Fadli Zon sebut Soeharto tidak bikin sejarah palsu demi orde baru
Merdeka.com - Simposium nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan' di hari kedua yang membahas membongkar sejarah kelam pembantaian dan penganiayaan tersebut menuai kritik dari pimpinan DPR. Wakil Ketua DPR Fadli Zon membantah jika mantan Presiden Soeharto membentuk sejarah palsu untuk mempertahankan kekuasaan di Orde Baru.
"Enggak ada sejarah palsu. Sejarah palsu yang mana, diuji saja," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/4).
Wakil ketua umum Partai Gerindra ini justru menyalahkan mereka yang dianggap Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurutnya justru PKI yang melakukan kudeta senyap.
"Ya tapi kalau ada yang mengatakan itu kudeta, yang mau kudeta itu adalah PKI. Dalam PKI itu, rukun PKI itu adalah salah satunya kudeta, revolusi, pengambilalihan kekuasaan. Seperti orang Islam itu mau sembahyang, salat, di dalam komunisme itu ada revolusi, pengambilan kekuasaan," ujarnya.
Fadli menyebut sepanjang sejarah, PKI sudah berupaya melakukan kudeta sebanyak dua kali. Peralihan kekuasaan tersebut dilakukan dengan melanggar konstitusi alias ilegal.
"Dua kali mau mengambil kekuasaan secara ilegal, secara inkonstitusional, tahun 48 dan tahun 65. Di tahun 48 bahkan Soekarno dan Hatta waktu itu, sama-sama mengimbau kepada masyarakat pilih Soekarno-Hatta atau pilih Musso. Waktu itu juga banyak yang dibantai tahun 48 itu oleh PKI," bebernya.
Sebelumnya sebagai pembicara pertama, Kepala Pusat Kajian Asia Tenggara Indonesia, Dr Yosef Djakababa menjelaskan, terdapat sejumlah pola ingatan di masyarakat Indonesia terkait tragedi 1 Oktober 1965, sejak terjadinya tragedi tersebut hingga hari ini.
Namun dari beberapa pola ingatan tersebut, ujar Yosef, ada satu kecenderungan kompleksitas ingatan yang sama-sama tidak terpresentasi dengan baik, akibat sejumlah kepentingan yang melatarbelakanginya.
"Di era rezim Orba, pembangunan narasi mengenai Tragedi '65 adalah cara untuk mengesahkan rezim yang baru muncul. Mereka memang butuh narasi yang mudah ditangkap masyarakat kala itu, untuk menjamin kelangsungan hidup rezim Orba tersebut," ujar Yosef dalam pemaparan awalnya di simposium nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan', di Hotel Aryaduta, kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Selasa (19/4).
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenang Petisi 50, Surat Protes Kepada Presiden Soeharto yang Ditandatangani 50 Tokoh di Indonesia
Ini merupkan sebuah peristiwa sejarah di era Orde Baru yang mungkin tidak banyak orang ketahui.
Baca SelengkapnyaKSAD Asal Malang Ini Tak Segan Mengkritik Atasan, Ibu Negara hingga Presiden Pernah Merasakannya
Ia pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut
Baca SelengkapnyaSejarawan Sebut Pemilu 2024 Seperti Pemilu 1971, Ini Alasannya
Sejarawan JJ Rizal menyebut proses Pemilu 2024 sama seperti pelaksanaan Pemilu 1971 saat awal era kepemimpinan Presiden Soeharto.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
PKS soal Pertemuan Surya Paloh dan Jokowi: Saksi Kami Masih Berjuang agar Suara Rakyat Tak Dicurangi
PKS menghormati pertemuan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca SelengkapnyaTepis Isu Menteri PDIP di Kabinet Jokowi Bakal Mundur, Hasto Singgung Zaman Soeharto
Sejumlah menteri di Kabinet Jokowi yang berasal dari PDI Perjuangan dikabarkan bakal mundur
Baca SelengkapnyaPotret Lawas Presiden Soeharto Mendapat Pangkat Jenderal Besar Bintang 5, Didampingi Sosok Jenderal Bintang 4
Sesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaJokowi Enggan Komentari Pencopotan Firli Bahuri dari Ketua KPK
Jokowi menyebut, Firli saat ini masih menjalani proses hukum terkait status tersangkanya dalam kasus dugaan pemerasan SYL.
Baca SelengkapnyaPidato Kemenangan, Prabowo Sebut Lumayan Kenal dengan Presiden Ke-2 RI, Satu Istora Senayan Tertawa 'Kalian Gak Percaya'
Saat menyebut Soeharto, Prabowo mengaku cukup kenal.
Baca Selengkapnya