Evolusi perpeloncoan, kezaliman yang terlembaga
Merdeka.com - Kita pasti akan tersenyum sesaat jika mengingat beberapa kejadian saat mengenyam bangku sekolah ataupun kuliah. Sebab, hampir seluruh pelajar dan mahasiswa di Indonesia pasti pernah mengalami Mapta, Mapram, Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) hingga MOS (Masa Orientasi Siswa).
Selama ini Ospek bukanlah istilah yang asing lagi bagi kita. Mulai dari Mapram, Mapta, Ospek hingga MOS itu sendiri, yang ternyata perubahan nama tersebut tak diiringi dengan perubahan sistem perpeloncoan ke arah yang lebih baik.
Entah siapa yang memulai memberi nama resminya, yang jelas Ospek ini dahulunya bernama Mapram dan Mapta. Keduanya disebut-sebut dekat dengan masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Setelah zaman Reformasi namanya berganti Ospek dan sampai saat ini lebih dikenal lagi dengan istilah baru Masa Orientasi Siswa.
Menurut berbagai sumber, Ospek sangat erat kaitannya dengan mahasiswa baru (maba) yang baru saja memulai hari-hari pertamanya memasuki kampus. Sedangkan MOS adalah ospek untuk para pelajar yang duduk di bangku SMP ataupun SMA. Namun pada intinya sama, untuk mengenal dan memahami lingkungan tempat belajar sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.
Kendati keempat istilah itu disebut-sebut sebagai ajang untuk memperkenalkan siswa/mahasiswa pada lingkungan baru sekolahnya, tetap saja banyak yang merasakan efek negatif akibat prosesi acara itu. Mereka yang mengikuti Ospek misalnya, dipaksa untuk mengikuti sistem yang sudah turun temurun dilakukan, yang efeknya tentu semua sudah tahu, meninggalkan kesan yang tidak baik.
Kegiatan Ospek dan MOS di Indonesia sering kali diisi oleh kekerasan dalam bentuk verbal dan tak jarang terjadi kekerasan fisik. Dengan konsep junior harus patuh kepada senior, apapun perintahnya. Sehingga sering kali para peserta disuruh mengenakan pakaian dan ornamen yang tidak wajar bahkan harus mau menerima hukuman fisik dari senior bahkan sampai berujung pada kematian.
Beberapa masyarakat mengkritik kegiatan-kegiatan tersebut. Apapun dalih tujuan dari Ospek seperti dikutip dari Wikipedia, menurut para psikologis, sebenarnya tiada lain adalah tindakan balas dendam para senior akan pengalamannya ketika mereka mengikuti kegiatan Ospek. Walaupun sebagian besar secara resmi kegiatan Ospek yang negatif diberhentikan, ada saja beberapa pihak yang masih melaksanakan kegiatan negatif tersebut.
Sebab, yang pernah merasakan Ospek atau MOS mereka bisa saja melakukannya lagi kepada juniornya. Hal itu akan terus saja berputar seakan sudah menjadi tradisi, seakan sudah terlembaga dan lazim dilakukan kepada calon-calon pembangun bangsa Indonesia selanjutnya. Inilah evolusi perpeloncoan, kezaliman yang terlembaga.
(Dari berbagai sumber)
Baca juga:
STPDN kini, setelah populer karena perpeloncoan kejam
Asal usul Ospek, benarkah sejak dulu penuh kekerasan?
Ospek dan rantai kekerasan di dunia pendidikan kita
Polisi malah bantah kematian Fikri berkaitan dengan ospek
Akibat penganiayaan saat ospek, situs ITN kerap diusili hacker
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditanya Begini Jawabnya Begitu, Kenali Penyebab Seseorang Melantur saat Berbicara
Melantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca Selengkapnya8 Cara Membentuk Kecerdasan Anak yang Bisa Diterapkan Orangtua Sejak Anak Masih Kecil
Orangtua memiliki peran yang besar dalam membentuk kecerdasan anak terutama sejak usia anak masih dini.
Baca SelengkapnyaMengepal Tangan Isyarat Wanita dalam Bahaya dan Butuh Pertolongan? Ini Kata Psikolog
Mengepal Tangan Isyarat Wanita dalam Bahaya dan Butuh Pertolongan? Ini Kata Psikolog
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Psikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya
Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai jenis kepribadian dan kondisi psikologi yang berbeda-beda.
Baca SelengkapnyaManfaat Luar Biasa Dibalik Pelukan Hangat dengan Orang Terkasih, Salah Satunya Redakan Stres
Pelukan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan kecemasan, tetapi juga dapat mengurangi tingkat depresi dan perilaku agresif pada seseorang.
Baca SelengkapnyaPenampilan Kece Uut Permatasari, Ibu Dua Anak yang Masih Seperti ABG
Di usianya yang kini genap 41 tahun dan telah dikaruniai dua orang anak, nampak tak banyak yang berubah dari penampilan Uut Permatasari.
Baca Selengkapnya6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disangka Bisa Tingkatkan Risiko Demensia
Kebiasaan sehari-hari yang kita miliki ternyata bisa berpengaruh terhadap munculnya risiko demensia di diri kita.
Baca Selengkapnya8 Tanda Munculnya Rasa Kesepian di Dalam Dirimu Tanpa Disadari
Rasa kesepian bisa kita alami secara tiba-tiba, penting untuk mengenalinya secara tepat walau kadang kondisi ini tidak disadari.
Baca Selengkapnya13 Alasan Mengapa Orang Pintar dan Cerdas Lebih Sulit Merasa Bahagia
Seseorang yang pintar memiliki titik lemah yang muncul berupa sulit merasa bahagia.
Baca Selengkapnya