Gagal jadi polisi, Nursaid harus tanggung utang puluhan juta
Merdeka.com - Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah pepatah yang cukup menggambarkan Nur Said Faul Akbar (19), warga Penawangan RT 2 RW 2, Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dan adiknya, Okis Novianto (17).
Keduanya harus menanggung utang puluhan juta rupiah karena orangtuanya ditipu habis-habisan oleh Briptu Sri Margiono, anggota Sabhara Kepolisian Resor Jakarta Pusat.
Selain itu, kedua orangtua mereka terpaksa harus meringkuk dipenjara setelah dituduh dan dilaporkan oleh anggota polisi dengan tuduhan mencuri komputer miliknya.
Kedua orangtua Nursaid, Slamet (43) dan Muntamah (40) yang bekerja sebagai petani sebetulnya ingin sekali mewujudkan cita-cita anaknya menjadi bintara polisi selepas lulus di SMA Negeri 1 Bregas, Kabupaten Semarang tahun 2011 lalu.
Suatu hari Sri Margiono yang masih tetangga Slamet dan Muntamah datang. Dia menawarkan bantuan agar Nursaid bisa lolos dan diangkat menjadi polisi dengan syarat memberikan uang Rp 170 juta.
"Bulan Juni sampai Juli 2011 lalu, bapak saya menjual harta bendanya. Di antaranya, yang pertama dijual sawah setengah hektar yang kini tinggal separuh, kemudian empat sapi. Juga sebuah mobil Futura. Karena uangnya tidak cukup, ayah saya utang di BPR Pertiwi Karangjati Rp 20 juta sampai Rp 25 juta," ucap Nur di sela-sela sidang vonis Sri di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang, Kamis (7/3).
Uang sebanyak Rp 170 juta itu dibayarkan bertahap sebanyak enam kali. Kedua orangtua Nursaid merasa curiga karena setelah Nursaid mengikuti tes seleksi pada Januari 2012 lalu, ternyata dia tidak lolos. Kemudian Sri berdalih agar Nursaid mengikuti pendaftaran selanjutnya pada gelombang kedua.
Namun lagi-lagi Nursaid gagal, dan sampai akhirnya menyadari tulisan yang tertera pada pengumuman penerimaan yang menyatakan kalau pendaftaran tidak dipungut biaya apa pun. Nursaid dan kedua orangtuanya langsung melaporkan kasus penipuan oknum polisi itu.
Tetapi balasannya, malah ayah dan ibu Nursaid dilaporkan balik atas tuduhan melakukan pencurian komputer milik Sri. Padahal komputer itu berstatus meminjam dan yang meminjamkan adalah istri Sri sekitar satu bulan sebelumnya. Yang mencopoti kabel komputer dan memberikan kepada Nursaid adalah istri sang polisi.
"Dari Polsek Bergas malah pernah bilang kalau kasus yang dituduhkan kepada orangtua saya itu tidak bisa diteruskan. Tapi ternyata besoknya jaksa dari Kejari Ambarawa tetap menahan bapak dan ibu saya. Saya kaget dan sempat merasa shock," pungkasnya.
Slamet dan Muntamah ditahan sejak 25 Februari lalu. Padahal sampai saat ini keduanya harus membayar utang di BPR yang dipinjam untuk mencukupi uang 'pelicin' untuk lolos seleksi dan jadi polisi. Hingga kini, Nursaid terpaksa harus bekerja keras untuk melunasi hutangnya sekitar Rp 25 juta yang baru diangsur tiga bulan.
Saat ini, Nursaid membantu kakek dan neneknya bertani di sawah yang sebagian telah dijual untuk menjalani seleksi polisi, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Nursaid kini, hanya bergantung hasil panen jagung yang belum siap panen saat ini.
"Dibantu kakek dan nenek, kami mati-matian cari uang. Sementara adik sekarang malah kepikiran dan prestasinya menurun di sekolahan," katanya.
Dibantu beberapa kerabatnya, Nursaid berinisiatif menggalang aksi pengumpulan koin untuk orangtuanya. Dirinya rela berkeliling di gedung PN Kabupaten Semarang sambil membawa kotak kardus bertuliskan; 'Koin Pembebasan Slamet-Muntamah' di sela-sela sidang vonis oknum polisi penipu di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi gadungan melakukan penipuan hingga ratusan juta. Kini diamankan pihak. kepolisian.
Baca SelengkapnyaIsi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca SelengkapnyaIptu Hafiz Akbar menepis kesuksesan dirinya lantaran anak jenderal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sosoknya langsung diberi apresiasi hingga diganjar pelukan erat.
Baca SelengkapnyaSalah satu unggahannya kembali memantik atensi. Terlihat sang istri yang setia memanjakan polisi berkumis tebal satu itu.
Baca SelengkapnyaKoorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Dadang Arief sedih harus meninggalkan Kodam III/Siliwangi, namun lebih sedih ketika melihat Persib kalah terus.
Baca SelengkapnyaKomjen Fadil Imran kaget dengan arti nama salah satu taruna Akademi Kepolisian (Akpol).
Baca SelengkapnyaTiga tahanan yang kabur dari rutan Polsek Tanah Abang pada Senin (19/2) lalu berhasiL ditangkap
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca Selengkapnya