Fury Wars, penetral limbah cair tahu temuan mahasiswa UB
Merdeka.com - "Tahu bulat, digoreng dadakan lima ratusan, anget-anget, gurih nyoi," demikian gaya menawarkan tahu goreng yang populer di masyarakat.
Memang tahu dengan berbagai bentuk penyajian menjadi makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Cukup digoreng, sudah menjadi sajian laris-manis nan murah.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mencatat rata-rata konsumsi tahu Indonesia tahun 2002-2015 sebesar 7,26 kg per kapita per tahun. Besarnya konsumsi tahu mendorong menjamurnya industri produsen di masyarakat.
Namun di balik nikmatnya tahu goreng, ternyata proses produksi tahu memunculkan masalah baru dari sisi limbahnya. Dua jenis limbah dihasilkan dari proses produksi tahu, yakni dalam bentuk padat dan cair. Limbah padat biasanya dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak. Sedangkan limbah cair belum banyak dimanfaatkan.
Umumnya produsen tahu masih membuang limbah cair ke sungai karena memang belum memiliki teknologi pengolahan limbah yang dibutuhkan. Padahal limbah cair tahu sangat berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, jika dibuang secara langsung dan bercampur dengan air di sungai.
Kandungan BOD dan COD serta asam pH-nya sangat tinggi, sehingga menimbulkan bau tajam dan mengurangi kadar oksigen dalam air. Secara kasat mata, limbah cair tahu akan meningkatkan kekeruhan air.
Mahasiswa Universita Brawijaya Malang menemukan alat penetral limbah cair dari proses produksi tahu. Temuan alat yang diberi nama Fury Wars singkatan dari Tofu Industry Wastewater Recycling Systems itu dinilai tepat diaplikasikan pada pengolahan limbah tahu.
"Fury Wars ini teknologi tepat guna pengelola limbah cair tahu yang masih mengandung kandungan asam cuka dan protein yang tinggi, diolah menjadi limbah cair yang aman untuk dibuang. Sehingga tidak menghasilkan bau tidak sedap di sekitar lokasi industri tahu," kata mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Listy Laura, Kamis (19/7).
Listy yang juga ketua tim menjelaskan, sistem kerja Fury Wars cukup sederhana, yakni berupa balok kaca bertingkat yang akan dialiri limbah dengan menerapkan prinsip gaya gravitasi. Air akan mengikuti aliran dari posisi lebih tinggi menuju ke lebih rendah.
"Tetapi kami juga menambahkan bakteri pada balok pertama dan kedua untuk menyehatkan limbah cair tersebut. Selain itu ada pula oksigen yang kami tambahkan di balok kedua untuk lebih menyehatkan dan menyeimbangkan kadar pH limbah," katanya.
Sementara pada balok terakhir digunakan filter, sehingga limbah cair menjadi aman dan lebih ramah lingkungan saat dibuang.
Tidak hanya itu, Listy Laura bersama timnya yang terdiri Robert Antonius, Dewi Martha Ayu, Xavier Adli, Raihan juga mengolah limbah cair menjadi nata, yakni bahan dasar yang dapat digunakan untuk aneka kerajinan. Di bawah dosen pembimbing Angga Dhetta Shirajuddin, limbah cair tersebut dapat menghasilkan lembaran nata, yang dapat difungsikan untuk hiasan rumah tangga.
"Sebelum dibuang, kami juga menambahkan bakteri pada limbah sebelum masuk ke alat instalasi kami. Penambahan bakteri ini dimaksudkan untuk mengubah limbah menjadi nata yang bisa digunakan sebagai bahan dasar aneka kerajinan," kata Dewi Martha Ayu, anggota tim yang lain.
"Ini karena saking banyaknya limbah cair yang tersedia sehingga kami memberikan dua solusi pengolahan. Pertama adalah instalasi untuk mengolahnya sebelum dibuang dan kedua adalah mengubahnya menjadi nata," tambahnya.
Limbah yang telah diberi bakteri dan berubah menjadi nata ini selanjutkan dikeringkan. Nata kering yang berbentuk lembaran kemudian diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, tempat pensil dan sebagainya.
Sementara Robert Antonius mengatakan, saat ini Fury Wars telah teraplikasi di kelompok industri produsen tahu KLB di Jalan Pelabuhan Ketapang I, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Setiap hari, KLB yang berdiri sejak 1998 menghasilkan limbah sebanyak 5.237 liter per hari. Implementasi Fury Wars terbukti mampu mengolah limbah hingga sekitar 70 persen menjadi lebih ramah lingkungan.
"Pengusaha tahu nantinya dapat mandiri dalam melakukan pengolahan limbah yang dihasilkan. Instalasi ini terbukti mampu mereduksi dampak negatif limbah cair tahu sehingga lebih ramah lingkungan. Bahkan bisa memberdayakan masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan lewat produksi kerajinan tangan berbahan nata de soya," jelasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perbedaan Kambing PE dan Jawa Randu, Ini Penjelasan Lengkapnya
Kambing terdiri dari banyak jenis dan masing-masingnya memiliki ciri khas tersendiri.
Baca SelengkapnyaJenis Ular Hitam dan Penjelasannya, Ada yang Memiliki Racun Mematikan
Ada banyak jenis ular hitam yang tersebar di berbagai lingkungan. Namun, tidak semua ular hitam ini berbahaya dan berbisa.
Baca SelengkapnyaPengertian Limbah Cair dan Dampaknya bagi Lingkungan, Ancam Ketersediaan Air
Limbah cair dapat menyebabkan kelangkaan air dan kerusakan ekosistem.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Apakah Kulit Berminyak Perlu Memakai Pelembap? Berikut Cara Memilih Produk yang Tepat
Kulit berminyak membutuhkan pelembap yang tepat untuk mengatasinya. Berikut cara memilih produk yang tepat!
Baca SelengkapnyaMengenal Kapak Persegi: Fungsi, Jenis, dan Ciri-cirinya
Kapak persegi dibuat dari batu yang dikikis hingga membentuk persegi dengan bagian tepi yang lebih tipis. Umumnya kapak ini dibuat untuk berburu.
Baca SelengkapnyaCiri Berlian Asli yang Gampang Dikenali, Simak Ulasannya
Ada beberapa ciri atau tanda yang dapat Anda kenali untuk membedakan berlian asli dan palsu.
Baca SelengkapnyaArti Garis Tangan Lurus, Lengkap Beserta Karakteristiknya
Setiap orang memiliki garis tangan yang unik dan berbeda-beda.
Baca SelengkapnyaMengapa Penting untuk Mencuci Telur Sebelum Menyimpannya dan Cara Aman Melakukannya
Sebelum disimpan, telur perlu untuk dicuci dulu secarea menyeluruh untuk mencegah munculnya masalah.
Baca Selengkapnya7 Jenis Hiu yang Cocok untuk Dipelihara, Tertarik Mencoba?
Dari varietas ukuran hingga tingkat energi yang beragam, hiu menawarkan pengalaman menarik.
Baca Selengkapnya