Dugaan Pencabulan Istri Pasien Dinaikkan Penyidikan, Dokter MY Bakal Jadi Tersangka?

Cukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.

Baca Selengkapnya