Habibie pilih dipanggil eyang ketimbang profesor
Merdeka.com - Memiliki banyak gelar tentu menjadi idaman banyak orang. Namun tidak bagi presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie. Meski memiliki sederet gelar pendidikan, jabatan serta prestasi, Habibie lebih senang disapa eyang.
"Panggil saya eyang. Eyang itu Bahasa Indonesianya opa," kata Habibie di Batam kepada Antara, Senin (29/9).
Di usia yang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, ia mengatakan lebih nyaman dipanggil eyang, ketimbang profesor, doktor, mister presiden, yang terhormat dan lainnya.
"Saya sudah 77 tahun, sudah sepuh," kata Bapak Pembangunan Kota Batam iu.
Meski mengaku sudah sepuh, mantan Menteri Riset dan Teknologi era Soeharto itu mengatakan masih memiliki semangat muda yang membara, yang tidak kalah dengan anak muda Indonesia lainnya.
"Semangatnya 17 tahun, kalau kekuatannya 30 tahun, lebih sedikit. Tapi pengalamannya 77 tahun," kata dia.
Habibie menyatakan sebenarnya sudah pensiun dari berbagai aktivitas. Namun, bagi dia pengabdian untuk negara tidak akan ada akhirnya.
"'Soldier never dies'. Bukan untuk perang-perangan, bunuh-bunuhan. Musuh kita adalah kemiskinan. Saya dan Anda adalah 'soldier'. 'We will never die'," kata profesor yang membangun pesawat terbang CN 235 ini.
"Kita tidak pernah mati, paling menghilang pelan-pelan," kata suami almarhum Ainun tersebut.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri ini sukses dikukuhkan menjadi guru besar bersama di hari ulang tahun sang istri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta menjadikan guru ngaji sebagai prioritas negara.
Baca SelengkapnyaModus Berbagi Takjil, Ratusan Pelajar Bikin Onar dan Hendak Tawuran Ditangkap di Jakpus
Baca SelengkapnyaKeterbatasan pengetahuan masyarakat di masa lalu menyebabkan sejumlah penyakit kerap dikira sebagai hasil perbuatan sihir.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaSetiap masalah yang kita hadapi merupakan peluang untuk belajar dan mengasah keterampilan penyelesaian masalah.
Baca Selengkapnya