Merdeka.com - Calon gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Halid disambut antusias masyarakat Tana Toraja saat menjalani kampanye dialogis di kabupaten Toraja. Sambutan tersebut sekaligus menepis isu Sara yang selama ini dituduhkan kepada wakilnya, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar.

Sekretaris Umum Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Suleman Allo Linggi bahkan terang-terangan menyatakan dukungan kepada pasangan nasionalis religius tersebut. Menurutnya, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan NH-Aziz khususnya bagi masyarakat Toraja.

"Setidaknya suasana damai dan aman dapat terlaksana agar politik yang sudah sangat kita harapkan dapat berjalan dengan baik. Pertama, kita sepakat kalau Toraja mau dikembangkan sebagai salah satu pusat wisata dunia dan hal tersebut harus dipercepat," terangnya.

Menurutnya, jika hal tersebut sulit dilaksanakan karena terkendala pembangunan bandara Buntu Kuni, jalur bandara Bua harus dibuatkan semacam tol yang dapat mempercepat perjalanan.

"Juga dibicarakan mengenai pariwisata yang memiliki paket. Kalau misal harus menempuh perjalan darat dari Makassar, mungkin wisata disini dapat dirangkaikan dengan wisata lain di sepanjang jalan sehingga wisatawan tidak merasa capek," tambahnya.

Suleman merinci, di perjalanan menuju kabupaten Toraja, wisatawan dapat singgah di kabupaten Barru, Parepare bahkan Enrekang terlebih dahulu sesuai dengan potensi di masing-masing daerah.

Kedua, tambahnya, program pembangunan kampung dianggap cocok sebab Toraja saat ini masih 70 persen merupakan wilayah kampung. Kalau ihal tersebut dapat dilakukan dengan baik, bisa sangat berguna bagi masyarakat Toraja dan kehidupan beragama bisa dijamin sehingga hambatan dibangunnya rumah ibadah tidak terjadi lagi.

"Beribadah itu adalah hak setiap orang yang patut dilindungi karena soal keyakinan itu urusan masing-masing dan tidak bisa diintervensi oleh orang lain," tegasnya.

Ketiga, menurutnya, disebutkan NH-Aziz kalau imam utau ustadz bagi kaum muslim akan mendapat tambahan insentif, oleh karena itu dirinya juga meminta hal yang sama bagi hamba Tuhan di lingkungan geraja, baik berupa pendeta maupun guru sekolah minggu.